"Jangan langsung pulang ya,Nu"
Wishnu yang tengah memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Manggala pun hanya mengangkat satu alisnya,menagih alasan.
"Ke mall yuk"
"Nggak. Kamu harus pulang. Harus istirahat total"
"Tapi aku jenuh. Pengen ke mall"
"Nanti aja kalau udah sembuh total"
Manggala berdecih mendengar larangan yang diberikan Wishnu. Ia kesal setengah mati. Kemana perginya Wishnu yang selalu menuruti semua perkataannya?
"Ngambek?"
Ia buang muka melihat lalu lalang kendaraan lain di sisi kirinya. Wajah tampan Wishnu sedang tak ingin ia pandangi. Ia merajuk.
"Gal..."
Masih tak mau menoleh meski telah dipanggil sebegitu lembutnya. Tangannya digenggam pun ia tak menghiraukannya.
"Pulang dulu trus istirahat. Kalau nekat trus kamu sakit lagi gimana?"
Manggala masih enggan bersuara. Sifat manjanya dimana ia selalu dituruti keinginannya oleh mendiang sang ayah membuatnya merajuk jika apa yang ia inginkan tak terwujud. Meski itu pada Wishnu sekalipun.
"Kamu 'kan tiga hari habis dari Mojokerto trus masuk rumah sakit karena memang aku yang salah udah siksa kamu. Sekarang aku mau nebus kesalahanku untuk hari-hari kemarin dengan memastikan kamu bener-bener sehat,Gal"
Keterdiaman Manggala yang masih enggan menjawab itu sedikit membuat Wishnu sakit kepala. Hal apa yang harus ia perbuat agar kekasihnya itu mau bicara padanya? Sesusah itukah membangun komunikasi dan mencari jalan keluar jika permasalahan sedang terjadi?
"Ya udah nggak apa-apa kalau kamu ngambek dan diemin aku kayak gini. Aku terima. Yang penting kamu pulang sama aku trus istirahat total di rumah kita"
Hening benar-benar menyapa keduanya. Manggala yang masih merajuk sedangkan Wishnu sibuk mencari cara agar Manggala mau buka suara. Jujur,sifat yang tak ia sukai dari Manggala adalah mudah merajuk dan diam seribu bahasa jika sedang menghadapi masalah. Hal yang selalu membuatnya pusing tujuh keliling untuk membangun komunikasi dua arah.
Selama dua tahun menjalin asmara memang ia banyak mengalah. Segala hal yang diinginkan Manggala selalu ia usahakan agar terwujud. Ia mencoba memanjakan Manggala meski sejujurnya sesekali ingin ia tolak.
Namun,besarnya rasa cinta yang ia punya untuk Manggala membuatnya selalu mengalah. Meski Manggala jauh lebih tua darinya namun Manggala tetaplah bayi untuknya. Ingin selalu dituruti keinginannya.
Perjalanan menuju apartemen tidak memakan waktu lama karena hanya berjarak empat kilometer saja. Tak sampai satu jam mereka telah tiba di gedung yang telah ditinggalkan selama sepekan itu.
"Ayo turun"
"Nggak. Aku mau disini aja"
Wishnu melepas sabuk pengamannya sendiri lalu menghadapkan tubuh pada Manggala meski kekasihnya itu enggan menatap balik. Manggala masih buang muka.
"Ayolah,Gal. Nggak semua yang kamu mau harus terwujud,'kan? Lagipula aku cuma nggak mau kamu sakit lagi"
"Aku sakit juga 'kan kamu yang buat"
"Iya. Aku tahu. Aku salah. Aku minta maaf"
Kembali hening. Manggala merutuki dirinya yang berkata semaunya sedangkan Wishnu meratapi kebodohan yang pernah ia lakukan yaitu menampar dan mencekik Manggala dengan tanpa perasaan.
"Kalau aku turutin,yakin kamu udah kuat keliling mall?"
"Kalau aku nggak yakin,ngapain aku ngajak?"
Helaan nafas terdengar dari sela bibir tebal Wishnu. Rasanya ia seperti menghadapi bayi dibawah usia lima tahun.
"Ya udah ayo ke mall"
Senyum lebar dilukiskan Manggala di wajah manisnya. Sebuah kecup singkat dihadiahkan di bibir tebal Wishnu sebagai balasan. Ia selalu suka jika keinginannya dikabulkan oleh Wishnu.
"Tapi kalau nggak kuat atau capek,bilang. Kita pulang tanpa toleransi"
"Iya,gantengku"
Wishnu kembali mengenakan sabuk pengamannya. Mobil berwarna merah hati itu kembali keluar dari halaman parkir gedung apartemen menuju pusat perbelanjaan di Jalan Laksda Adi Sucipto.
Perlu diakui jika Wishnu memang selalu kalah jika dihadapkan pada ego Manggala. Meski ia berusaha bersikap tegas namun Manggala tetaplah pria manis yang keras kepala.
Selain karena alasan cinta,Wishnu memiliki alasan lain atas sikapnya yang kurang tegas. Manggala adalah mesin pencari uang dalam hubungan mereka. Setiap kali ia ingin menolak,ia teringat jika ia tak keluar uang sama sekali pada setiap keinginan Manggala. Kekasihnya itu bisa membeli apa saja dengan uang yang dimiliki termasuk harga dirinya.
Ia bukanlah pengangguran yang menyengajakan diri menganggur. Beberapa kali ia telah mengajukan lamaran pekerjaan dan melakukan wawancara namun Manggala tak pernah memberi izin. Manggala hanya ingin ia memiliki banyak waktu untuk berbalas pesan dan menyambut saat pulang bekerja.
Tak masuk akal memang. Namun,Wishnu bisa apa? Ia hanya bisa menjalin janji konyol yang menginjak harga dirinya. Semua angan untuk memanjakan Manggala menggunakan uang hasilnya bekerja hanya bisa ia kubur dalam-dalam.
"AC-nya aku gedein,ya. Takutnya kamu kedinginan"
"Nggak usah,Nu. Ini udah pas. Kalau kedinginan 'kan aku bisa peluk kamu"
Di lampu merah itu Wishnu menghentikan laju mobil. Diliriknya Manggala yang menyandarkan kepala di bahunya sembari tersenyum cerah. Meski ia kembali kalah dalam beradu argumen namun jika sudah melihat senyum Manggala,hatinya menghangat. Ia akan kembali jatuh cinta pada pria manis tercintanya itu.
"Gal"
Manggala mengangkat kepala untuk menatap Wishnu. Namun,kala ia hendak menjawab panggilan itu,bibirnya dibungkam. Wishnu melumat bibirnya dengan lembut dan penuh kehati-hatian.
Mereka tak mempedulikan lalu lalang kendaraan lain di luar sana. Untung saja kaca filmnya gelap. Kalau tidak? Bahaya!
Tin tin
Bising suara klakson memutus ciuman itu. Dengan terpaksa Wishnu kembali melajukan mobilnya menuju pusat perbelanjaan.
"Wishnu,ayo ciuman lagi"
"Nanti lagi kalau pulang"
"Kenapa nggak sekarang aja?"
"Kamu 'kan minta ke mall"
Manggala hanya bisa berdecih. Mau kesal namun benar juga perkataan Wishnu. Dirinyalah yang mengajak pergi ke pusat perbelanjaan.
Diam-diam Wishnu mengulum senyum. Meski harga dirinya telah ia relakan pergi namun asalkan bersama Manggala ia baik-baik saja. Ia hanya ingin selalu berbahagia bersama Manggala dalam hidupnya.
Bersambung
03/12/24
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bicara || WONMIN
Fanfiction1 Oktober 2024-24 Desember 2024 Wishnu Jayadikusuma hanyalah pemuda yang belum memiliki kemandirian yang utuh. Pekerjaan tiada dan hanya mengandalkan uang saku dari kakak laki-lakinya. Manggala Mahardika adalah pria dewasa dengan jabatan mentereng d...