Part 19

459 74 5
                                    

Pagi itu, Zean terbangun lebih lambat dari biasanya, mengira hari akan dimulai seperti biasa. Namun, setelah berjalan ke dapur untuk membuat kopi, ia melihat Adel duduk di meja makan dengan wajah termenung, pandangannya menerawang.

"Sayang?" Zean mendekati istrinya dengan lembut. "Kamu kenapa duduk sendirian pagi-pagi begini?"

Adel mengangkat wajahnya, matanya sedikit berair. "Mas... aku lagi kepikiran sesuatu."

Zean mendekat, duduk di sampingnya dan mengusap punggung Adel. "Ada apa sayang? Kalau ada yang bisa Mas bantu bilang aja."

Adel tersenyum tipis, namun kemudian bibirnya sedikit bergetar, seolah menahan sesuatu. "Aku tiba-tiba pengen banget makan es krim rasa stroberi yang dijual di toko es krim dekat sekolah SD-ku dulu... Itu dulu enak banget, Mas, dan sekarang aku nggak nemu yang rasanya sama karena tokonya udah tutup..."

Zean menahan senyum. "Ngidam es krim stroberi ya? Bentar ya Mas pesan" Ia mengangguk, mulai mencari di ponselnya sambil menenangkan Adel.

"Mas nggak ngerti, itu bukan es krim biasa! Rasa stroberinya beda banget! Aku nggak tahu ada atau nggak sekarang" Adel mengeluh sambil mengusap matanya yang mulai berlinang air mata. "Kalau nggak ada, nanti gimana?"

Zean mengangguk paham, "Mas akan cari es krim stroberi yang kamu suka itu. Pasti ada. Kalau nggak di situ, mungkin di tempat lain."

Malamnya, Zean pulang membawa es krim yang ia dapatkan setelah mencari di beberapa toko, dan saat Adel mencoba suapan pertama, ia mendesah kecewa.

"Bukan ini Mas... rasanya beda" ucapnya pelan dengan nada sedih. Zean langsung merangkulnya.

"Mas akan coba cari lagi" kata Zean sabar. "Pokoknya kita bakal dapetin rasa es krim yang kamu mau, gimana pun caranya."

Setelah berkeliling di beberapa toko, akhirnya Zean kembali lagi ke rumah dengan es krim stroberi yang didapatnya.

"Aaa... ini Mas yang aku maksud, es krimnya tuh ada rasa asamnya, dan asamnya tuh harus kayak gini, makasih Mas" ucap Adel sambil memeluk Zean

"Apapun buat kamu Sayang" jawab Zean

Malamnya, Zean terbangun saat mendengar isakan pelan di sampingnya. Ia menyalakan lampu tidur, mendapati Adel sedang duduk bersandar dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Sayang? Kamu kenapa?" Zean segera duduk, memeluk Adel dengan khawatir.

Adel menoleh padanya, bibirnya bergetar. "Aku... aku nggak tahu kenapa. Tiba-tiba aku pengen nangis" katanya sambil mengusap wajahnya yang basah. "Aku ngerasa aneh Mas. Kadang aku nggak paham kenapa aku tiba-tiba nangis, biasanya nggak gini loh Mas..."

Zean menarik napas panjang, mengusap lembut punggung istrinya. "Itu wajar sayang. Mungkin hormon kehamilan yang bikin kamu emosional. Mas di sini kok. Kamu nggak sendirian."

Meski Zean mencoba menenangkan, Adel tetap terisak dalam pelukannya. Beberapa saat berlalu, dan Zean hanya memeluknya, tanpa banyak bicara, sambil mengusap punggungnya perlahan.

Namun, masalah tak berhenti sampai di situ. Beberapa hari setelah itu, Adel kembali merasa aneh dan mulai mencari makanan lagi. Kali ini, dia menginginkan sesuatu yang bahkan lebih aneh lagi.

"Mas" katanya sambil mengernyitkan dahi, "Aku pengen makan bakso tapi dengan tambahan cokelat"

Zean menatap Adel dengan penuh kebingungan. "Cokelat dengan bakso? Ini baru pertama kali dengar yang kayak gini. Kenapa kamu nggak minta yang lain aja sayang?"

Adel mengangkat bahu dan tersenyum malu-malu. "Bingung juga sih, Mas. Cuma sekarang jadi pengen banget. Yaudah jangan ngeluh deh Mas."

Malam itu, Zean pergi ke warung bakso langganan mereka dan tak lupa membeli cokelat di minimarket terdekat. Setibanya di rumah, dia menyerahkannya kepada Adel. Namun tak lama setelah itu Zean terkejut melihat betapa semangatnya Adel menikmati makanan yang sangat aneh itu.

My Soulmate (ZeeDel) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang