Part 10.

27 2 1
                                    

Kevin menyeduh tehnya. Gelas itu masih mengeluarkan uap panas, tapi Kevin sudah meminumnya. Seperti mati rasa, lidahnya tidak terasa terbakar sama sekali. Kevin berjalan menuju sofa ruang tamunya.

"Kevin." Suara itu terdengar dari arah pintu.

"Ya?" Kevin membalasnya dengan dingin.

"Masih menyeduh teh?"

"Ya, tentu saja." Kevin tidak memalingkan wajahnya dari Tv.

"Kevin?"

"Ya."

"Sampai kapan kamu mau jadi gini? Kakak ga mau kamu begini terus." Suaranya berubah menjadi lirih.

"Kak Jeje ga usah mikirin Jojo. Jojo akan baik baik aja. Masih ada teh kan yang menemani." Kevin menjawab kakaknya dengan datar. Bahu Kelly bergetar.

Kelly terisak. "Jojo..? Kamu masih teringat mama dan Orin? Kevin.. bangunlah dari mimpi buruk. Mereka udah ga ada." Kelly mengguncang tubuh adiknya. Tapi Kevin tetap diam menonton Tvnya.

"Mereka selalu ada Kak. Selalu." Kelly menelan salivanya. Adiknya masih sama.

"Kevin.." Kevin menatap Kelly datar. Pandangannya dingin dan kosong. Ia seperti mayat hidup.

"Bisa tinggalkan aku sendiri? Aku tidak membutuhkan mu disini Kak. Sama seperti ayah, Kakak hanya perlu diam dan bertingkah seolah tidak ada yang terjadi." Kelly membatu. Kalimat yang sama lagi. Setiap kali ia pulang kerumah, hanya kalimat seperti itu yang ia dengar dari adiknya. Kelly dan Ayahnya tidak dapat berbuat banyak, setidaknya Kevin tetap hidup dan sekolah.

Kelly menaiki tangga rumahnya. Rumah ini gelap, Kevin tidak suka menyalakan lampu, Kevin tidak suka ada keributan. Kevin memilih diam didepan Tv sambil meminum tehnya daripada harus keluar dari rumah. Kelly menghempaskan tubuhnya dan menangis, ia sangat rindu pada ibunya. Saat ibunya masih ada, Kevin tidak seperti ini. Saat ibunya ada, semua terasa sangat menyenangkan. Tapi sekarang.. semua terasa dingin dan hampa.

"Orin.." Kevin meneguk tehnya.

"Nama kalian sama. Kalian sama. Kalian.. ah, tidak. Hanya Riya.. hanya Riya yang mampu membuat hatiku bergetar." Kevin tersenyum miring.

"Jadi teringat saat permainan itu."

Gue suka sama lo

Gue..
Suka..
Sama..
Lo..

Kevin tersenyum "Itu ga akan terjadi, gue ga akan suka sama Orix." Kevin kembali meneguk tehnya.

"Saat hujan.. Kenapa dia sangat bodoh sampai menolak tumpangan gue?" Kevin mendengus. "Akhirnya dia kena cipratan mobil gue."

"Dia aneh, suka mengkhayal, suka marah marah sendiri." Kevin tersenyum kecil.

***

"Kevin." Mendengar namanya disebut, Kevin menoleh kebelakang.

Gadis itu terengah engah. "Huh.. huh.. Nama gue Bianca Egypta. Gue salah satu anggota Cheers." Bianca mengulurkan tangannya. Kevin hanya menatap datar Bianca, bahkan ia tidak membalas uluran tangan Bianca. Senyum Bianca memudar.

Kevin tidak mengatakan apapun, ia langsung berbalik dan kembali berjalan menuju pintu kelasnya. Masa bodoh dengan gadis itu.

Dari kejauhan Orix mendengar riuh suara anak anak gadis. Orix memutar bola matanya. Ya, geng anak cheers itu. Entah laki laki mana lagi yang mereka perbincangkan.

"Sumpah ya, baru ada loh cowo kaya dia. Dinginnya ngalahin kutub! Bahkan dia ga ngomong sama sekali! Gila! Gue yang notabenenya paling cantik gini masa dikacangin!" Bianca berteriak teriak dengan suara khasnya.

"Jojo!" Orix sengaja memanggil Kevin dengan sebutan Jojo. Dan yang dipanggil pun langsung menengok.

"Kenapa Rix?" Orix tersenyum. Ia melewati anak anak cheers itu. Bianca nampak tak percaya.

"Nanti istirahat makan bareng Morellox lagi ya."

"Okay." Kevin menunjukkan senyum tipisnya. Bianca mendesis.

"Sialan." Ujar Bianca.

Orix melirik Bianca dari ekor matanya. Lalu mengekor Kevin menuju kelas. Sepertinya, rencana Orix akan sedikit mendapat halangan, ya Bianca. Tapi Orix tidak mau berfikir jauh jauh. Yang penting Kevin tidak terikat dengan Riya. Itu saja.

***

"Rix, gimana.. Kevin mau?" Eva bertanya pada Orix. Orix mengangguk.

"Iya, dia mau."

"Rix, misal nih ya.. misal.. misalnya lo jatuh cinta sama Kevin. Lo mau ngapain?" Dahi Orix berkerut karena pertanyaan Rena.

"Ya ga ngapa ngapain. Palingan gue makan, mandi, tidur, sekolah kaya biasa. Emang mau ngapain coba?"

"Em, maksud gue Rix.. Kevin kan punya masa lalu sama Riya, kalau dia tau gimana? Terus, menurut lo Kevin bakal bales perasaan lo ga? Kira kira lo sama dia bakal pacaran ga ya?" Orix menjitak Rena.

"Apaan sih, udah mikir kaya gitu. Belom tentu gue bakal suka sama dia." Orix pergi dari sana. Rena melirik kearah Eva dan Riska.

"Persis kaya yang gue duga. Orix mulai punya perasaan sama Kevin. Gue takut Orix terluka." Ujar Rena.

"Sekarang kita harus gimana?" tanya Eva.

Riska dan Rena hanya bisa mengangkat bahu mereka pertanda tidak tahu.

*

HAIII. DUH, AKU GA TAU ADA YANG MASIH MAU BACA ATAU ENGGAK. UDAH LAMAAAAAAAAA BANGET GA UPDATE. SORRY BANGET. BIASALAH YA, AUTHOR SIBUK.

MUNGKIN CUMA INI YANG BISA AKU TULIS. JANGAN LUPA BACA CERITA MRX YANG KEDUA!! BYE.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MRX1 - Ori(n)xTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang