Part Six

44 28 14
                                    

Aster termenung di dalam kamarnya, Felix jelas tidak bisa membantunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aster termenung di dalam kamarnya, Felix jelas tidak bisa membantunya. Jangankan membantu, dia bahkan menolak penawarannya mentah-mentah. Aster mendengus, dia meraih bantal di sebelah lalu melemparkannya entah kemana untuk menyalurkan rasa kesalnya.

Ah sial, di mana lagi dia akan mendapatkan lelaki dengan kualifikasi seperti Felix yang mau diajak bekerja sama?

"Apa aku harus mencari lelaki di klub striptease." Monolog Aster pada dirinya sendiri ketika teringat dengan saran Ruby tadi siang.

Tidak.. tidak..

Aster segera mengenyahkan pemikiran itu, bisa kacau kalau sampai ketahuan.

"Kenapa Felix harus menolak tawaran sebagus itu?" keluhnya.

Lupakan, lupakan saja. Aster sudah sangat pusing. Rencananya menemui jalan buntu.

"Ah, daripada memikirkan itu lebih baik ke Mall saja. Aku harus menjernihkan pikiran dengan berbelanja, lebih bagus lagi jika menemukan lelaki pengganti Felix yang bisa diajak bekerja sama." Aster segera bangkit dari duduk santainya.

"Camilla! Aku akan jalan-jalan. Katakan pada Carlos untuk menyiapkan mobil." Suruh Aster kepada salah satu maid yang bekerja di Mansion.

***

Aster mengelilingi pusat perbelanjaan seorang diri, Langkah kakinya berjalan dari satu toko ke toko lainnya, dua tangannya penuh menenteng belanjaannya. Barang-barang yang diinginkannya belum terbeli semua akan tetapi dia sudah kebingungan bagaimana cara membawa belanjaannya. Harusnya tadi dia meminta Carlos menemani jadi ada yang membawakan belanjanya.

Harusnya jika langsung di kirim ke mansion akan lebih mudah, dia hanya perlu menunjuk ini dan itu untuk dibeli dan tidak perlu membawa belanjaan berat ini.

Ah, tapi tidak. Beberapa hari lalu dia sudah berbelanja sangat banyak. Akan jadi masalah jika Mama dan Papa mengetahui perubahan sifat borosnya. Karena selama ini sekalipun Daisy hidup berkecukupan tapi dia juga bukan gadis yang suka berfoya-foya.

Sangat berbeda dengan Aster.

Tapi Aster yang selalu hidup dengan mengelola keuangan berhati-hati baru pertama kali merasakan yang seperti ini. Punya kebebasan membeli sesuka hatinya jadi dia sedikit tidak bisa mengontrol hasrat terpendamnya.

"Senangnya menjadi Daisy." Guman Aster, sembari melihat dua tangannya yang penuh dengan tas belanja. Dengan perasaan ringan Aster melanjutkan langkahnya, tidak lengkap jika setelah berbelanja dia tidak mengisi perut. Tentu saja Aster yang memiliki preferensi gigi karnivora tidak akan melewatkan restaurant steak.

"Oh Shit!!! Wait wait!!" Aster mengerem laju langkahnya kala melihat Alaric dan Iris sedang berjalan berlawanann arah dengannya. Jarak mereka sudah sangat dekat. Sial.

Aster segera berbalik cepat sebelum dua orang itu melihatnya.

Sialnya lagi sebelum dia berhasil menghindar, suara Alaric justru menghentikannya. "Daisy?" Sapa lelaki itu. Benar-benar! Saat pulang ke rumah nanti dia harus memberikan tanda pada kalender sebagai hari sialnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang