Halo tetangga

5 1 0
                                    

~bersama dia, antara luka dan bahagia~
(Reva)
.
.

Reva sudah siap dengan baju seragam sekolahnya, gadis itu menggerai rambut pendeknya dan memakai bandana kesayangannya berwarna merah, ia keluar kamar dengan wajah berseri seri. gadis itu menuju ruang makan yang tidak ada siapapun, pasti Lusi sudah berangkat. Reva mengambil satu sandwich yang sudah ada di meja lalu memakannya untuk mengganjal perut kosongnya.

Biasanya Reva akan berangkat sepulu menit sebelum bel masuk berbunyi tak jarang gadis itu sering terlambat dan menjadi bulan bulanan Bu Ani sampai sampai Bu Ani hafal dengan namanya, tetapi kali ini Reva tidak akan telat karena ia sudah siap berangkat lebih awal dari sebelumnya, alasannya ya tentu karena ingin menunggu Angkasa.

Reva berjalan keluar rumah tak lupa menguncinya, lalu berjalan keluar gerbang rumahnya, dan pas sekali dugaan Reva, Angkasa sedang memanaskan motor di halaman depan dengan gerbang yang terbuka lebar.

"Halo Angkasa!" Reva berlari menghampiri rumah itu. Angkasa tampak terkejut namun raut mukanya langsung berubah datar kembali.

"Lo ngapain?" tanya Angkasa dingin.

"loh kita tetanggaan, tuh rumah gue" jawab Reva sambil menunjuk rumah yang berada di sebrangnya.

"aishh" Angkasa menghela nafas berat sambil melirik ke arah lain seolah menyesal telah pindah rumah.

"Angkasa, bareng ya kan kita se arah" ujar Reva dengan senyum yang masih terukir jelas di wajahnya.

"gak!" tolak Angkasa dengan tegas.

"bareng ya plis plis" Reva berjalan mengambil helm yang berada di samping motor Angkasa.

"ayok" ucap gadis itu sumringah.

"gak! pergi dari sini!" ujar Angkasa dingin.

"ga mau, kan Reva mau bareng" saut gadis itu. Angkasa mengacak rambutnya frustasi, ia menyesal sudah pindah ke komplek yang berisi gadis gila yang ada di hadapannya.

"Nggak! sini helm gue" Angkasa ingin melepas helmnya dari kepala Reva namun gadis itu menghindar lebih dulu.

"bareng pokoknya!" ujar Reva.

"ada apa Angkasa?" seorang wanita paruh baya yang tampak cantik mengenakan hijab itu keluar dari rumah, sambil menghampiri Angkasa.

"loh ada temen kamu" ujar wanita itu yang sepertinya orang tua Angkasa.

"halo Tante aku Reva tetangga depan rumah" Reva menyalami tangan wanita itu sambil tersenyum manis.

"Halo Tante Gea ibunya Angkasa, mau bareng Angkasa ya Reva?" tanya Gea.

"iya Tante tapi Angkasanya ga mau bareng" ujar Reva sambil memasang muka sedih.

Gea langsung melirik Angkasa dengan tatapan tajam.

"Angkasa! ga boleh gitu, bareng Reva ya kasian dia nanti telat" Gea menepuk pundak Angkasa, lagi lagi Angkasa hanya bisa pasrah sebab yang minta adalah ibunya sendiri.

"naik!" ujar Angkasa dengan dingin sambil menaiki motor sport nya.

Dengan senyum yang mengembang di wajah cantik Reva, gadis itupun segera berpamitan dan menyalami tangan Gea lalu naik ke jok belakang motor milik Angkasa.

"Bun berangkat" ujar Angkasa lalu menyalami tangan Gea.

"hati hati! kamu bawa anak orang loh" saut Gea, Reva melambaikan tangan ke Gea sambil mengucapkan salam.

Angkasa melajukan motornya membelah jalanan yang tampak padat oleh lalu lalang kendaraan, gadis di belakangnya sedari tadi tak henti henti tersenyum ia seperti mimpi di bonceng oleh Angkasa.

Senja Di ujung HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang