Orix pov.
Dering telfon membangunkanku. Aku membuka mataku perlahan. Ternyata aku ketiduran dimeja belajar. Kepalaku sedikit pening. Ah, biarkanlah.
Dering telfon itu terus menggangguku. Ah, siapa sih? Mataku menjelajah kearah jam. Baru jam 3 pagi, dan ada yg menelfonku? Ah, paling orang iseng.
Aku berpindah ke atas kasur, berusaha untuk terlelap kembali. Tapi dering ponselku makin menjadi jadi. Arghhh, kalau ini ga penting awas aja!
"Hallo." Ujarku sambil mengucek mata.
"Oriiixxxx! Huaaa! Gue beruntung banget lo udah bangun! Bener ya.. lo emang yang paling rajin diantara yang laennya!" Astaga, ini baru jam 3 subuh, tapi aku sudah disuguhi teriakkan Riska yang melengking itu. Huft, hidupku berat.
"Ris." panggilku datar. Mataku masih setengah terpejam.
"Ih, Rix! Lo tau ga??! Gue tuh ya, seeenneeeeengggg pake banget! Yeay! Lo inget kan? pas istirahat kemaren? Itu lhoo, yang gue sama Rena ngebahas soal lomba ngedance antar sekolah yang bakal diadain?? Lo tau ga??! Lomba itu bakal diadain barengan sama lomba Fisika dan Math! Gue bakal berusaha kerasss! Gue mau ngewakilin sekolah kitaa!" Aku memijat pelipisku. Paling ga kuat tuh sama Riska, bisa mati muda sahabatan sama dia.
"Riss." Ujarku lagi.
"Akhirnya Rix!! Akhirnyaaaa. Selama ini gue nunggu nunggu sekolah kita maju di bagian seni tari! Dan sekarang jadi nyaaattaaaaa. Gue ga sabar! Gue yakin pake B.a.n.g.e.t kalo gue yang bakal ngewakilin sekolah Maxwell! Ouemjiii! plis cubit gue sekarang! Se-ka-rang! Huaaaa! Gue bahagia bangetttt!" Aku mengerejap beberapa kali sambil menjauhkan ponsel dari telinga. Riska makan toa tiap hari ya?
"Riss." Ujarku lagi, untuk yang ketiga kalinya.
"Hoammm, duh Rix. Gue jadi ngantuk. Makasih ya, lo baikkk banget. Gue punya dua kakak dan satu adik. Tapi, gue lebih enak curhat ke elo, Rix. Meski gue ganggu lo subuh subuh gini, lo tetep ga marah ke gue. Ga kaya Kak Myka sama Rinka tuhh. Gue ngoceh bentar aja pas sarapan, mereka langsung marah marah ke gue, bilang gue inilah, itulah. Kan sakit ati gue, Rix. Sebenernya sih, gue nelfon lo bukan cuma karena gue pengen ngasih tau lo, tapi insomia gue kambuh lagi. Makasih ya Rix. Maafin gue yang ganggu waktu tidur lo atau pun gue yang tereak tereak ga jelas." Tanpa kusadari, aku tersenyum. Senyum tipis.
"Ya, Ris. Sama sama. Tidur gih. Daah." Aku menaruh ponselku di kursi belajar dan kembali memejamkan mata.
Terkadang, yang dibutuhkan orang itu bukan ceramah panjang lebar atau motivasi yang sepanjang kereta api. Tapi mereka butuh didengarkan. Mereka butuh seseorang untuk mereka mengadu.
-ORI(N)X-
"Evaaa!" Aku menarik tangan Eva.
"Apa Rix?" Aku menghela nafas.
"Gue mau cerita." Eva menaikkan satu alisnya.
"Seorang Orixia Orince mau curhat ke gue?" Aku memutar bola mataku.
"Yaudah gajadi."
"Eh, iya iyaa. Gitu doang marah. Entar lesung pipinya ilang lho." Aku langsung memegang pipiku dengan kedua tanganku.
"Jangaann, gue amat bersyukur sama Tuhan udah dikasih lesung pipi!" Eva tertawa kecil.
"Orix kalau lagi gini lucu banget. Kaya anak kecil." Bibirku maju beberapa centi.
"Udah, gue mau cerita. Jadi gini, lo tau Jojo kan?"
"Yaelah Rix, siapa sih yang gatau Jojo kesayangan lo itu?" Aku menatap Eva tajam. Gue kan ga sayang sama Jojo!
"Eh, iya iyaa. Serem lo Rix."
"Lo inget kejadian kemaren kan? Yang ToD itu??" Eva mengangguk. Aku menghela nafas.
"Gue ngerasa gue udah gila karena-"
"Va! Eva!" Seseorang berlari kearah kami. Yaelah itu Zee si anak culun. Tapi sebenernya dia manis dan cakep sih, cuma dandannya aja yang bikin dia culun. Celana panjang sampai menutupi setengah sepatunya, astaga itu kakinya tenggelam. Kacamata bertengger di hidungnya. Tapi gue suka rambut keperakkannya. Bener bener bule.
"Kenapa Zee?"
"Em, anu Va.. anu.. kamu dipanggil Bu Mira.." Eva terlihat bingung. Lagian, kenapa Eva dipanggil kepala sekolah yang jarang kelihatan itu?
"Ada apa Zee?" Zee menggeleng pertanda tidak tahu. Ah, ini tidak baik. Obrolan ku dan Eva terpotong.
"Gue pergi dulu ya Rix." Aku berdecak kesal. Ini nih, hal yang ga disukai seorang Orixia Orince.
Aku berbalik, namun yang ada aku malah menabrak seseorang. Duh, siapa sih? Aku mengadahkan kepalaku.
Jojo?
*
Haii, sorry ya. Bukannya gue males. Tapi gue emang sibuk, jadi baru sekarang bisa update.Minta bintang ya ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
MRX1 - Ori(n)x
Teen FictionIni adalah cerita tentang Orixia, Orixia si gadis pemarah yang benci sama yang namanya Kevin. Tapi banyak yang bilang benci bisa jadi cinta. Apakah ini bisa terjadi di cerita kehidupan Orix? Apakah kisah Orix akan berakhir bahagia? Bagaimana dengan...