03 : Merayu Kembali

198 39 2
                                    

20 vote?

...

🦢 Merayu Hati 🦢
C H A P T E R 3:

Kalau ada predikat orang paling sabar, Sadipta harus mendapatkannya.

Seminggu berlalu, tujuh hari dia menjabat sebagai direktur Prasojo Hotel Indonesia, sekitar 168 jam sudah ia lalui dan tak menemukan batang hidung Kamaniya sama sekali. Perempuan itu pandai sekali menyembunyikan diri, sama seperti dulu. Dan Sadipta makin kelabakan dibuatnya, merasa tak becus. Mereka berada di bangunan yang sama, tapi ia tak dapat menangkap. Seolah tak ada yang bisa diharapkan dari kekuasaannya.

"Heksa!" teriak Sadipta karena kepalanya sudah pening mengamati tumpukan berkas sialan yang memuakkan.

Namun dibandingkan berbangga diri dengan kekuasaan sialan ini, Sadipta justru darah tinggi mendapati berita kekacauan yang terjadi. Dimulai dari penurunan pengunjung yang drastis pertahunnya, struktur perusahaan yang kacau karena banyaknya pegawai tempelan, banyak dari fasilitas hotel yang tidak berfungsi lalu menyebabkan komplain hingga mengakibatkan branding hotel tercoreng, belum lagi Sadipta menemukan adanya oknum-oknum yang menggerogoti keuangan hotel. Ia tak menyangka bisnis hotel saja bisa seberantakan ini.

Bintang lima seolah hanya embel-embel akibat kemegahan hotel bergaya klasik vintage ini. Tak ada yang spesial di dalamnya, hanya kekacauan yang tercipta. Membuat kepala Sadipta pening tak tertahan, seolah dia dilahirkan hanya untuk membenahi kekacauan yang nihil untuk dibereskan akibat busuk manusia di dalamnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Parahnya, Sadipta hanya bekerja bersama Maheksa untuk mengurus segala kepelikan Prasojo Hotel Indonesia. Hermawan Prasojo yang sudah tua itu menyerahkan semua padanya, sementara Tania Reswati— ibunya— hanya mampu memberi dukungan berupa usapan di punggung berharap mampu menguatkan Sadipta yang makin pening.

Bangsat!
Kenapa hotel sebusuk ini tidak diberikan saja kepada Jennitra yang lebih siap mengurus segala bisnis dibandingkan dirinya? Sadipta tak habis pikir. Atau kepada Tanaka yang memang menempuh pendidikan sama dengan Jennitra? Kenapa harus Sadipta yang bahkan bertemu mereka saja hanya setahun dua kali?

Maheksa yang sudah berdiri di depan meja kerja Sadipta menyadari peningnya Tuan Muda ini. Sedikit merasa iba, tapi ia pun tak dapat membantu banyak. Ia hanya menjalankan sesuai dengan perintah.

"Kenapa sekacau ini?" geram Sadipta.

Maheksa yang merupakan anak dari tangan kanan Tuan Prasojo itu kian menundukkan kepala. Pria yang sedari kecil hidup di kediaman mewah keluarga Tuan Hermawan Prasojo bersama dengan Ayahnya itu lebih memahami detil seluk beluk perusahaan akibat seringnya mengikuti Tuan Pras dan Ayahnya bekerja, dibandingkan dengan Sadipta.

Merayu HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang