Masa Orientasi Siswa

27 0 0
                                    

Hari ini gue mengerti rasanya menjadi badut ancol karena hari ini, senior-senior gue yang kelewat kreatif itu memberikan titah ke gue dan teman-teman seangkatan gue untuk menguncir rambut dengan karet warna-warna. Gak tanggung-tanggung, jumlah kuncirannya harus sepuluh! Rambut gue itu dikuncir satu aja culunnya ngalahin upin-ipin, apalagi dikuncir lima!

Untung aja tiap pagi gue dianter sama Mang Asep naik mobil pribadi. Kalau gue harus naik bis kota, pasti gue memilih nutupin muka gue pake kantong kresek sepanjang perjalanan.

Serius deh, kalau dilihat dari atas, mungkin kita akan terlihat seperti sekawanan burung mereka yang sedang berkumpul di lapangan saking warna-warninya.

Sebagai sekolah yang modern, SMA Harapan Bangsa memutuskan untuk melakukan MOS yang manusiawi. Gak ada lagi penyiksaan fisik kepada para murid baru. Mereka memilih menyiksa dengan cara yang lain. Seperti sekarang.

Pagi ini para senior menyiksa para murid baru dengan membuat gue dan teman-teman berdiri di lapangan selama hampir satu jam sambil mendengarkan sambutan kelapa sekolah, ketua osis, ketua mos, dan entah siapa lagi. Seharunya mereka sekalian ajak Pak RT dan Pak Lurah kasih sambutan juga biar komplit.

Keluhan mulai terdengar dari teman-teman gue yang sekarang mukanya sudah selecek bungkus gorangan. Ada yang bilang takut item, takut bedaknya luntur, takut rambutnya kering, atau apalah. Kalau gue? Gue simply takut semakin bau karena gue belum mandi dari tadi pagi. Ini yang berdiri di sebelah gue aja sepertinya sudah mau pingsan.

"Hoi!" Tiba-tiba kak dakocan sudah ada di samping gue.

"Eh iya, kak."

Seketika gue berusaha menahan nafas gue. Sesungguhnya wangi parfum Kak Dakocan yang baunya kayak sate ayam lebih menyengat daripada bau badan gue yang belum mandi pagi.

"Tumben gak telat. Takut suruh bawa roti utuk satu sanggkatan ya kak?" tanyanya.

"Iya kak."

"Tapi udah sarapan kan?"

Duile, perhatian banget.

"Udah, kak." jawab gue.

"Padahal kalo belum, saya mau traktir di kantin."

Mendengar kata traktir, wajah gue langsung berbinar-binar. Mungkin Kak Dakocan ini sebetulnya gak menyebalkan-menyebalkan amat. Buktinya dia mau traktir gue!

"Mau traktir apa kak?" tanya gue antusias.

"Air putih!" jawabnya sambil tertawa.

Cumi! Pengen banget gue sumpel mulutnya yang sedang tertawa lebar itu pakai kaos kaki yang belum dicuci seminggu.

"Heh, ngpaian lo flirting-flirting ama anak baru." seorang cewe tiba-tiba berdiri di samping kak dakocan.

Cewe itu memandang gue sekilas kemudian memandang Kak Dakocan dengan muka nyolot seolah-olah mau ngajak tampol-tampolan saat itu juga. Ini cewe mungkin sepulang sekolah pekerjaannya jadi preman terminal. Serem banget!

"Eh siapa yang flirting." kata kak dakocan berkelit.

"Itu barusan gue dengar. Katanya lo mau traktir nih anak. Utang beli cimol aja belum lo bayar."

"Ah salah dengar."

"Lo kan tahu peraturan MOS kita. Senior gak boleh PDKT sama anak baru selama masa MOS. Inget kan lo?"

"Iya iya, gue inget kok."

Gak puas dengan jawaban kak dakocan, si cewe bermuka galak itu kini kembali menatap gue. Gue pun bisa merasakan semua mata di sekitar gue sedang menatap kepo. Duh, menghilang rasanya!

"Hey kamu, coba ceritain tadi dia ngomong apa?" tanya cewe itu ke gue.

Duh, kenapa jadi gue yang kena? Gue nengok ke arah Kak Dakocan sambil memberi tatapan pengen bejek-bejek dia sampe jadi rujak bebek. Tapi dia pura-pura dongo.

"Tunggu!" kata cewe itu kemudian. "Lo udah mandi belum sih?" tanyanya.

"Udah." jawab gue singkat.

"Kapan?"

"Semalem."

"Semalem? Tadi pagi gak mandi lo? Jorok banget sih jadi cewe."

"Kan mandi semalem belum kepake kak."

"Heh, ngomong tuh sama belek!"

Ya kali deh belek bisa diajak ngomong!

"Udah udah. Cuci muka dulu sana." kata Kak Dakocan kemudian.

"Eh, mau kemana?" cegah cewe itu sebelum gue sempat melangkah pergi.

"Udah ah.Kalo lo naksir sama gue, jangan dia yang dijadiin sasaran dong gara-gara gue flirting sama dia." kata Kak Dakocan ke cewe itu.

"Dihhh!" cewe itu pun langsung pergi dengan muka dongkol.

Jangankan si galak barusan, gue aja langsung mules dengernya.

Lola and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang