Malam natal di tahun dua ribu dua puluh empat itu Manggala memutuskan menyewa sebuah villa yang tak terlalu jauh dari Gunung Merapi. Tak hanya menghabiskan waktu bersama Wishnu,ia juga mengundang sang ibu dan Saka agar turut serta merayakan bersama.
Tahun ini memang berbeda dari biasanya. Manggala tak mengambil pekerjaan di malam natal dimana biasanya pengunjung hotel akan membludak. Ia sedang ingin menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasihnya.
'Seandainya bapak masih ada,bapak pasti seneng banget. Maafin Manggala yang nggak pernah punya waktu buat bapak di malam natal. Manggala nyesel,Pak'
Rasa penyesalan itulah dasar dari idenya merayakan malam natal bersama keluarganya maupun Wishnu. Ia ingin membuat kenangan indah di tanggal yang istimewa bersama orang-orang yang ia sayangi.
"Gal,mau kopi nggak? Mas Saka kebetulan lagi buat kopi"
"Boleh,Nu. Tolong buatin satu buat aku,ya"
"Ibu juga mau. Tolong buatin satu ya,Nak Wishnu"
Kepalanya menoleh cepat. Sejak kapan sang ibu suka minum kopi? Seingatnya sang ibu bahkan tak suka kopi.
"Semenjak bapak nggak ada,ibu coba minum kopi,Gal. Ibu kangen bapak"
Hatinya mencolos mendengar ucapan itu. Ia sangat tahu betul betapa besar cinta yang ayah dan ibunya punya untuk satu sama lainnya. Jadi,dipisahkan karena maut pasti akan membawa luka dalam tersendiri untuk yang ditinggalkan.
Kepalanya kembali menoleh,menatap Wishnu yang sibuk membantu Saka menyiapkan kudapan malam. Saka membuat kopi sedangkan Wishnu memanggang kue kering sebagai cemilan.
Dengan tanpa permisi pikirannya melanglangbuana. Bagaimana jika Wishnu sama seperti sang ayah yang pergi meninggalkannya terlebih dahulu? Akan segila apa ia nanti? Bahkan berpisah sejenak dengan Wishnu untuk bekerja pun ia selalu merindu. Hah...ia tak bisa membayangkan hal buruk seperti itu.
"Cintaku ngelamunin apa,sih?"
Ia terkesiap saat tiba-tiba Wishnu menggenggam tangannya. Sejak kapan Wishnu keluar dari dapur?
"Hei,Gal?"
"Nggak. Aku cuma kangen bapak"
Sang ibu mendekap Manggala dari samping. Dua anggota keluarga Mahardika itu sedang merindukan sang kepala keluarga.
"Percaya,deh. Bapak juga pasti kangen sama ibu dan kamu,Gal. Bapak 'kan penyayang banget. Tapi Tuhan lebih sayang bapak jadi Tuhan panggil bapak duluan"
"Iya,Nu. Bapak terlalu baik jadi Tuhan sayang banget"
Sebuah senyum dilukiskan Wishnu. Sejujurnya ia pun sama seperti Manggala. Ia rindu ayahnya namun sang ayah bahkan tak pernah berusaha untuk menjumpainya dan Saka. Ia lupa kapan terakhir kali sang ayah mengucap kata sayang untuknya.
"Udah. Jangan pada sedih gitu! Ini malam natal. Kita harus merayakan dengan suka cita. Jadi,ayo makan-makan!"
Suara tegas Saka seolah menghipnotis tiga orang yang semula sedang sendu itu. Mereka berjalan bersama menuju meja makan dimana beberapa masakan yang diolah oleh Saka dan Wishnu sudah tersaji disana. Mayoritas adalah cemilan karena mereka tidak terlalu ingin makan berat.
Saka sudah dianggap ayah oleh Wishnu sejak kedua orang tuanya memilih meninggalkan mereka berdua. Ia selalu patuh pada ucapan Saka dan berusaha tidak membuat kakak laki-laki satu-satunya itu kecewa.
Hanya saja ia pernah membuat Saka merasa putus asa. Saat ia memutuskan mengikuti perkataan Manggala untuk tidak bekerja dan membiarkan gelar sarjana pariwisata menganggur begitu saja. Kerja keras Saka seolah tak berbuah apa-apa karena Wishnu bahkan tak punya pendirian sendiri.
Tapi,mau bagaimana lagi? Wishnu sudah membuat keputusan dan Saka berusaha menerima meski beberapa kali sempat menyanggah. Ia bisa apa jika Wishnu lebih patuh pada Manggala dibandingkan padanya?
"Nu,belajar bikin kopi sama Saka,gih! Enak banget tau"
"Emang kopi buatanku setiap pagi kurang enak?"
"Enak. Tapi buatan Saka lebih enak"
"Sarapan sama Mas Saka aja sana! Jangan sama aku!"
Gelas kopi yang diangkat pun ditaruh ke tempat semula. Manggala lebih memilih mendekap tubuh Wishnu dari samping untuk meredakan rasa kesal yang dirasakan oleh kekasihnya itu.
"Pacarku ngambek"
"Ya habisnya ngapain sih muji-muji kopi buatan Mas Saka? Kamu suka sama Mas Saka?"
"Nggak usah khawatir,Nu. Nggak bakal aku ambil Manggala-mu itu walau dia suka aku. Aku bukan perebut milik orang lain"
"Dih! Siapa yang suka kamu? Orang aku cuma suka Wishnu"
"Kalau suka aku,ya jangan puji-puji orang lain di depan aku!"
"Iya,Wishnu. Iya..."
Pertengkaran kecil di depannya itu membuat ibu dari Manggala tersenyum kecil. Rasanya seperti kembali ke masa-masa saat anak-anaknya belum bekerja. Masih berkumpul di rumah Kaliurang.
'Pak,lihat? Kayak anak-anak waktu kecil,ya? Berantem terus'
Tanpa sadar wanita paruh baya itu menitikkan air mata. Jika waktu bisa diputar kembali,rasanya ia ingin terus bersama suami dan ketiga anak laki-lakinya. Bersama keluarga kecil selalu membuatnya tegar meski badai topan dengan tega menghantam.
"Loh! Ibu nangis?"
Kakak-beradik Jayadikusuma menoleh bersama ke arah ibu dari Manggala. Wanita paruh baya itu sibuk menghapus jejak air mata.
"Ibu kenapa?"
"Ibu cuma kangen bapak,Gal"
Manggala beralih mendekap sang ibu. Satu-satunya wanita yang ia sayangi di dunia ini tengah merindukan cintanya.
"Kita pelan-pelan bangkit bareng-bareng ya,Bu. Semua terjadi 'kan pasti ada artinya. Mungkin Tuhan mau buat kita makin kuat? Mungkin Tuhan mau kita lebih saling sayang?"
"Iya,Gal"
"Hidup harus terus berjalan,Bu. Mau sepahit apapun kita harus terima. Yang penting saling menguatkan,ya. Kita lewatin bareng-bareng"
"Iya,Gal. Terima kasih udah kuatin ibu,ya"
"Iya,Bu"
"Ya Tuhan pacarku bijak banget. Makin cinta aku"
Saka dan ibu dari Manggala tertawa mendengar perkataan tak terduga dari Wishnu sedangkan Manggala itu sendiri sibuk memukul manja bahu Wishnu. Dasar pemuda menyebalkan!
"Wishnu diem!"
Wishnu tertawa kecil sebelum mencuri kecup di bibir tipis Manggala yang tengah cemberut. Meski ada sosok ibu dari kekasihnya,tapi ia tetap mengecup beberapa kali bibir tipis Manggala. Ia hanya ingin membuat wanita paruh baya itu percaya jika ia begitu mencintai anak kedua dari tiga bersaudara di keluarga Mahardika.
"Ayo dimakan,saudara-saudaraku. Kopinya diminum keburu dingin"
Ketiga orang yang ada mengangguk menurut. Kopi buatan Saka diminum dan dirasakan nikmatnya. Kopi buatan mantan barista berpengalaman memang tak perlu diragukan lagi nikmatnya.
Di malam natal tahun dua ribu dua puluh empat itu mereka membuat harapan masing-masing. Ibu dari Manggala yang hanya berharap ketenangan di usia lanjut ini,Saka yang berharap segera dipertemukan dengan jodohnya sedangkan Wishnu dan Manggala berharap takkan ada salah komunikasi lagi diantara mereka. Semoga Tuhan bersedia mengabulkan keingininan empat orang itu.
Tamat
24/12/24
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Bicara || WONMIN
Fanfiction1 Oktober 2024-24 Desember 2024 Wishnu Jayadikusuma hanyalah pemuda yang belum memiliki kemandirian yang utuh. Pekerjaan tiada dan hanya mengandalkan uang saku dari kakak laki-lakinya. Manggala Mahardika adalah pria dewasa dengan jabatan mentereng d...