8. Tidak adakah waktu untuk kita berdua?

48 13 8
                                    

Wang Jeno benar-benar dibuat sangat marah ketika melihat pemandangan dimana Yoon Jaemin tersenyum cerah kepada orang lain. Ia tidak pernah melihat Jaemin memberikan senyuman indah seperti itu kepadanya, dimana ia adalah suaminya.

Wang Jeno melangkahkan kakinya saat tabib muda itu pergi dari hadapan Jaemin.

“Yoon Jaemin!”

Sang pemilik nama menghentikkan langkahnya yang hendak kembali ke kamar, ia menoleh dan tersentak kecil kala melihat Wang Jeno berdiri dibelakangnya dengan aura yang berbeda.

“Apa kau baru saja menemui tabib Jung?” Tanya Jeno dengan alis yang menukik tajam.

“J-Jeno... itu... aku hanya merasa sedikit tidak enak badan, dan meminta tabib untuk memeriksa ku.”

“Benarkah? Lalu kenapa kau tersenyum sangat manis kepada tabib Jung? Apa kau berusaha menggoda nya?!”

Yoon Jaemin terpaku, ia tidak tahu kenapa Wang Jeno selalu berbicara buruk padanya dan selalu menuduh nya. Ia pikir, Jeno akan memberikan sedikit perhatiannya. Tapi, Jaemin salah besar karena saat ini Wang Jeno terlihat sangat marah dan tersinggung.

“Apa maksud mu, Jeno? Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu.”

Wang Jeno tersenyum miring, ia bersedekap dada dan menatap Jaemin  dengan remeh. Ia tidak suka jika sesuatu yang sudah menjadi miliknya begitu perhatian dengan orang lain. Sekalipun Jeno membenci Jaemin, ia akan merasa tidak senang jika Jaemin terlihat dekat dengan orang lain.

“Akh...! Apa yang akan kamu lakukan?!” Jaemin merintih keras saat Jeno menarik tangannya dan mencekal pergelangan tangannya dengan kuat.

Yoon Jaemin di seret menuju ruang kerja yang berada di istana Jinseon oleh Wang Jeno. Bahkan ketika Jaemin mengatakan jika ia merasa tidak enak badan, Wang Jeno sama sekali tidak menunjukan belas kasihannya dan terus memperlakukan Jaemin dengan kasar.

“Duduk!”

Wang Jeno melemparkan tubuh Jaemin hingga laki-laki yang lebih kecil darinya itu bersimpuh di atas lantai kayu. Jaemin meringis kecil, tubuhnya terasa sangat sakit saat Jeno mendorongnya hingga terjatuh. Ia lihat jika laki-laki arogan itu juga ikut duduk di samping Jaemin menghadap meja lebar yang berisi tumpukan kertas, kuas, dan juga tinta.

“Sebagai seorang pendamping dan calon Ratu Joseon, kau harus melakukan pekerjaan mu dengan benar, Yoon Jaemin.”

Wang Jeno duduk dengan tegap menghadap ke depan.

“Sekarang kerjaan semua dokumen itu, aku tidak mau jika Ayah menyadari tulisan mu. Jadi berusahalah sebaik mungkin untuk tidak membuat kesalahan!” Wang Jeno menatapnya tajam dengan bias suara yang begitu berat dan terdengar  mengintimidasi.

Yoon Jaemin membenarkan posisi duduknya, pinggang nya masih sedikit nyeri akibat terbentur lantai cukup keras.

“Tapi Jeno, kamu harus mengerjakkan itu sendiri. Jika Ayah mu tahu, dia pasti akan sangat marah. Aku akan duduk disini dan membantu mu, tapi kau harus menulisnya menggunakan tangan mu sendiri.” Kata Jaemin dengan begitu sabar. Ia masih sangat mengingat ucapan Yang Mulia Raja jika ia hanya akan membantu Wang Jeno dengan kepandaiannya.

Wang Jeno termenung, terdengar tidak masalah jika seperti itu. Ia juga tidak mau jika Ayah nya akan memarahinya dan menghukum nya lagi. Untuk sekarang, ia akan sedikit menurunkan ego nya karena melihat Jaemin yang sedikit berbeda dari biasanya.

“Begitukah?”

Yoon Jaemin mengangguk, ia merasa sedikit cemas jika Wang Jeno akan semakin marah padanya.

Broken Vows || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang