7. Darah itu hanyalah hal sepele

71 16 11
                                    

Setelah malam yang begitu panjang itu, Wang Jeno pergi meninggalkan Jaemin hanya dengan menyelimuti tubuh itu dengan selimut. Ia merasa sangat puas karena sudah membuat Jaemin terlihat begitu berantakan. Tapi, ada satu hal yang terus menganggu pikirannya setelah menggempur tubuh Jaemin sepanjang malam. Bercak darah yang merembas di alas tidur menjadi pertanyaan besar Jeno. Namun, sekali lagi Wang Jeno berusaha untuk tidak perduli.

“Mungkin saja aku berbuat terlalu kasar. Tapi, memang itu yang pantas dia dapatkan.”

“Yang Mulia!”

Wang Jeno menghentikan langkahnya saat seseorang memanggilnya. Ia melihat Zhi Fengyu yang menyapa nya dari jarak satu meter kedepan. Wang Jeno lantas menghampiri laki-laki berambut coklat itu.

“Apa yang sedang kau lakukan disini?” Tanya nya dengan bias suara yang begitu dingin.

“Apalagi? Aku sedang mencari mu. Kau tidak kembali setelah membawa Putri Mahkota pergi...” Zhi Fengyu memeluk lengan Jeno dengan manja dan suaranya yang mendayu-dayu itu berusaha menarik perhatian Wang Jeno.

“Kau tidak boleh menginjakkan kaki di istana Jinseon. Kau harus tahu dimana tempat mu berada Zhi-ssi.” Geram nya berusaha untuk menahan diri.

“Kenapa aku tidak boleh? Bukan kah kau bilang jika aku boleh pergi ke manapun yang aku suka?”

“Berani sekali kau membantah ku!”

Wang Jeno yang berteriak seperti itu membuat hati Zhi Fengyu menciut. Mau bagaimana pun juga, ia tetaplah seorang tahanan bagi Wang Jeno.

“Pergilah dari sini.”

Zhi Fengyu tak bisa membantah lagi jika Wang Jeno sudah berbicara seperti itu. Ia pun hanya bisa menurut dan kembali dengan wajah yang ditekuk dan bibir mengerucut sebal.

Wang Jeno menghela nafasnya, kemudian ia melanjutkan perjalanannya menuju istana utama setelah mengingat perintah Ayah nya guna memantau persiapan untuk acara perjamuan.

***

Matahari sudah mulai meninggi sampai ke tengah-tengah, tapi Yoon Jaemin masih belum terbangun dari tidur nya. Kelopak mata seindah bunga itu masih betah untuk terpejam. Wajah damai dengan bibir pucat menambah kesan buruk untuk tubuh Jaemin saat ini.

Su-ah selaku pelayan pribadinya merasa begitu khawatir saat Putri Mahkota belum juga keluar sampai siang hari begini. Ia beberapa kali berusaha memanggil nama Jaemin dan meminta izin untuk masuk. Tapi, tak ada jawaban atau bahkan suara perintah sedikit pun yang membuat Su-ah semakin khawatir.

“Yang Mulia, mohon izinkan hamba untuk masuk kedalam...”

Su-ah pun membuka pintu kamar tersebut karena ia tidak bisa lagi berdiam diri dan hanyut akan rasa khawatirnya. Gadis itu masuk kedalam dan melihat jika Jaemin masih tertidur di atas tempat tidurnya. Su-ah mendekat dengan perlahan, melihat wajah pucat Jaemin membuat Su-ah tidak bisa lagi berpikir dengan tenang.

“Yang Mulia... apakah anda baik-baik saja?” Tanya nya, namun tak ada jawaban.

Bagai melihat sebuah mayat saat melihat Yoon Jaemin yang terbaring dengan keadaan seperti saat ini. Su-ah gemetar tangannya dan sekali lagi memohon ampun karena lancang ingin menyentuh tangan Jaemin. Kedua mata gadis itu membola saat merasakan kulit tubuh Jaemin yang sedingin es, dan ia juga terkejut saat sadar jika ada bercak darah di alas tidur Jaemin dan juga di bagian selimut.

Tanpa berpikir panjang ia langsung berteriak memanggil pelayan yang lain untuk memanggilkan tabib Jaehyun.

“Yang Mulia mohon bertahanlah!”

Broken Vows || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang