Proses PDKT Noval dan Rani gak memakan waktu lama. Hanya sekitar 3 minggu Noval sudah berhasil jadi pacar Rani. Rani selalu bilang ke gue, meskipun noval gak sekece senior-senior yang sering dia kecengin, ternyata Noval adalah sosok yang lucu dan selalu berhasil membuat Rani tertawa.
Iya, Noval emang kayak badut upin ipin yang sering ada di lampu merah.
Tentu saja selama tiga minggu juga gue ikutan dibikin rempong. Si Rani selalu minta temenin kalau Noval ngajakin dia makan bakso. Si Noval selalu nanya harus Whatsapp apa ketika harus menghubungi Rani. Gak cuma itu, setiap hari, salah satu dari mereka pasti ada saja yang menelponku dan curhat sampe pagi. Mereka gak tau aja aku sering ketiduran saat mereka lagi curhat.
Proses penembakanpun sebetulnya gak kalah dramatis. Rani pake acara kabur dan malu-malu kebo. Noval yang emang dasarnya rada dongo malah ngira Rani ngajakin main petak umpet.
Sumpah deh, baru kali ini proses mau ditraktir makan gratis aja mesti seribet ini!
"La, temenin dong." pagi-pagi Rani sudah menarik lengan seragamku.
"Kemana?"
"Kantin."
"Ngapain pagi-pagi ke kantin? Belum sarapan lo?"
"Si Ndut lagi di kantin."
"Siapa? Ndut?"
"Si Noval. Ndut itu panggilang kesayangan baru buat dia biar kesannya imut-imut kayak semut gitu."
Hah? Imut-imut? Imut dari hongkong!
"Yaelah, Ran. Udahlah ke kantin sendiri aja. Gue lagi ngerjain PR nih."
"Makanya PR dikerjain di rumah."
Ih, udah minta temenin, pake ceramah pula.
"Please, gue traktir gorengan deh."
"Yuk!" jawabku cepat setelah mendengar kata traktir, "Tapi bentar aja ya."
"Iyaa!"
Rina segera menggeretku menuju kantin. Langkahnya lebar dan cepat kayak orang kebelet pipis, seolah-oleh si Noval bakal hilang kalau Rina gak buru-buru datang.
"Hai ndut, lagi apa?" tanya Rina dengan nada ceria ketika melihat Noval di kantin.
"Lagi creambath!" jawabku.
Sudah jelas si Noval sedang khusuk banget makan cendol di hadapannya. Ngapain juga si Rina pake nanya segala.
"Lagi makan cendol nih. Ayang mau? Enak lho."
Ayang? Oh, jadi si Noval juga punya panggilan baru untuk Rani. Pasti Ayang ini kependekan dari layang-layang.
"Enggak deh. Kamu jangan kebanyakan makan gula dong."
"Nanti tambah ndut." kataku.
"Bukan itu! Terlalu banyak gula itu gak bagus buat kesehatan. Aku abis baca buku tentang kesehatan kemarin. Nanti aku pinjempin ya, Ndut. Biar kita sama-sama makin sehat."
"Aduh, kamu perhatian banget sih sama aku." kata Noval dengan mata berbinar-binar.
"Eh, kamu udah maem?"
"Belum."
"Aduh, maem dong."
"Iya ndut, maem dong, nanti mati lho kalo gak maem!" samberku.
Rani melotot sambil mencubit lenganku. Ya gimana dong, aku benar-benar geregetan mendengar percakapan dua manusia yang sedang dimabuk cinta ini.
"Suapin aku dong."
"Gue suapin dari idung mau gak?"
"Aduh Lola! Gak bisa banget sih dengar orang romantis-romantisan bentar."
"Gak bisa. Gue kudu nyalin PR nih. Kalo gak bisa bisa gue dihukum suruh nyium tembok selama jam pelajaran."
"Ya udah ndut, aku balik ke kelas ya. Jangan lupa makan. Tapi buruan, sebentar lagi bel masuk lho. Tapi harus makan ya."
Buset deh, di Noval ini gak makan juga cadangan lemaknya banyak. Tenang aja kenapa sih?
"Iya Ayang. Beres! Aku makan setelah ini ya. Kamu gak usah khawatir" jawabnya sambil nyengir lebar.
"Ok!" kata Rani. "Ayo, balik ke kelas!" lanjut Rani sambil menatapku sebal.
"Bentar!"
"Apaan lagi? Tadi katanya mau ngerjain PR!"
"Gorengan!"
"Ya ampun, inget aja!"
Dih, rugi amat melupakan gratisan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lola and Friends
HumorBercerita tentang kehidupan sehari-hari seorang remaja selebor bernama Lola. Kakaknya yang ajaib, sahabatnya yang ajaib, dan penggemarnya yang ajaib membuat hidup Lola ikutan ajaib. But hey, Lola sendiri juga sudah ajaib dari sananya.