Hubungan asmara antara Wishnu dan Manggala kembali seperti sedia kala seolah tak terjadi apa-apa. Bagaimana serangan panik menyerang Wishnu selama tiga hari Manggala menghilang,bagaimana Manggala babak belur akibat siksaan Wishnu,semua seolah tak pernah terjadi. Keduanya sepakat mengubur dalam-dalam hal tidak menyenangkan yang pernah terjadi.
Wishnu kembali menjadi orang pertama yang selalu sedia ada saat Manggala butuh. Membuatkan sarapan,menyiapkan perlengkapan Manggala bekerja,mengantar kemanapun Manggala ingin pergi adalah hal yang ia lakukan sejak awal memutuskan tinggal bersama. Atau lebih tepatnya sejak ia memutuskan membuang jauh-jauh harga dirinya untuk Manggala.
Seperti hari ini contohnya. Dua tangan Wishnu penuh dengan barang bawaan Manggala yang hendak melakukan dinas keluar kota. Tentu saja ia ikut. Manggala selalu membawanya kemanapun ia pergi kecuali saat pemakaman sang ayah tempo hari di Mojokerto.
"Ada yang lupa dibawa nggak,Gal?"
"Nggak ada kayaknya. Kalaupun ada,ntar beli disana aja"
"Iya kalau yang ketinggalan baju atau perlengkapan pribadi. Kalau dokumen penting? Mau kamu beli disana?"
"Nggak. Udah semua. Aku yakin. Aku masukin di ransel yang kamu gendong"
Wishnu mengangguk saja. Ia tengah sibuk menata barang bawaan yang banyak itu ke bagasi mobil. Meski hanya pergi bertugas selama dua hari namun rasanya seperti hendak pindah rumah. Banyak sekali.
"Ayo,Nu. Cepet sini!"
"Iya"
Sedikit tergesa-gesa,Wishnu menghampiri Manggala yang sudah lebih dulu duduk manis di dalam mobil. Sudah lengkap dengan sabuk pengamannya.
"Berangkat sekarang?"
"Sebentar,Nu!"
Wishnu menoleh. Apakah Manggala baru teringat sesuatu yang tertinggal?
"Kita belum ciuman pagi ini"
"Nanti aja kalau udah selesai semua. Keburu macet"
"Ciuman bentar aja,Nu. Lima menit"
Wishnu kembali melepas sabuk pengaman di tubuhnya. Mengabulkan setiap perkataan Manggala adalah hal lumrah yang ia lakukan. Asalkan Manggala bahagia,ia akan turut bahagia.
Tangan besarnya meraba pipi kanan Manggala. Wajahnya menepis jarak dan sedikit dimiringkan. Bibir tebalnya menjumpai bibir tipis yang setiap hari ia cumbui di pagi hari. Manggala selalu meminta ciuman di pagi hari padanya.
Bibirnya bergerak,melumat lembut bibir tipis Manggala sedangkan kekasihnya itu justru membuka mulut. Memberikan akses bebas untuk lidahnya menari di dalam sana.
Ia menuruti keinginan Manggala. Dimasukkannya lidah ke dalam rongga mulut yang sudah menganga lebar. Diberikannya liur melalui daging tak bertulang itu hingga Manggala meneguknya dengan suka rela.
Ciuman itu dihentikan oleh Wishnu. Tangannya sibuk membersihkan sisa air liur yang membasahi sekitar bibir Manggala.
"Lipbalm-mu hilang,Gal. Kehapus semua"
"Nggak apa-apa. Aku bisa pakai lagi"
Wishnu tersenyum melihat tindak tanduk kekasihnya itu. Manis seperti rasa lipbalm yang tadi ia sesap di atas permukaan bibir lembut Manggala.
"Ganti lagi? Kapan belinya?"
"Loh! Ini lipbalm lama,Nu. Aku beli waktu kamu nemenin tugas ke Bali"
"Oh ya?"
"Kamu lupa?"
Wishnu menarik rem tangan dan menginjak pedal gas setelah memastikan semua telah siap termasuk sabuk pengamannya. Lalu ia menjawab pertanyaan itu.
"Lipbalm-mu banyak banget,Gal. Kadang aku khawatir ada yang kelewat tanggal kadaluarsanya. Maaf ya kalau aku nggak ingat semua"
Manggala tersenyum lalu menyandarkan kepala di bahu Wishnu. Bahu yang ia sukai. Tempat bersandar dari beratnya kehidupan.
"Dari semua lipbalm yang aku punya,mana yang kamu suka,Nu? Setiap kita ciuman 'kan pasti kamu ngerasain juga"
"Aku suka semuanya. Kamu nggak pakai lipbalm aja aku suka. Pada dasarnya bibirmu udah manis,Gal"
Sebuah cubitan kecil di perut membuat Wishnu mengaduh namun berujung tertawa kecil. Menjahili Manggala termasuk dalam hal kecil yang ia sukai dan selalu ingin ia lakukan setiap hari.
"Adil,'kan? Kamu suka aku kalau nggak pakai baju. Aku suka kamu pakai lipbalm ataupun enggak"
"Iya,Wishnu. Iya..."
Dagu Manggala diangkatnya sedikit meski sembari tetap berkendara. Sebuah kecup singkat ia daratkan di atas permukaan bibir Manggala yang tadi ia sesap beberapa kali.
"Aku cinta banget sama kamu,Gal. Aku nggak mau jauh dari kamu"
Manggala semakin menyamankan diri untuk bersandar di bahu Wishnu. Kemudian ia pun menjawab,"Aku juga cinta banget sama kamu,Nu. Anak kecil yang bisa buat aku jatuh cinta"
"Walaupun aku anak kecil tapi aku bisa buat kamu mendesah ampun-ampunan kalau kita lagi making love"
"WISHNU! IH! JANGAN DIINGETIN!"
Wishnu tertawa lepas. Lihatlah betapa gemasnya Manggala jika sedang menggertak namun sedikit malu-malu. Wajah manis itu memerah sempurna sedangkan bibir tipisnya mengerucut ke depan seperti bebek. Jika saja mereka sedang tidak berkendara mungkin ia akan mencumbui Manggala dengan leluasa. Ia tidak pernah bisa menahan diri jika dihadapkan pada gemasnya sosok Manggala Mahardika.
"Aku nggak punya siapa-siapa lagi kecuali kamu sama Mas Saka. Jadi,kamu jangan hilang-hilangan lagi,ya! Ada apa-apa 'tuh bilang. Kalau mendesak dan kamu terpaksa berkendara sendiri,kabarin! Aku bisa susul pakai kereta atau bis"
"Iya,Wishnu. Aku ngerti. Nanti aku pesenin tiket yang eksekutif kalau misalnya kamu nyusul aku ke luar kota waktu ada pekerjaan mendadak"
"Nggak perlu eksekutif,Gal. Yang ekonomi subsidi juga nggak apa-apa. Yang penting sampai"
"Jangan,dong! Masa' pacarnya direktur naiknya ekonomi subsidi?"
"Ya emang kenapa? Yang direktur 'kan kamu. Bukan aku. Aku bisa pergi pakai ekonomi subsidi aja udah bersyukur"
"Terserah"
Tangan kiri Wishnu diturunkan dari setir kemudi untuk menggenggam tangan kanan Manggala yang sejak tadi bertengger di atas pahanya. Ia usap punggung tangan itu penuh rasa cinta. Ia teramat mencintai Manggala-nya.
Diperlakukan dengan romantis membuat Manggala mengulum senyum. Hatinya berbunga-bunga. Untuk yang kesekian kalinya ia jatuh cinta pada pemuda asal Prambanan ini. Pria yang lebih muda delapan tahun darinya,yang berhasil menyembuhkan luka lama dalam hatinya. Pria yang membuatnya merasa sempurna karena dicintai secara besar-besaran.
'Terima kasih,Tuhan. Aku mencintai makhluk-Mu ini. Wishnu Jayadikusuma'
Bersambung
17/12/24
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bicara || WONMIN
Fanfiction1 Oktober 2024-24 Desember 2024 Wishnu Jayadikusuma hanyalah pemuda yang belum memiliki kemandirian yang utuh. Pekerjaan tiada dan hanya mengandalkan uang saku dari kakak laki-lakinya. Manggala Mahardika adalah pria dewasa dengan jabatan mentereng d...