Archibald selesai meeting pukul dua belas malam. Ia masuk ke ruangan tidur. Nuansa ruangan terasa hangat karena Lily menyalakan lampu tidur saja. Archibald mengganti pakaiannya. Setelah itu ia berbaring di sebelah Lily.
Archibald memeluknya dari belakang. Ia membelai rambut Lily yang lembut dan harum. Hatinya bergetar. Ia menciumi kepalanya dengan penuh hasrat. Kemudian ia menyibak helaian rambutnya hingga leher Lily terlihat. Archibald menenggelamkan wajahnya di sana.
Lily menggeliat, ia merasa terusik dengan sentuhan Archibald yang cukup kentara. Ia terbangun dan mengerjapkan mata."Paman~" Lily membalikkan badan.
"Tidurlah lagi~" Archibald mengecup bibir Lily.
"Tapi, Paman sudah membangunkanku barusan." Lily berkaya dengan suara serak.
Archibald terkekeh."Iya, rasanya aku ingin terus mengganggumu."
"Paman sudah mengangguku seumur hidup." Lily mengatakannya dengan sedikit takut. Ia memainkan jemarimya di dada Archibald.
"Jika tanganmu terus seperti itu, milikku bisa berdiri." Archibald mengingatkan. Ia tidak tahu sampai kapan ia bisa menahan diri. Benteng pertahanan dirinya bisa runtuh kapan saja.
Lily menjauhkan tangannya dengan cepat."Maaf, Paman. Kalau begitu, Paman juga tidur."
Archibald merengkuh tubuh Lily."Kau tahu, aku merindukan hal seperti ini sepanjang tahun."
Lily tidak menjawab. Ia bersandar di dada Archibald dalam diam. Ia merasakan sentuhan Archibald di mana pun pria itu menginginkannya. Mengusap punggung, meremas bokongnya, menciumi wajah dan bibir atau kepalanya.
Namun, setelah itu tidak terjadi apa pun. Pria itu hanya sekadar menyentuhnya."Apa selama ini Paman tidak punya kekasih?"
"Tidak sama sekali."
"Kenapa?" Lily mendongak menatap Archibald.
"Karena kau adalah satu-satunya wanita yang kuinginkan,"balas Archibald.
"Bukankah itu aneh?"
"Benar. Itu aneh. Aku memang memiliki kelainan, yaitu hanya menginginkan kau sebagai pendamping hidupku, Lily. Aku ingin memiliki anak dari rahimmu. Anak perempuan yang sangat mirip denganmu." Archibald membelai wajah Lily dengan tatapan penuh hasrat.
Lily menelan ludahnya. Ucapan Archibald kembali terdengar mengerikan. Pria itu benar-benaf terobsesi padanya."Lalu, aku sudah di sini sekarang. Apa yang akan Paman lakukan padaku?"
"Tentu saja menikahimu!"jawab Archibald cepat."Tapi, kurasa kau masih belum terbiasa denganku. Aku tidak ingin memaksamu. Kita jalani saja pelan-pelan."
"A-aku belum siap." Mulut Lily langsung terbungkam oleh kecupan Archibald.
"Apa yang membuatmu belum siap? Aku sudah menyiapkan semuanya. Usiamu juga sudah dewasa." Tatapan Achibald berubah. Wajahnya menjadi dingin.
"Ma-maksudku, ini sangat tiba-tiba, Paman. Aku belum mempelajari tentang bagaimana berumah tangga. Orang-orang bilang, rumah tangga itu complecated."
"Kita akan laksanakan bersama-sama. Kau tidak perlu memikirkan apa pun. Kita sedang simulasi rumah tangga, kan?"
Lily meringis."Iya, Paman. Kalau begitu ayo kita tidur."
Archibald terbangun. Ia meraba-raba sisi ranjang di sebelahnya. Matanya terbuka lebar. Ia tidak menemukan Lily. Ia sedikit panik. Kemudian bangkit untuk memeriksa toilet. Wanita itu tidak ada di sana. Lantas ia berjalan cepat membuka pintu kamar dan hatinya kembali tenang. Ternyata Lily sedang ada di dapur membuat sesuatu.
"Kau sedang apa, sayang?" tanya Archibald. Ia memeluk Lily dari belakang.
Lily terbelalak. Bukan karena pelukan Archibald, melainkan sesuatu yang mengeras menempel di pinggangnya. Lily menelan ludah dan menghentikan aktivitasnya."Aku kelaparan, jadi, aku ingin membuat sesuatu."
Archibald mengendus kepala Lily."Kau sudah mandi ya?"
"Iya."
Archibald melihat jam."Ini kan sudah pagi. Kau bisa memesan makanan. Jam sarapan juga sebentar lagi tiba."
"Oh, kupikir aku akan sangat merepotkan. Jadi, aku membuatnya sendiri. Tapi, aku belum melakukan sesuatu. Aku masih menyiapkan bahannya dan berpikir akan membuat apa."
Archibald mengambil bahan makanan dan mengembalikannya ke lemari es."Kita pesan makanan saja. Kau tidak boleh capek."
"Aku tidak akan capek karena tidak melakukan apa pun di sini."
Archibald mengangkat tubuh Lily dan meletakkannya di atas meja dapur. Wanita itu menatap Archibald dengan jantung yang berdebar kencang.
Archibald meletakkan wajahnya di pundak Lily. Lalu, ia memeluknya dengan erat. Lily sedikit bingung, tapi, Archibald sering melakukan hal seperti ini.
"Apa meeting Paman berjalan lancar semalam?"
Archibald mengangkat wajahnya."Sangat lancar sampai membuatku senang. Jadi, pergilah mandi dan bersiap-siap. Kita akan sarapan lalu jalan-jalan di sekitar Hotel."
"Tapi, aku sudah mandi. Paman yang harus mandi, kan?"tatap Lily.
Archibald tersenyum."Bagaimana kalau kau mandi lagi?"
"A-apa? Kenapa harus mandi lagi?" Lily bingung.
Archibald mengacak-acak rambut Lily dengan tatapan yang begitu dalam.
💜💜💜
Part ini memiliki hidden part. Bisa dibaca di karyakarsa. Hidden part tidak akan mengganggu jalan cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS FORBIDDEN OBSESSION
RomantizmSejauh apa obsesi membawamu? Manis dan bersinar. Itulah yang Archibald rasakan saat pertama kali melihat Lily. Rasa itu berkembang menjadi kasih sayang dan ingin melindungi. Wanita itu seputih namanya, Bunga Lily. dan Archibald akan membunuh serangg...