Lo siapa?

2.6K 335 34
                                        

"Bang, ngapain kesini lagi?" Jian memepetkan tubuh pada Haidar, sial nasibnya hari ini karena saat hendak bolos kelas tadi Jian malah bertemu dengan Haidar yang baru saja selesai kelas. Haidar tidak menegur Jian, tidak memarahi anak itu karena bolos seperti biasanya, tapi kali ini hukumannya lebih parah.

Haidar membawa Jian ke rumah berhantu yang kemarin mereka datangi.

Jian jadi kapok bolos kelas.

"Ini masih siang Ji, hantu jarang keluar siang. Kecuali energi mereka kuat." Haidar melangkah masuk ke dalam pintu rumah yang masih terbuka sejak terakhir kali mereka kesana. Sudah tiga hari sejak eksperimen Satria and the gang menelusuri rumah itu, dan anehnya sejak saat itu Haidar jarang melihat sosok-sosok menyeramkan disekitarnya.

Hanya melihat sesekali itu juga para sosok yang ia lihat hanya mengintip dari kejauhan.

Tidak ada yang mendekat seperti biasanya.

Seperti mereka tengah takut pada dirinya.

Atau sesuatu yang ada di sekitar Haidar.

"Tetep aja serem bang, pulang yuk." Jian mengekori Haidar, kalung salib yang ia kenakan sudah ia genggam dengan erat sejak masuk tadi. Hembusan angin yang entah datang dari arah mana membuat Jian semakin bergidik ngeri. "Tuhan Yesus, lindungilah anakmu." Jian berbisik, kedua matanya setengah terpejam, mengusahakan dirinya tetap melihat jalan tapi tidak ingin melihat sosok-sosok lainnya.

"Bentar doang Ji, gue cuma mau mastiin sesuatu." Haidar menggenggam erat lengan kiri Jian, dia juga sebenarnya takut, karena memang hawa di dalam rumah itu terasa sangat berbeda dengan yang diluar.

"Lo dateng?" Sebuah bisikan menabrak indra pendengaran Haidar, sebisa mungkin pemuda itu mengendalikan diri agar makhluk cantik itu tidak dapat memasukinya.

"Gue gak akan ngerasukin lo." Suara yang awalnya terdengar seperti bisikan samar kini terdengar jelas, bersamaan dengan sosok bayangan putih tipis melayang dari lantai atas rumah tersebut.

Sosok yang awalnya terlihat seperti bayangan yang terbang menuruni anak tangga perlahan mulai membentuk sosok pemuda manis dengan kulit pucat dan bibir semerah ceri.

"B-bang?" Jian yang melihat Haidar hanya mematung di tempat mulai ketakutan, bagaimana kalau Haidar tiba-tiba kesurupan?

Jian belum hafal isi alkitab sebaik Maven.

"Lo siapa?" Tanya Haidar dan itu membuat Jian semakin merapatkan tubuh pada anak indigo itu.

"Jangan kesurupan plisss, gue takut." Dipeluknya tubuh Haidar, berusaha menjaga agar si anak indigo tidak lari nantinya.

"Lo ngikutin gue selama ini?" Pertanyaan lain Haidar lontarkan pada sosok yang kini tengah berdiri di hadapannya.

Sosok cantik itu mengangguk, tangan kanannya merapikan helaian rambutnya yang menutupi nyaris separuh wajahnya.

Helaian rambut yang ia sampirkan ke belakang telinga membuat wajah cantiknya makin terlihat mempesona.

"Kenapa lo gak nampakin diri ke gue kalo emang lo ngikutin gue selama dua hari ini?"

"Banggg..." Kedua mata Jian terpejam erat, pelukannya pada tubuh Haidar juga semakin kencang.

"Dia.." Sosok di hadapan Haidar menunjuk Jian dengan dagunya. "Ngapain disini?" Sambungnya saat Haidar menoleh pada Jian.

"Dia gak bisa liat lo." Haidar menepuk lengan Jian yang masih memeluk pinggangnya.

"Tau.." Sosok cantik itu melayang mengitari tubuh Haidar dan Jian. "Tapi aura ketakutannya bikin sosok lain jadi pengen deket." Haidar memperhatikan sekeliling. Memang benar, ada beberapa sosok yang tampak mengintip dari beberapa pintu juga langit-langit bangunan tersebut.

Indigo (HyuckNa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang