5. Dia tidak boleh tahu

71 12 4
                                    

Jaemin mengerjapkan matanya perlahan, pagi hari telah tiba setelah malam panjang yang ia habiskan bersama dengan Jeno. Laki-laki berparas cantik itu terbangun, rambut panjangnya menjuntai menutupi bahu telanjangnya. Entah kenapa tubuhnya terasa begitu sakit untuk digerakkan.

“Su-ah... apa kau ada diluar?” Suara nya yang parau memanggil nama pelayan pribadinya itu.

“Ya, Yang Mulia.” Su-ah masuk kedalam dan menundukkan kepala dengan santun.

“Su-ah, apakah Yang Mulia Putra Mahkota sudah pergi ke pengadilan?” Tanya nya.

“Ya, Yang Mulia. Putra Mahkota sudah pergi ke pengadilan sejak tadi.”

“Kenapa dia tidak membangunkan ku...?” Gumam nya.

Su-ah yang mendengar itu lantas menjawab dengan ragu, “Sebenarnya... Yang Mulia Putra Mahkota sudah keluar sejak tadi malam, Yang Mulia...”

“Ah... begitukah?” Jaemin tersenyum getir, ia menundukkan kepalanya.

“Jadi... dia pergi begitu saja setelah melakukan itu dengan ku?”

“Su-ah...” Lirih nya. Jaemin merasa jika kepalanya begitu sakit dan berdenyut nyeri.

Gadis pelayan itu mendongakkan kepala saat mendengar suara Jaemin yang terdengar begitu lemah. Ia merasa begitu khawatir dengan keadaan Putri Mahkota, dan memutuskan untuk melihat kondisi Putri Mahkota walaupun itu termasuk hal lancang. Namun, kekhawatirannya benar-benar terjadi. Su-ah melebarkan pupil matanya dan terkejut saat melihat darah yang mengalir di hidung Jaemin.

“Astaga! Yang Mulia... hidung anda berdarah!”

Jaemin terkejut, ia mengangkat tangannya dan menyentuh bagian bawah hidung nya. Cairan merah kental benar-benar keluar dari lubang hidungnya. Ia tidak tahu kenapa itu terjadi padanya, tapi saat ini kepalanya rasanya berputar dengan cepat dan telinganya berdengung. Tak lama dari itu, Jaemin kehilangan kesadarannya secara perlahan.

“Tabib! Pengawal, panggil tabib!” Su-ah berteriak dari dalam, dan setelah itu para dayang masuk kedalam untuk membantu Putri Mahkota.

“Astaga... apa yang terjadi?!” Tanya seorang anggota pelayan dengan wajah panik.

“Sekarang bukan waktunya untuk bertanya, cepat panggilkan tabib!”

Salah satu pelayan itu mengangguk dan keluar dengan cepat untuk memanggil tabib istana.

***

Di pengadilan, semua orang sudah berkumpul termasuk Wang Jeno yang duduk di barisan paling depan di dekat singgasana Ayah nya. Laki-laki berparas tampan itu duduk dengan tegap, sorot wajahnya yang tajam dan juga aura kejam nya benar-benar mendominasi semua orang yang berada di aula Geunjeongjeon.

“Wang Jeno, dimana Putri Mahkota Yoon Jaemin?” Tanya sang Raja dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Jeno.

“Dia berada di istana Jinseon, Yang Mulia.”

“Hm... perlakukan dia dengan baik dan ingatlah jika sekarang dia adalah istrimu.” Ujar sang Raja.

“Baik, Yang Mulia.”

Walaupun Jeno sangat muak dengan Yoon Jaemin, ia tetap tidak bisa bersikap seenaknya di hadapan Ayah nya. Jadi untuk menghindari masalah dengan Ayah nya, Wang Jeno berdusta dan bersikap seperti seorang suami untuk Yoon Jaemin.

“Yang Mulia. Kami sudah mengundang para Raja dari wilayah barat untuk menyaksikan penyerahan upeti dari kerajaan Xiongnu, dan mereka setuju untuk datang ke Joseon.” Ucap Perdana Mentri Yi Hwang.

Broken Vows || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang