(7) Jadi Pacarku,Mau?

87 17 6
                                    

Yogyakarta,14 Agustus 2022

Sore di hari minggu itu terasa lain dari biasanya. Tak ada kencan di akhir pekan untuk Manggala dan Wishnu. Keduanya tak saling mengirim pesan satu sama lain seolah tengah meminta waktu untuk diri sendiri.

Hari itu Manggala tidak pergi kemanapun meski sang ayah sempat mengajaknya pergi ke Mojokerto untuk menghadiri acara keluarga. Ia sedang malas melakukan ini dan itu. Hanya tampak sibuk berkutit di dalam gudang seorang diri.

Disana,di dalam petak berukuran dua kali empat meter ia membuka kembali beberapa kardus yang lama tak ia lirik. Beberapa barang pasangan dengan mantan kekasihnya ada disana. Baju,parfum,dan sebagainya. Ia tumpuk menjadi satu.

Dulu,sebelum ia melakukan pendekatan dengan Wishnu,ia merasa terpuruk dengan perpisahan bersama mantan kekasihnya. Barang-barang pasangan pun kerap membuatnya menangis tersedu-sedu. Ia terlalu mencintai Arjuna,sang mantan kekasih.

Itu hanya akan menjadi kisah lamanya. Kehadiran Wishnu perlahan mengobati laranya. Ia bisa berdamai dengan masa lalu,perlahan melupakan Arjuna dan memberi atensi pada Wishnu. Ia bisa bangkit dari patah hatinya.

"Aku udah nggak butuh barang-barang ini lagi. Jadi,mending aku buang aja,deh"

Kardus pertama ia bawa seorang diri menuju mobil pribadinya. Meski berat,ia berusaha seorang diri. Toh juga mau minta tolong pada siapa? Tak ada orang lain selain dirinya di rumah ini.

"Manggala"

Panggilan itu membuatnya menoleh. Wishnu berada di depan rumahnya.

Kardus yang semula ia bawapun ia letakkan ke dalam mobil. Lalu,ia berjalan menuju pagar rumah,mendekati Wishnu. Ia geser besi pembatas itu agar Wishnu bisa masuk.

"Ngapain kesini,Nu?"

Pemuda itu tak menjawab. Wajah tampannya tenggelam di ceruk leher sedangkan tangannya mendekap tubuh Manggala dengan erat.

Tentu saja Manggala bingung. Apa yang terjadi pada Wishnu? Mengapa datang tiba-tiba tanpa kabar dan mendekapnya dengan erat? Juga,dengan suara lirih tangis yang sayup-sayup menggelitik indera pendengarannya.

"Aku nggak bisa kalau sehari aja nggak ada kabar dari kamu,Gal. Jangan berhenti buat kabarin aku! Kumohon..."

"Iya. Aku minta maaf"

"Apa ada orang lain yang kamu kasih kabar sampai kamu nggak inget aku hari ini,Gal? Kamu deket sama siapa lagi selain sama aku?"

"Aku nggak deket sama siapapun selain kamu. Aku nggak bohong"

Wishnu semakin mengeratkan dekapannya seolah tak mau lepas dari Manggala. Ia lelah berkelahi dengan pikiran negatifnya hari ini. Satu hari tanpa kabar Manggala benar-benar sangat menyiksanya.

"Aku hari ini cuma mau bersihin barang-barang pasangan sama mantanku. Mau aku buang"

"Sambil nostalgia,ya? Kamu lagi kangen sama dia?"

"Enggak! Sama sekali enggak!"

Wishnu keluar dari dekapan itu. Meski wajahnya basah oleh air mata namun ia memberanikan diri menatap Manggala. Biarkan pria manis tercintanya itu tahu jika ia rapuh hari ini akibat lelah dengan pemikiran yang berlebihan.

"Aku selalu khawatir dan takut kalah dari mantanmu. Aku cuma mahasiswa,belum kerja,hidup masih ditanggung Mas Saka. Aku beda jauh dari mantanmu itu"

"Aku nggak mandang itu. Wishnu,ya Wishnu. Itu aja cukup. Wishnu Jayadikusuma"

"Tapi aku masih labil. Belum dewasa. Aku takut suatu saat nanti buat kamu capek sama sikapku"

"Kita punya mulut buat ngomong. Kalau ada apa-apa,ya dibicarain berdua. Kenapa musti takut sih,Nu?"

Wishnu berusaha mengatur pernapasannya. Jujur,sebenarnya ia benci menangis. Hal yang selalu membuatnya teringat kenangan sepuluh tahun lalu. Tangisnya tak di dengar kedua orang tuanya yang egois. Memilih berpisah dan menikah lagi hingga mempunyai keluarga baru masing-masing. Ia trauma ditinggalkan.

"Jangan tinggalin aku,Gal! Aku nggak siap hancur lagi"

Satu tangan Manggala terangkat,meraba pipi kiri Wishnu. Ia usap lembut sembari menghapus sisa air mata yang tertinggal disana. Lalu,ia berkata,"Nggak. Aku nggak bakal tinggalin kamu. Aku janji!"

Tangan itu dibawanya oleh Wishnu untuk dikecup. Ia begitu mencintai Manggala. Dengan sangat.

"Jadi pacarku,mau?"

"H-hm?"

Mata sipit yang masih sedikit basah itu menatap kedua bola mata Manggala. Seutas senyumpun disunggingkannya. Uh! Tak tahukah senyum tampan itu membuat kupu-kupu di dalam perut Manggala beterbangan kesana kemari? Menyebalkan namun membuatnya candu.

"Manggala Mahardika,aku cinta banget sama kamu. Mau jadi pacarku? Ayo buat cerita indah bersama-sama"

"Ini...kamu serius?"

"Aku kurang meyakinkan?"

Manggala menggeleng. Bukan karena kurang meyakinkan. Hanya saja ia terlalu terkejut. Ajakan merajut asmara yang diajukan Wishnu terkesan tiba-tiba.

"Trus?"

"Y-ya...cuma terlalu tiba-tiba. Dateng,nangis,trus nembak. Aku kaget"

Wishnu tertawa kecil lalu mengecup singkat kedua pipi tembam Manggala. Gemas sekali pria yang delapan tahun lebih tua darinya itu. Seperti anak-anak saja.

"Trus jawabannya gimana? Kamu mau jadi pacar aku nggak?"

Kepala Manggala mengangguk pelan karena malu. Wishnu adalah pria muda pertama yang mengajaknya merajut asmara. Sangat nekat memang!

Perasaan bahagia dalam diri Wishnu tak dapat dibendung. Hari ini,empat belas agustus dua ribu dua puluh dua adalah hari jadinya bersama Manggala. Tepat setelah satu bulan melakukan pendekatan,ia berhasil mengencani Manggala. Hal yang sangat membahagiakan di dalam hidupnya.

"Wishnu"

"Ya,sayang?"

Wajah Manggala memerah sempurna. Panggilan romantis itu membuatnya berdebar hebat. Dasar anak muda! Semuanya serba tak terduga.

"Lucu banget kalau lagi malu gini. Gemes!"

Kedua pipinya kembali dikecupi Wishnu. Tak hanya sekali namun berkali-kali. Apakah bagi Wishnu,pipi Manggala terlihat seperti bakpao yang empuk?

"Ada apa,sayang?"

"M-mau...tinggal bareng? Aku ada apartemen kosong. Tepatnya punya bapakku yang memang dibeliin buat aku"

"T-tinggal bareng? Berdua?"

Manggala mengangguk malu. Bayangan dimana ia bisa menikmati pemandangan tubuh Wishnu tanpa baju menguasai pikirannya. Seksi dan sedap dipandang mata.

"Tapi aku nggak bisa jamin kalau aku bisa nahan diri kalau tinggal bareng"

"Y-ya...nggak apa-apa. 'Kan kita udah pacaran. Toh juga itung-itung irit bensin dan waktumu. Biar nggak boros"

"Ya udah. Oke. Aku setuju. Kapan kita pindahnya?"

"Minggu depan aja gimana? Kalau sekarang nanggung. Udah mau malem"

"Oke. Minggu depan kita pindah"

Manggala kembali tersenyum dan lari pada dekapan Wishnu. Pada pria yang delapan tahun lebih muda darinya itu ia menaruh hidupnya. Semoga ia bisa bahagia dengan pilihannya yaitu berkencan dengan Wishnu.

Bersambung

12/11/24

[✔️] Bicara || WONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang