3. Salah Sangka

223 52 1
                                    

"Lily sayang~" Archibald membelai rambut wanita itu.

"Ah itu~" Lily bangkit dari pangkuan Archibald dengan cepat. Ia berdiri menghadap lelaki itu."Apakah Paman akan benar-benar mengurus pekerjaanku? Maksudku~aku masih ingin bekerja di sana."

Archibald mengangguk."Kau bisa bekerja lagi tanpa ada yang mempertanyakanmu. Aku bisa membungkam mulut jahat mereka. Apa pun yang kau minta."

"Baiklah, Paman, aku akan tinggal bersama Paman. Lalu, apakah aku boleh mengajukan syarat lain?"

Archibald mengangguk sembari mengambil cangkir kopinya lagi."Silakan."

"Citraku di kantor sangat buruk. Bisakah Paman tidak ikur campur lagi dalam urusan pribadiku? Maksudku, aku tidak akan berpacaran lagi. Aku hanya akan menjalani kehidupan yang normal."

"Itu tidak bisa, Lily. Jika ada yang menyakitimu, aku harus bertindak. Tapi, untuk hal lain aku akan menahan diri. Asalkan kau menjadi Gadis yang patuh."

Lily menelan ludahnya. Ia harus mencoba mempercayai Archibald sekali ini saja."Baiklah, Paman. Kali ini aku akan menjadi anak yang baik. Tapi, jangan menakutiku."

Archibald tertawa geli. Ia bangkit dan menghampiri Lily. Ia menatap wajah gadis itu dalam-dalam."Aku tidak akan menakutimu. Aku akan menjadikanmu Ratu."

Jantung Lily berdebar kencang. Apa yang akan pria itu lakukan padanya setelah ini. Lily pernah membayangkan Archibald akan menciumnya. Namun, sejauh ini, Archibald hanya mengecup bagian kepalanya saja. Tetapi, tidak menutup kemungkinan pria itu melakukan hal lain. Ia dan Archibald adalah orang dewasa di sini.

"Kalau begitu, peluklah aku. Sudah lama kita tidak bertemu." Archibald merentangkan tangannya.

Lily masuk ke dalam pelukan Archibald secara perlahan. Wajahnya menyentuh permukaan dada yang menggoda itu. Lalu ia merasakan tangan Archibald memeluknya dengan hangat.

Archibald merasa sangat lega. Hari yang ia impikan telah tiba. Saatnya menikmati penantian panjangnya itu.

Archibald melepaskan pelukannya." Pergilah mandi dan bersiap. Kita harus sarapan. Kita sarapan di restoran saja, setelah itu kita langsung pergi."

"Pergi ke mana, Paman?"

"Kita harus berbelanja. Kekasihku ini~ harus mengenakan barang-barang yang mahal!" Archibald tersenyum penuh arti. Lalu, ia berjalan ke ke lemari pakaian.

Lily berjalan ke toilet dengan gamang. Semua terjadi begitu cepat. Archibald memutuskan segalanya. Lalu statusnya sekarang malah berubah menjadi kekasih Archibald.

Kehidupan Lily berubah dalam dua puluh empat jam. Kemarin ia adalah sosok karyawan biasa dengan hidup pas-pasan. Ia juga dicemooh banyak orang. Ditatap sinis dan dianggap pembawa sial. Tapi yang terjadi zekarang, ia duduk di ruangan yang nyaman dan disajikan makanan enak. Satu persatu pramuniaga datang menunjukkan koleksi toko mereka. Mereka bahkan dengan sangat ramah memakaikan sepatu di kaki Lily.

"Jadi, mana yang kau suka? Apa kau menyukai semuanya?" tanya Archibald setelah sekian lama Lily mencoba.

Lily menggeleng."Sebenarnya sedari tadi aky mencari yang termurah."

"Tugasmu memilih yang kau suka, bukan yang termurah. Kalau begitu kita beli saja semua." Archibald memberi kode pada pramuniaga agar mendekat.

"Jangan, Paman, kalau sebanyak ini kita tidak punya lemari yang cukup." Lily mengingatkan.

"Ah, benar sekali~kalau begitu pilih beberapa dulu. Sisanya kita akan datang lain kali."

Lily tersenyum tipis, kemudian memilih beberapa barang yang sejak awal menarik hatinya. Kemudian memberikan pada pramuniaga untuk dibungkus.

Archibald memeluk pundak Lily."Sebenarnya aku berpikir untuk pindah ke penthouse. Kurasa penthouse lebih nyaman. Atau kita tinggal di mansion saja? Menurutmu bagaimana? Kita bisa beli lemari yang besar agar kau bisa menyimpan pakaian, tas, dan sepatu yang kau mau."

Lily duduk dengan tegang karena tangan Archibald ada di pundaknya. "A-aku tidak tahu, Paman. Itu bukan sesuatu yang bisa kuputuskan."

"Hmmm~"

"Memangnya selama ini Paman tinggal di mana?"

"Di Hotel. Karena aku jarang ada di Kota ini, maka aku memilih tinggal di Hotel saja."

"Lalu, kenapa ingin memiliki penthouse? Paman juga jarang ada di sini."

Archibald menatap Lily dengan begitu dekat."Karena mulai sekarang, aku akan menetap di sini. Karena kau~ kecuali kau tidak ingin bekerja lagi. Aku akan membawamu setiap aku pergi."

Lily meneguk minumannya untuk mengatasi kegugupan. Situasinya saat ini seperti sedang naik roller coaster. Terkadang ia dalam posisi aman, tapi dalam hitungan detik ia dalam posisi mendebarkan. Jantungnya berdetak tidak karuan. Ia juga tidak bisa menebak apa yang Archibald lakukan padanya setelah ini.

Archibald tersenyum melihat sikap Lily. Ia mengecup puncak kepala wanita itu."Kau masih takut padaku, ya?"

Lily melirik sedikit. Ia mengangguk pelan.

Archibald mengusap-usap rambut Lily. Lalu usapan itu pindah ke punggung hingga ke pinggangnya."Aku tidak akan melukaimu. Aku hanya melukai orang yang berpotensi menyakitmu."

Tubuh Lily merinding. Ia membayangkan berapa banyaknya orang yang celaka karena Archibald. Termasuk Richard. Wajar saja Ibu Richard meminta mereka putus. Lily berpikir Richard terlalu baik untuknya. Pria itu berhak hidup tenang dan bahagia.

Pramuniaga datang membawa mesin pembayaran. Archibald menggesek kartunya. Lalu beberapa tas belanja datang. Archibald menyerahkan tas itu pada Asisten yang mengikuti mereka.

"Ayo kita pergi ke tempat lain." Archibald mengaitkan jarinya pada jari Lily.

"Apa yang akan Paman belikan lagi untukku?"  Lily sedikit tergesa-gesa karena langkah Archibald begitu lebar.

"Oh, kau kesulitan menyeimbangkan langkah ya." Archibald melambatkan langkahnya."Pakaian tidur mungkin~ aku tidak suka melihatmu tidur mengenakan pakaian rumahan. Tidur harus menggunakan piyama atau sejenisnya."

"Baik, Paman." Lily hanya bisa mengikuti perintah. Archibald mengambil alih prosesnya kali ini. Pria itu memutuskan apa yang harus Lily kenakan. Setelah itu mereka kembali ke hotel.

Archibald harus memikirkan ulang tempat di mana ia dan Lily tinggal. Sebaiknya ia segera mencari penthouse.

Lily dan Archibald tiba di Hotel. Semua barang belanjaan ada di sana. Lily berdecak kagum. Biasanya ia hanya melihat barang-barang ini dari ponselnya. Sekarang ia memiliki semuanya.

"Paman, aku akan menyimpannya di lemari."

Archibald mengangguk."Silakan menikmati waktumu. Selama bersamaku, tolong kenakan pakaian yang kuberikan untukmu."

"Iya, Paman~" Yang pertama kali Lily lakukan asalah membuka tas belanja berisi piyama. Sejak awal ia sudah berpikir kotor. Ia yakin sekali kalau Archibald akan membelikannya sejenis lingerie. Lalu, pria itu akan memaksa mengenakan lingerie itu di depannya. Lalu, terjadi sesuatu yang sudah pasti Archibald inginkan.

Apa yang Lily pikirkan salah. Yang Archibald belikan untuknya adalah piyama klasik dengan celana pendek dan panjang. Ia sudah berpikiran buruk pada Archibald.

Lily melihat ke arah Archibald yang duduk di sofa. Pria itu mengenakan kacamata sambil melihat iPadnya. Mungkin pria itu sedang bekerja.

Lily merasa curiga, pria itu tidak seperti Archibald yang ia kenal. Sepertinya ini hanya perangkap. Mungkin Pria itu berpura-pura baik agar ia tidak melarikan diri. Lily selesai memindahkan barang. Lalu, ia duduk dengan perasaan hampa. Tidak melakukan apa pun memang sangat membosankan. Ia ingin menjadi orang yang sibuk di kantor.

💜💜💜

💜💜💜

HIS FORBIDDEN OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang