Archibald melangkah ke lobi dengan wajah serius. Sementara pria yang duduk di sana menunjukkan wajah mengejek. Pria itu terlihat tenang menikmati kopi yang dihidangkan.
"Halo, Arch~ bagaimana kabarmu?"
Archibald berkacak pinggang."Kenapa kau datang ke sini?"
"Astaga, apa ini jawaban pemilik hotel terhadap tamunya? Aku bisa saja kan menginap di sini." Nathan terkekeh.
Archibald duduk dan melipat kaki. Kedua tangannya bersedekap. Tubuhnya duduk tegak dengan tatapan tajam."Kau bilang ini keperluan mendesak, katakanlah sekarang."
Nathan menyeringai."Kenapa tiba-tiba kau datang ke hotel ini dan menginap cukup lama?"
Archibald tertawa sinis. Jadi, hal mendesak yang dimaksud adalah pertanyaan bodoh itu. "Memangnya apa urusanmu? Ini hotelku. Mau berapa lama aku menginap, tidak ada yang boleh mempermasalahkannya."
"Apa Lily ada di sini?" Raut wajah Nathan berubah menjadi serius. Tatapannya terlihat sangat berharap dugaannya benar.
Archibald melirik tajam."Sudah kukatakan apa pun yang kulakukan bukan urusanmu. Jadi, tidak usah berbasa-basi, katakan apa tujuanmu datang ke sini?"
Nathan tertawa kecil."Jadi, dia benar ada di sini? Apa aku boleh melihatnya? Sudah lama sekali sejak~"
"Nathan!" Archibald menahan emosinya."Jangan melewati batas."
"Baiklah, itu artinya tidak boleh ya." Nathan mempermainkan emosi Archibald.
"Kau tidak boleh mendekatinya karena Lily adalah kekasihku sekarang." Archibald berkata dengan tegas.
"Oh ya~ bukankah dia itu keponakanmu?"
"Dia hanya anak tiri dari Kakakku. Jadi, kami sama sekali tidak ada hubungan darah." Rahang Archibald mengeras.
"Kudengar dia menghindarimu selama ini. Dia juga menolak semua pemberianmu." Nathan berkata dengan tenang dan santai. Ia tahu kalau Archibald tidak akan bertindak selain dengan mulutnya. Mereka berteman baik, tetapi, mereka serinh bertengkar.
"Tapi, sekarang dia sendiri datang ke pelukanku." Archibald tersenyum puas. Ia merasa menang kali ini.
"Kau tahu aku menyukainya sejak lama. Jadi, bisakah kita memilikinya bersama?" Nathan memohon pada Archibald.
Archibald mendecih karena jijik melihat ekspresi Nathan yang dibuat menjadi imut. Ekspresi itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap dirinya. Tapi, bagaimana jika Nathan menunjukkan ekspresi itu pada Lily. "Maaf, Nath, aku tidak suka berbagi wanita. Jadi, jangan harap kau bisa melakukannya. Masih banyak wanita di luar sana."
"Astaga~ padahal aku ingin selalu ada di sisinya. Kau kan sering pergi. Di saat seperti itu kau butuh seseorang untuk menjaganya. Serahkan semua padaku."
"Banyak bodyguard. Jangan mengajakku negosisasi hal yang bodoh, Nathan. Kau sudah mengganggu waktuku! Dasar bedebah!!" Archibald kehabisan kesabaran. Wajahnya terlihat merah.
Nathan tertawa tanpa rasa bersalah."Kenapa? Aku mengganggu jadwalmu bersenang-senang?"
"Iya, kau menggangguku, sialan! Jadi, apa ada lagi yang ingin kau katakan? Kau tidak boleh menginap di sini. Jadi, pergilah!!" usir Archibald.
"Ya, kau tahu aku hanya mampir untuk memastikan keberadaan Lily. Sebenarnya aku harus pergi ke suatu tempat. Jadi, aku harus pergi sekarang~" Nathan bangkit dan menghampiri Archibald. Ia menepuk pundak lelaki itu dan berbisik."Ingatlah kalau Lily pernah tertarik padaku."
"Pergilah, Berengsek!"
Nathan pergi sambil menertawakan Archibald yang kini menjadi cemas. Archibald langsung kembali ke kamarnya.
Archibald berpapasan dengan asistennya di depan pintu. "Aku ingin menikah dengan Lily besok. Kau atur semuanya."
Pria muda itu tercengang."Me-menikah? Tapi, pernikahan tidak bisa dilakukan begitu saja. Kita harus mengkonfirmasi Pendeta dan pencatatan sipil."
"Kau harus mencarinya. Bila perlu bayar mereka dengan mahal. Katakan aku harus menikah besok!" kata Archibald sedikit frustrasi.
"Maafkan saya, tapi, meskipun kita membayar mahal, mustahil untuk mendaftarkan pernikahan besok. Anda hanya bisa menikah di depan Tuhan saja."
"Ya sudah, kita pikirkan lain kali." Pria itu masuk ke dalam kamar.
Archibald kehilangan akal sehatnya karena Nathan. Ia tidak rela Lily jatuh ke tangan Lelaki itu. Lily dan Nathan tidak pernah memiliki hubungan serius. Tapi, fakta bahwa dulu Lily sangat mengagumi Nathan membuatnya cemas. Ia menjadi kalut dan takut kehilangan. Ia ingin segera meresmikan status hubungan mereka.
Lily melihat Archibald masuk. Ternyata pria itu selesai dengan cepat."Paman~"
Archibald terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri.
"Paman, ada apa?" Lily menjadi khawatir. Mungkin saja ada sesuatu yang buruk terjadi.
Paman kenapa?" Lily menatap Archibald yang terlihat frustrasi.
"Aku tidak apa-apa."
"Paman banyak pekerjaan, ya. Paman lelah? Ayo istirahat."
Archibald menatap Lily yang mengajaknya ke atas ranjang. Hasratnya kembali menggebu. Tetapi, ia tidak bisa tenang karena ucapan Nathan selalu mengganggu pikirannya.
"Bagaimana kalau kupijat bagian sini. Paman tegang sekali." Lily memegang kedua pundak Archibald dan memijitnya pelan. Namun, bagi Archibald itu tidak terasa apa pun. Tangan mungil itu seperti sedang mengusap-usap pundaknya.
"Lily, kau masuk kerjanya nanti saja, ya ketika aku kembali,"ucap Archibald tiba-tiba. Ia duduk di sisi ranjang dengan tatapan kosong.
Lily terperangah dengan keputusan Archibald. Kenapa semuanya berubah dalam seketika. Ia tidak akan membiarkan hal ini terjadi. "Tapi, Paman kan pergi selama sebulan. Selama itu aku hanya berdiam diri di hotel ini dan tidak melakukan apa pun?"
"Kau bisa ke salon, gym, belanja, nongkrong di kafe, atau apa pun yang kau suka."
Lily berdiri di hadapan Archibald."Kenapa Paman mengingkari janji?" Lily menatap Archibald sedih sekaligus kecewa.
Archibald memeluk tangan Lily dengan tidak bersemangat."Kalau begitu, aku harus menyiapkan bodyguard untukmu. Kau harus mendapat pengawalan ke mana pun."
Lily menatap wajah Archibald dengan serius."Paman, sebenarnya ada apa? Katakan padaku? Apa orang yang menemui Paman barusan mengancam ingin membunuhku?"
"Mana mungkin? Jika ada yang berkata demikian aku yang akan membunuhnya lebih dulu," balas Archibald cepat.
"Lalu kenapa harus ada pengawalan? Aku ini bukan orang penting atau billionaire yang harus dikawal ke mana-mana."
"Pokoknya aku tidak mau ada yang mengambilmu dariku."
"Lalu, apa yang harus kulakukan agar Paman tenang? Aku tidak memerlukan pengawalan, Paman. Aku juga ingin bekerja lagi. Kumohon Paman mengizinkanku. Aku tidak akan mengkhianati Paman." Wanita itu memeluk tubuh Archibald. Kepala Archibald bersandar di dadanya.
Lily tidak mengerti apa yang menjadi kecemasan Archibald. Ia juga tidak tahu bagaimana cara bersikap pada pria itu agar suasana hatinya membaik.
Lily mencium pipi Archibald."Paman jangan khawatir, aku ini milik Paman.:
Archibald menatap Lily."Benarkah? Kau bersedia menjadi milikku?"
Wanita itu mengangguk."Iya benar. Setahuku, Paman adalah orang yang tidak takut apa pun. Bahkan dengan berani mencelakai orang lain. Lalu apa yang terjadi sekarang?"
Archibald menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. "Aku hanya takut kehilanganmu, Lily. Itu yang kurasakan sekarang."
Tubuh Lily membatu seketika saat mendengar ucapan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS FORBIDDEN OBSESSION
RomanceSejauh apa obsesi membawamu? Manis dan bersinar. Itulah yang Archibald rasakan saat pertama kali melihat Lily. Rasa itu berkembang menjadi kasih sayang dan ingin melindungi. Wanita itu seputih namanya, Bunga Lily. dan Archibald akan membunuh serangg...