Harris berdiri di depan jendela kamar tidurnya, mata menatap kota Bandung yang mulai tertutup kabut malam. Lampu-lampu kota berkilau di kejauhan, menciptakan gambaran indah yang selalu ia nikmati dari sini.
Ia baru saja pindah ke kota ini, setelah perceraiannya dengan ibunya yang meninggalkan luka dalam dirinya. Bersama ayahnya yang sibuk dan jarang di rumah, ia merasa terasing di tempat baru ini, seperti bayangan yang tak memiliki tempat untuk berpijak.
Namun, pertemuannya dengan Amara membuka sisi baru dalam hidupnya. Amara, dengan senyum cerianya dan semangat yang tak pernah padam meski di baliknya ada kesepian yang sama seperti dirinya.
Gadis itu selalu terlihat menemukan keindahan dalam dunia seni, menatap Bandung dengan cara yang berbeda, yang membuat Harris terpesona. Keberadaan Amara, yang selalu bisa berbicara tentang warna, bentuk, dan ekspresi dalam hidupnya, membawa ketenangan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Harris ingat betul bagaimana pertemuan pertama mereka terjadi, di tengah keramaian festival seni di Dago.
Ia hanya seorang pengamat diam yang lebih suka menyembunyikan dirinya di balik kerumunan, hingga Amara muncul dengan pembicaraan hangatnya tentang lukisan dan seni yang ia buat.
Saat itu, Amara seakan menjadi oase di tengah kekeringan emosionalnya, menariknya keluar dari dunia yang ia bangun di dalam bayangannya sendiri.
Kini, setelah berbulan-bulan menjalani kisah yang penuh dinamika, Harris merasa seperti menemukan tempatnya, meski itu baru sebagian.
Ia tidak lagi hanya berada di samping Amara sebagai seorang teman, namun juga sebagai seseorang yang mulai memahami dirinya sendiri. Meskipun mereka belum sepenuhnya menyembuhkan luka masing-masing, Harris tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.
Amara, dengan segala kebahagiaan yang ia tampilkan di luar, telah membantunya menyadari bahwa kehidupan tidak hanya tentang menghindari kesedihan, tetapi juga tentang merasakannya dan menemukan cara untuk bergerak maju.
Ia mulai belajar bahwa tidak ada salahnya untuk merasa kehilangan dan cemas, selama ada seseorang yang mau menemanimu melalui proses itu.
Harris tersenyum kecil, menatap lukisan kecil yang kini tergantung di dinding kamarnya—lukisan yang terinspirasi dari kebersamaan mereka, karya pertama yang ia buat dengan penuh perasaan, menggambarkan dua siluet yang berdiri di bawah langit Bandung yang penuh warna.
Di sana, di tengah kota yang penuh kenangan, Harris merasa ada harapan baru, harapan untuk masa depan yang lebih baik, dan yang lebih penting, harapan untuk diri mereka berdua.
Di luar sana, di tengah keramaian dunia, mereka berjalan perlahan. Tanpa tergesa, tapi dengan keyakinan bahwa hidup, seperti seni, adalah perjalanan panjang yang penuh warna dan makna.
:::
End.
hai semua.
first of all, makasih banyak udah mampir dan meluangkan waktu untuk baca ini. maaf banget kalo cerita ini ga sesuai ekspetasi kalian :(
also, aku pake shin eunsoo sama hyunjin sbg visualisasi bukan karena aku ship mereka wkwk, tapi karena aku suka aja sama eunsoo dan lagi menurut aku karakter amara disini cocok banget sama eunsoo...
once again, walopun cerita ini udah tamat. jangan lupa buat tetep vote & comment ya 🥺
makasih banyak semuaaa💗💗💗
best regards,
nai ( hyunjin's gf)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung • Hyunjin
FanfictionHarris, seorang remaja pendiam dengan aura misterius, baru saja pindah ke Bandung setelah perceraiannya orang tuanya. Kini ia tinggal bersama sang ayah, seorang pekerja keras yang jarang berada di rumah. Sementara itu, Amara adalah gadis ceria yang...