Paman Archibald

391 96 3
                                    

Lily berharap apa yang terjadi kemarin adalah mimpi. Tetapi, ketika ia bangun tidur dan melihat sekeliling, teenyata ia benar-benar ada di kamar mewah itu. Tempat yang pernah ditawarkan untuknya dan ia tolak mentah-mentah. Bak menjilat ludah sendiri, ia sekarang ada di sini dan menikmati fasilitasnya.

"Selamat pagi, Lily~"

Lily terbelalak. Ada suara pria di kamar ini. Itu tidak mungkin suara Archibald, kan? Mustahil jika pria itu sudah ada di sini. Bahkan jika ia langsung kembali ia pasti akan tiba lusa.

Pria bertubuh tinggi dan mengenakan handuk di pinggang menghampiri Lily. Wanita itu beringsut mundur.

"Siapa kau? Kenapa ada di kamar ini?" Lily melihat ke sekeliling. Ia mulai berpikir kalau ia diberikan kamar yang salah. Lalu, kenapa pria itu hanta mengenakan handuk?

Archibald bersedekap dan menatap Lily tajam."Kau tidak mengenalku, sayang? Padahal menunggumu begitu lama."

Lily menelan ludahnya. Pria di hadapannya memiliki kulit bersih dan putih. Ia memiliki tato bunga Lily di lengan kirinya. Pria yang ia kenal dengan ciri-ciri seperti itu adalah Archibald.

Lily menelan ludah."Paman~?" Pria di hadapannya sekarang adalah orang yang ia anggap sebagai Paman. Adik dari Ayah tirinya. Ini pertama kalinya Lily melihat Archibald setelah delapan tahun tidak bertemu. Pria itu semakin terlihat matang. Semakin bertambah umurnya, pria itu terlihat semakin muda.

Archibald tersenyum menyeringai."Iya. Apa kau terkejut? Seharusnya itu tidak terjadi. Karena kau tahu betul ini adalah kamarku."

Lily turun dari ranjang dengan hati-hati. Kemudian melangkah mendekati Archibald."Bukankah Paman sedang di Dallas. Kenapa sudah sampai ke sini lagi? Butuh 30 jam perjalanan untuk tiba di sini."

"Oh, sudah kuduga, kau pasti tidak senang aku ada di sini." Archibald mendecih, kemudian duduk di sofa. Kakinya di silangkan menatap Lily dengan kecewa. Wanita itu masih saja tidak bisa menerima kehadirannya."Saat Martin menghubungiku, aku masih berada di Sidney. Aku berencana melanjutkan perjalanan ke Dallas hari ini. Aku membatalkan semua jadwalku."

"Seharusnya aku datang hari ini saja,"pikir Lily. Namun, semua sudah terjadi.

"Kenapa kau datang tiba-tiba? Bertahun-tahun aku mengundangmu, kau menolaknya dengan angkuh," tanya Archibald dengan lembut.

Lily menunduk sedih dengan kedua tangan yang mengepal. Ia tidak ingin ada di sini, tapi, ia tidak memiliki jalan lain. Namun  ia juga tidak ingin menuruti keinginan Archibald.

"Ini semua karena Paman! Paman terus ikut campur dalam hidupku hingga aku disebut wanita pembawa sial. Padahal semua yang terjadi pada pria-pria itu karena ulah Paman! Pria itu memutuskan hubungan. Kantor memberi skors, lalu Pemilik apartemen mengusirku. Aku benat-benar dianggap pembawa sial!" Lily mengeluarkan keresahan di dalam hati yang selama ini tidak tersampaikan.

Archibald tertawa lirih."Jika kau sudah tahu, kenapa masih saja menjalin hubungan dengan orang lain. Kenapa tidak denganku saja."

"Aku tidak menyukaimu. Itu saja,"balas Lily singkat.

"Kita sudah pernah sepakat, Lily. Jika kau sampai menggunakan kartu hitam itu,artinya kau menerimaku."

Mata Lily terpejam. Ia merasa ngeri dengan hidupnya sendiri. Setelah kehilangan Ibunya, ia tidak memiliki siapa pun untuk bersandar. Satu-satunya keluarga adalah Archibald. Namun, sikap Archibald tidak pernah berubah. Pria itu membuatnya merinding dan takut. Tatapannya seperti ingin menerkam dirinya.

HIS FORBIDDEN OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang