Budayakan Vote sebelum membaca!
Happy Reading!
.
.
.
Chapter Baru: "Pilihan yang Mengikat"
Suasana di sekitar mereka berubah drastis. Ruangan itu kini terasa seperti tak berbatas, hanya ada Yudrain dan Ilugarria di tengah hamparan cahaya keemasan yang berpendar lembut. Meski nuansanya seolah menenangkan, Yudrain tidak bisa mengabaikan getaran di dadanya—sebuah perasaan yang bercampur antara ketakutan dan kewaspadaan.
"Jadilah Castitatea-ku."
Suara Ilugarria menggema, memantul di setiap sudut ruang tak kasat mata ini. Dewa itu menatap Yudrain dengan mata yang penuh ketegasan, namun masih ada kilauan lembut yang membuat Yudrain tidak merasa terancam sepenuhnya.
"Castitatea-mu?" Yudrain akhirnya bertanya, meski tenggorokannya terasa kering. Ia melangkah mundur, mencoba menjaga jarak dari dewa cahaya yang terlihat semakin mendekat.
Ilugarria mengangguk pelan, senyumnya masih tergurat, tetapi kini lebih misterius. "Castitatea adalah makhluk paling suci, makhluk yang dirindukan oleh langit dan bumi. Kehadiranmu bukan kebetulan, Yudrain. Kau adalah jiwa yang terpilih, seseorang yang bahkan dewa pun rela mengorbankan segalanya untuk memilikinya."
Yudrain merasa jantungnya berdegup semakin cepat. Kata-kata itu terdengar seperti pujian, tetapi di baliknya ada ancaman yang tersirat. Ia tidak bodoh—ia tahu bahwa menjadi "Castitatea" mungkin lebih seperti menjadi burung dalam sangkar emas.
"Tapi... aku tidak mengerti," Yudrain mencoba berdiplomasi. "Apa maksud dari 'menjadi Castitatea-mu'? Bukankah aku bebas menentukan jalan hidupku sendiri?"
Ilugarria berhenti, berdiri tegak dengan tangan terlipat di depan dadanya. Matanya menyipit sedikit, lalu ia menghela napas panjang. "Yudrain, kau memang bebas, tetapi kebebasan itu tidak akan bertahan lama jika kau tetap berada di dunia ini tanpa perlindungan. Kau menjadi pusat perhatian, bukan hanya di langit, tapi juga di bumi. Para dewa dan entitas kuat lainnya sudah mencium keberadaanmu. Jika aku tidak menjadikanmu Castitatea-ku, maka mereka akan datang untuk merebutmu. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Aku... direbut?"
Ilugarria mengangguk. "Mereka akan mencoba memanfaatkanmu untuk kepentingan mereka sendiri. Kau akan diperebutkan seperti barang, Yudrain. Tapi jika kau menjadi milikku, aku akan melindungimu. Tak ada yang akan berani menyentuhmu."
Yudrain mengerutkan kening. Kata-kata itu terdengar meyakinkan, tetapi ia tidak bisa mengabaikan betapa posesifnya nada Ilugarria. "Dan jika aku menolak?"
Senyum Ilugarria memudar sedikit, digantikan oleh ekspresi serius. "Aku tidak ingin memaksa. Kau bisa menolak, tetapi kau harus tahu konsekuensinya. Menolak berarti kau akan berjalan sendiri di lembah ini, menghadapi ancaman dari segala penjuru. Dan percayalah, Yudrain, mereka tidak akan memberimu pilihan."
Yudrain terdiam. Ia mencoba mencerna semua yang telah ia dengar. Kata-kata Ilugarria mengandung kebenaran yang sulit untuk disangkal. Dunia ini penuh dengan bahaya yang tidak ia pahami sepenuhnya. Namun, menjadi "milik" seseorang, bahkan seorang dewa, terasa seperti pengkhianatan terhadap kebebasan yang selama ini ia perjuangkan.
"Berikan aku waktu," katanya akhirnya, suaranya mantap meski ada keraguan di dalamnya.
Ilugarria menatapnya beberapa saat, lalu mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberimu waktu. Tetapi ingat, waktu tidak selalu berpihak pada kita, Yudrain."
---
Setelah Ilugarria menghilang, Yudrain dibiarkan sendirian di ruang kosong itu. Ia berjalan tanpa arah, mencoba mencari celah untuk memahami apa yang sedang terjadi. Namun, suasana sekitarnya berubah lagi. Dari cahaya keemasan, kini ruang itu dipenuhi kegelapan pekat.
"Sendirian, seperti biasa."
Suara berat dan dalam bergema, membuat Yudrain menghentikan langkahnya. Di hadapannya, perlahan muncul sosok tinggi dengan aura gelap yang menekan. Rambut hitam pekat mengalir hingga ke punggungnya, dan mata merah menyala itu menatap Yudrain dengan intensitas yang hampir menelan.
"Siapa kau?" Yudrain bertanya, mencoba menahan gemetar di suaranya.
Sosok itu tersenyum tipis. "Aku adalah siapa pun yang kau butuhkan, Yudrain. Sebut aku... Nokturnus, Dewa Malam. Aku telah lama memperhatikanmu."
"Apakah kau juga menginginkanku sebagai Castitatea?"
Nokturnus terkekeh, suara tawanya berat dan bergema. "Aku tidak seperti Ilugarria. Aku tidak memohon atau membujuk. Aku menawarkan."
"Menawarkan apa?"
Nokturnus mendekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Yudrain. "Kebebasan. Kau tidak perlu menjadi milik siapa pun. Tidak milik Ilugarria, tidak milik dewa mana pun. Kau bisa menjadi entitas yang berdiri sendiri, tetapi dengan kekuatan yang setara dengan kami para dewa."
"Kekuatan?" Yudrain menatapnya skeptis.
"Ya," Nokturnus berkata dengan suara lembut. "Kau bisa mengendalikan takdirmu sendiri, melindungi dirimu sendiri. Tidak ada yang bisa menyentuhmu tanpa izinmu. Namun, tentu saja, setiap kekuatan memiliki harga."
Yudrain menyipitkan matanya. "Apa harganya?"
Nokturnus tersenyum, senyum yang penuh arti. "Hanya setitik kecil dari hatimu. Kau tidak akan merasakannya. Kau bahkan mungkin merasa lebih ringan tanpanya. Lagipula, bukankah hatimu sudah cukup terbebani?"
Yudrain terdiam. Kata-kata Nokturnus menggoda, tetapi ia tahu bahwa tidak ada yang benar-benar gratis di dunia ini. Namun, gagasan untuk memiliki kekuatan dan kebebasan tanpa bergantung pada siapa pun terdengar sangat menggoda.
"Aku akan mempertimbangkan tawaranmu," katanya akhirnya.
Nokturnus mengangguk, senyum puas tergurat di wajahnya. "Aku akan menunggu, Yudrain. Tetapi ingat, setiap detik yang kau habiskan dalam keraguan adalah celah bagi musuhmu untuk mendekat."
---
Setelah Nokturnus menghilang, Yudrain dibiarkan sendirian lagi. Namun, kali ini ia tidak merasa sendirian sepenuhnya. Kata-kata Ilugarria dan Nokturnus terus berputar di kepalanya. Dua pilihan telah diberikan kepadanya—menjadi milik seseorang atau mengambil risiko untuk berdiri sendiri.
"Apakah benar tidak ada pilihan lain?" gumamnya, suaranya penuh keputusasaan.
Namun, di tengah keheningan itu, sebuah suara lembut terdengar. "Yudrain, hati manusia tidak pernah hanya memiliki dua jalan."
Yudrain menoleh, tetapi tidak melihat siapa pun. Hanya saja, suara itu memberinya sedikit harapan. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya.
"Baiklah," katanya pada dirinya sendiri. "Jika tidak ada jalan yang cocok untukku, maka aku akan menciptakannya sendiri."
Langkah Yudrain kembali tegap. Di tengah segala kekacauan dan pilihan yang membingungkan, satu hal yang ia tahu pasti adalah bahwa ia tidak akan membiarkan siapa pun menentukan hidupnya lagi.
Dan dengan itu, ia melangkah maju ke dalam kegelapan, siap menghadapi apa pun yang ada di depan.
'Aku harus keluar dari sini!.'
.
.
.
To be countinued
See u in the next chap:

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SAVIOR PRINCE
FantasiSeorang penerus mafia yang dikenal oleh masyarakat bumantara sebagai Dokter terbaik di dunia, tewas ditangan bawahan kepercayaannya sendiri. Saat terbangun, dia menemukan bahwa dia bertransmigrasi ke dalam sebuah novel menjadi seorang pangeran ketig...