Archibald dan Lily sarapan di restoran hotel. Setelah itu, Archibald mengajak Lily berkeliling dengan berjalan kaki.
Lily memperhatikan para pekerja hotel yamg berseliweran. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. "Apa tidak apa-apa berkeliling di sini, Paman? Kita akan mengganggu mereka bekerja."
"Memangnya kenapa? Kita adalah Pemiliknya. Sudah seharusnya kita mengawasi mereka. Lagi pula ini hanya sesekali."
"Ini punya Paman, bukan punyaku."
"Kau juga mewarisi Perusahaan ini. Jadi, karena.kita adalah sepasang kekasih, ini menjadi milik bersama."
Lily menyipitkan matanya."Jadi, karena itu Paman mendekatiku. Agar harta ini tidak dibagi dua?"
"Bukan seperti itu. Aku mencintaimu sejak lama. Mana mungkin hanya demi harta aku bertindak sejauh ini. Lagi pula harta itu terlalu banyak,"kata Archibald tanpa tersinggung sedikit pun.
Hotel itu memiliki pekarangan yang luas. Jadi, tamu yang datang dapat menikmati waktu mereka di luar gedung. Kini mereka memasuki wilayah kolam renang. Langkah Lily terhenti seketika saat melihat Richard dan seorang wanita di sini. Secara spontan, Lily membalikkan badannya.
Archibald menyipitkan mata, lalu memandang siapa orang yang membuat Lily seperti itu. Hatinya mendidih karena ternyata orang itu adalah Richard."Apa kau masih mencintainya?"
"Ti-tidak." Lily merasa bersalah karena sudah bertindak dengan gegabah. Seharusnya ia berpura-pura tidak melihat dan mengajak Archibald ke jalan lain.
"Lalu, kenapa bersembunyi?"
"Kita pergi saja, Paman, aku ingin kembali ke kamar." Lily memeluk tangan Archibald.
Pria itu melihat tangannya yang dipeluk dengan tatapan datar. Ia merasa cemburu. Ia melihat ke arah Richard yang sepertinya sedang menginap di sini. Wanita di sebelahnya pasti kekasihnya saat ini."Seharusnya aku menabrakkannya lebih keras. Jadi, dia tidak bisa hidup."
"Pa-Paman, ayo kita ke kamar." Tangan Lily gemetar.
Archibald mendecak sebal. Kemudian ia patuh terhadap permintaan Lily. Begitu tiba di kamar, Lily terduduk dengan wajah pucat.
"Apa yang membuat kau sampai seperti ini?"
"A-aku hanya tidak menyangka kalau dia menemukan penggantiku secepat itu. Maafkan aku, Paman. Aku tidak bermaksud membuatmu marah." Lily tertunduk.
"Tapi, aku sudah kesal melihatmu seperti itu. Kau melanggar perjanjian, Lily. Kau berjanji hanya akan melihatku saja, kan?" Archibald menghela napas kasar. Kemudian ia pergi ke ruang kerja.
Setelah beberapa lama terdiam, Lily menghampiri Archibald."Paman, maafkan sikapku. Maaf aku sudah kurang ajar pada Paman."
Archibald menatap Lily."Aku tidak marah. Aku hanya cemburu."
"Aku hanya sedikit trauma dengan rasa sakit dari hubungan itu. Bukan karena perasaan di antara kami, tapi, lebih pada perasaanku yang takut menghadapi orang itu." Lily menjawab tanpa berani menatap Archibald.
Archibald mengangguk. Ia menghampiri Lily dan memeluknya. Wanita itu menghela napas lega. Tubuhnya begitu lemas sampai ia tidak sanggup berdiri
"Kau kenapa?"
"Aku sangat berterima kasih."
"Astaga, aku bukan Dewa. Ayo bangkit." Archibald membantu Lily berdiri."Maaf sudah membuatmu sedih. Kalau begitu kau boleh pergi berbelanja."
"Kita baru berbelanja kemarin."
Archibald mengusap rambut Lily."Aku memberimu keleluasaan, pergilah belanja sendirian. Kau harus memiliki potongan rambit yang baru atau kau mungkin ingin mewarnainya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS FORBIDDEN OBSESSION
RomanceSejauh apa obsesi membawamu? Manis dan bersinar. Itulah yang Archibald rasakan saat pertama kali melihat Lily. Rasa itu berkembang menjadi kasih sayang dan ingin melindungi. Wanita itu seputih namanya, Bunga Lily. dan Archibald akan membunuh serangg...