Part 2

36 4 4
                                    

Sepanjang pelajaran aku benar benar tidak konsen. Yang kudengar hanya gombalan dan tawa cekikikkan dari belakang.

Bel istirahat memaksa Bu Rina mengakhiri pelajarannya. Oh, baguslah aku tidak perlu mencatat biologi lagi. Dan aku bisa membuat Rinka berhati hati.

"Rin, kami duluan ya, mau ke ruang guru dulu mau ngasihin tugas." Rere, Eva, Lyva dan Riska pergi duluan. Biasa, mereka suka utang tugas. Apalagi Rere sama Lyva.

"Rin, ke kantin yuk." Ajakku saat mereka sedang bercanda.

"Eh, ayo Rin." Rinka hendak bangkit dari kursinya, tiba tiba anak baru itu bersuara.

"Nama kalian sama sama dipanggil Rin?" Kepo ni anak.

"Itu bukan urusan lo anak baru." ujarku ketus. Anak baru itu mengangkat satu alisnya.

"Jangan gitu Rin. Kenalin Vin, ini Orixia Orince. Biasanya sih dia dipanggil Orix, tapi sebenernya dia-" aku membungkam mulut Rinka dengan tanganku. Anak baru itu dilarang untuk banyak tahu tentangku. Aku menyeret Rinka secara paksa.

"Orin." Oke, tenang Rin. Berani banget yak, baru kenal udah manggil gue Orin.

Aku berbalik. "Lo. Dilarang. Manggil. Gue. Orin!" Eh, dia malah ketawa.

"Lo galak banget, sumpah. Lagi PMS ya?" Aku melotot.

"Ga usah sok tau." Aku kembali menarik tangan Rinka. Oh, itu sudah jadi kebiasaanku.

"Kenapa sih Rin?" Aku memelankan langkahku.

"Kamu jangan deket deket cowo kaya dia. Mungkin aja dia sebelas duabelas sama Mike!" Rinka seperti sedang berfikir.

"Rin, dia itu anak baru. Jangan main judge aja. Kalau ternyata dia baik gimana?" Aku memutar bola mataku. Mana ada cowo baik yang kaya gitu??

"Terserah deh, yang penting aku ga mau liat sahabat sahabatku kenapa kenapa lagi gara gara cowo!" Aku bisa melihatnya, diam diam Rinka tersenyum penuh arti. Entah itu dia bahagia bersahabat denganku atau dia merencanakan sesuatu yang besar. Hanya dia, otaknya dan Tuhan yang tahu.

Aku dan Rinka sudah sampai di meja tengah dikantin. Ini tempat favorite kami. Yeah, Morellox.

"Hai, semua." aku menyapa sahabat sahabatku dengan riang.

"Hai Rix." Aku tersenyum. Mereka akan memanggilku Orix saat ada Rinka ditempat yang bersamaan. Itu tidak masalah, bagiku mereka akan tetap jadi sahabatku meski memanggilku bebek hitam sekalipun.

"Gimana duduk sama Kevin Rin?" Rere memulai percakapan. Oh, please jangan bahas cacing tanah itu disini.

"Anaknya baik, lucu tapi.." Rinka menaruh tangannya dipipinya, seperti orang yang sedang berbisik "Orix ga suka keberadaannya." Pura pura berbisik, padahal aku disebelahnya.

"Jangan mengatakan hal yang tidak tidak. Gue hanya ga suka dia gombalin sahabat gue." Mereka ber'oh' ria.

"Tapi lo cemburu kan?" Riska menyeletuk. Mataku membulat.

"Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda." Ujarku sambil menuangkan kecap ke bakso.

"Iya, kan lo lagi PMS." Riska memainkan alisnya. Kalau dia bukan sahabatku, kupastikan botol kecap ini mendarat didahinya.

"Hai, Rinka, eh, ada Orin." Wah, si cacing tanah datang. Ganggu waktu makan aja.

Aku memutar bola mataku, masa bodoh dengan keberadaaanya.
"Hai, Vin. Kenalin nih, Morellox yang gue ceritain. Ini Riska dan Lyva kembaran gue. Yang ini Rena dan itu Eva." Rinka memperkenalkan Morellox satu persatu, dan mereka semua menyapa dengan baik kearah cacing tanah itu. Huh.

"Hai, gue Kevin Jonathan." Jonathan.. hm, kaya sering denger. Oh, iya Jonathan kan si Jojo alias sepupuku.

Rere tertawa. "Tadi kan dikelas lo udah ngomong Vin. Btw, lo pindahan dari mana Vin?" Vin, aku ga suka kata Vin. Lebih enak Jojo sepertinya. Aku tidak mendengarkan obrolan mereka. Yang kufikirkan hanyalah kesamaan Jojo dengan cacing tanah ini.

"Hello Rix.. Rixx, jangan ngelamun mulu. Kesambet baru tau lo." Riska menjentikkan jarinya didepan mataku. Aku menepis tangan Riska yang masih melambai lambai di depan wajahku.

"Apaan sih?" Aku mendengar si cacing tanah tertawa.

"Temen kalian lucu ya. Dia bengong terus sekarang sewot gitu. Mukanya itu lho." Aku melotot, lagi. Berapa banyak kali aku melotot hari ini?

"Diem lo. Ga ada yang nyuruh lo ketawa." Aku membentaknya.

"Ternyata yang namanya Orin galak ya." Duh, pengen nabok rasanya. Malah mereka pada ikutan ketawa dan jelek jelekin sifatku.

"Iya, Orin tuh gini kalau lagi PMS." Bagus banget Va, kartu dibuka sama kamu.

"Wah, ternyata gue bener tadi. Eh, tadi siapa ya yang bilang gue sok tau?" Perlahan tawa Rinka berderai, seperti penyakit itu menular ke sahabat sahabatku yang lainnya.

Malu iya, kesel iya. Dan bibit kebencian terhadap Kevin Jonathan mulai tumbuh.

"Orin, Orin.." Cacing tanah itu masih tertawa."

"Berhenti manggil gue Orin, Jojo! dan berhenti ngomongin soal PMS PMSan!" aku meninggalkan meja. Semua orang melihatku heran. Mereka bertanya tanya, 'Jojo itu siapa?'

"Woy, kenapa lo manggil gue Jojo?" aku bisa mendengar nada kesal dari mulutnya. Aku mengacuhkannya.

"Mungkin itu panggilan mesra!" Riska menyeletuk dengan kencang, banyak yang menertawakanku. Tapi cacing tanah tidak tertawa. Memang apa yang salah dengan panggilan Jojo?

*

Ciee Orix manggil Kevin Jojo.. Cieee Uhuk. *Orix nabok authornya* Aw! buset galak amat ni anak.. ampun bu. Hehehe.

Minta vote nya dong! Biar semangat nulisnya hehehe. Kalo bisa sama komentar ;)

MRX1 - Ori(n)xTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang