Lily kembali tiba di hotel. Dadanya berdebar-debar ketika akan masuk ke kamar. Ia menantikan reaksi Archibald atas penampilan terbarunya. Tapi, ia juga sedimit resah dengan jumlah uang yang ia keluarkan. Lily masuk ke kamar dan langsung menyapa Archibald di ruang kerja.
"Paman, aku pulang." Lily menghampiri Archibald.
Pria itu menoleh dan terkesima dengan perubahan Lily."Kau cantik sekali. Aku hampir tidak mengenalimu."
"Itu berlebihan."
"Aku tidak berbohong."
Wajah Lily merona."Paman suka dengan perubahan penampilanku?"
Archibald mengangguk."Ya, kemarilah."
Lily meletakkan tas belanjanya di atas meja. Ia menghampiri Archibald. Pria itu menarik Lily ke atas pangkuannya. Ia menatap wajah Lily dari dekat."Kau semakin menggemaskan."
"Terima kasih atas sarannya untuk mengubah penampilan. Aku juga suka dengan rambutku yang baru." Lily merasa puas dengan penampilannya karena Archibald memujinya.
"Aku senang melihatmu bersemangat seperti itu."
"Tapi, Paman~aku menghabiskan banyak uang Paman. Aku pakai untuk potong rambut, perawatan wajah dan badan, lalu ipad dan handphone. Aku akan mengganti dengan gajiku nanti."
Archibald menyipitkan matanya."Kenapa harus menggantinya. Jumlah uang yang kau keluarkan itu masuk ke dalam pesanku. Jumlahnya sedikit. Kenapa kau khawatir. Habiskan saja jika.kau mau."
"Aku justru kaget karena kau hanya berbelanja sedikit. Pakailah, itu milikmu, sayang," balas Archibald.
Lily merasa sedikit melayang karena saat ini ia memegang banyak uang. Tetapi, ia paham betul risiko atau harga yang ia bayar dari uang tersebut.
Archibald memainkan rambut Lily dan mengendusnya."Wangi, tapi, ini bukan aroma khasmu."
"Aku akan menyemprotnya dengan aroma khasku nanti." Lily tersenyum.
"Istirahatlah jika lelah." Archibald menurunkan Lily dari pangkuannya.
"Paman~ boleh bertanya sesuatu? Tapi, ini agak memalukan." Lily tertunduk dengan wajah merahnya.
"Memangnya ada pertanyaan yang memalukan, ya?"
"Ada. Menurutku ini agak memalukan tapi~aku penasaran. Tapi, bukan berarti aku menginginkannya."
Archibald mengangguk."Silakan bertanya, kenapa sampai seperti itu? Sememalukan apa pertanyaanmu?"
"Ke- kenapa Paman tidak meniduriku?"
Archibald terperangah, wajahnya berubah menjadi merah.."Memangnya kau ingin itu terjadi?"
Lily menggeleng kuat."Ma-maksudku~ aku pikir itu akan terjadi mengingat apa yang Paman lakukan padaku selama ini."
Archibald menghela napas panjang. Ia kembali menarik Lily dan membawa ke pangkuannya."Seharusnya kau langsung istirahat saja. Kenapa mengajukan pertanyaan semacam itu. Kau tahu, kan~ aku tidak bisa dipancing begitu. Aku jadi ingin menidurimu sekarang juga."
Lily menelan ludah. Rasa penasaran sepertinya akan membuat semua itu menjadi terwujud. "Tap-tapi, Paman~ aku hanya heran. Biar bagaimana pun aku tetap bahagia dengan apa pun yang terjadi saat ini. Maafkan aku, Paman."
"Jadi, bagaimana kalau itu terjadi sekarang? Kau setuju?" tatap Archibald lembut. Napasnya sedikit memburu. Pertanyaan Lily membuat gairahnya sedikit bangkit. Namun, ia masih menahan diri agar percikan gairahnya tidak membesar.
"A-aku tidak tahu, Paman. Aku takut karena itu sakit, kan?" Lily tertunduk. Ia tidak berani menatap wajah Archibald yang terlihat sangat bernafsu.
"Iya, katanya sakit. Tapi, aku akan melakukannya dengan baik dan lembut." Archibald bisa merasakan detak jantung Lily yang cepat karena membicarakan hal ini.
"Iya sakit, aku~ agak takut."
Archibald tersenyum geli. "Aku tahu kau belum siap. Jadi, aku akan menunggu sampai waktu itu tiba. Atau~ setelah aku menikahimu. Atau bisa saja ketika aku tidak bisa menahan diri lagi. Itu bisa terjadi kapan pun. Termasuk sekarang."
Wajah Archibald mendekat dan melumat bibir Lily. Lily membatu. Tubuhnya mulai menegang karena berpikir itu akan terjadi sekarang.
Archibald mengusap bibir Lily."Aku bisa menahan diri, sayang. Yang penting kau selalu ada di sisiku. Jangan menghindariku lagi, ya?"
"Baik, Paman,"jawab Lily.
"Aku harus melakukan perjalanan bisnis selama sebulan. Jadi, aku akan meninggalkanmu. Kau harus tinggal di hotel. Aku akan pergi bersamaan dengan kau masuk kerja kembali,"jelas Archibald.
"Paman tidak takut aku akan pergi?"
"Kau tidak akan melakukannya, kan?"
"Iya."
"Kau akan menjaga dirimu untukku, kan? Kau harus ingat bahwa mataku mengawasimu selama dua puluh empat jam." Tatapan Archibald berubah menjadi bentuk ancaman terhadap Lily.
Nyali Lili menciut. Ia takut kejadian buruk akan menimpa dirinya lagi. Ia tidak akan melakukan hal yang tidak disukai Archibald. Hidupnya akan terjamin jika ia menjadi anak yang baik."Baik, Paman. Aku akan menuruti apa yang Paman inginkan."
"Bagus. Istirahatlah sekarang, aku akan menyusulmu nanti."
Lily turun dari pangkuan Archibald. Wanita itu memberi kecupan di pipi lelaki itu sebelum pergi.
Archibald memegang pipinya. Perasaannya begitu hangat dan menyenangkan. Ini adalah situasi yang ia inginkan sejak lama sekali.
"Paman!" Lily muncul dengan tiba-tiba mengagetkan Archibald.
"Astaga, ada apa, sayang?" Archibald berkata dengan lembut meskipun sedang kaget.
"Apa aku boleh membeli makanan dari luar?"
"Beli saja apa pun yang kau mau, sayang,"kata Archibald."Kau boleh membelinya. Tapi, kau harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan makanannya. Jangan terlalu tinggi gula dan karbohidrat."
"Iya, Paman."
Lily mengabaikan peringatan Archibald tentang makanan rendah gula dan karbohidrat. Ia akan membeli makanan yang ia suka. Saat ini Lily baru sadar bahwa pria itu santat memperhatikab makanannya. Pantas saja tubuhnya sangat bagus.
Lily memesan makanan melalui layanan pesan antar. Setengah jam kemudian makanannya telah tiba. Ia menikmati makanannya sembari menonton televisi. Karena begitu menikmati makanannya, ia tidak sadar Archibald telah ada di sampingnya.
Mata Archibald membesar melihat jenis makanan yang dibeli Lily. "Sayang~"
Lily menoleh lalu gerakannya melambat. Ia telah melakukan kesalahan. Seharusnya ia menghabiskan makanannya sebelum Archibald datang."Paman mau makan?"
Archibald memijit keningnya."Kau suka makanan tidak sehat, ya?"
"Tapi, ini makanan kesukaanku, Paman. Aku juga makan seperlunya saja, tidak berlebihan." Lily berkilah. Ia melirik Archibald dan menantikan reaksi selanjutnya. Mungkinkah pria itu akan marah.
Archibald menarik napas panjang dan tersenyum. Ia mengusap kepala Lily."Ya sudah, kau boleh menikmatinya sesekali. Tapi, kau juga harus memperhatikan kesehatanmu."
Lily mengangguk dengan mulut penuh.
"Kalau begitu lanjutkan makannya. Aku mau berenang. Kau mau ikut berenang?"
"Tidak, Paman. Aku makan saja." Lily melebarkan senyumnya sekali lagi agar Archibald tidak marah. Ternyata Archibald memang pria yang selalu menerapkan hidup sehat.
"Oke, selamat menikmati."
Archibald mengganti pakaiannya. Lalu ia pergi ke kolam renang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS FORBIDDEN OBSESSION
RomansaSejauh apa obsesi membawamu? Manis dan bersinar. Itulah yang Archibald rasakan saat pertama kali melihat Lily. Rasa itu berkembang menjadi kasih sayang dan ingin melindungi. Wanita itu seputih namanya, Bunga Lily. dan Archibald akan membunuh serangg...