Permaisuri sangat terkejut sehingga ia kehilangan kewarasannya. Sejak kehidupan sebelumnya, sang kaisar selalu bersikap acuh terhadap anak-anaknya, bahkan ia sepertinya hanya peduli pada anak yang lahir dari Ny. Shu. Baru ketika sang pangeran berusia sekitar sepuluh tahun, kaisar mulai peduli terhadap mereka. Ia mulai mengajari anak-anaknya, dan hanya yang terbaik yang diberikan untuk mereka. Pada suatu titik, ia bahkan memperlakukan mereka lebih baik daripada anaknya dengan Ny. Shu. Inilah sebabnya, ia mulai menggunakan anak-anak sebagai alat untuk mendekati kaisar.
Anak-anak, terutama Hu'er, tidak menunjukkan tanda-tanda memaafkan ayah mereka, namun ketergantungan yang ia dan kedua anaknya miliki terhadap sang ayah, seakan-akan mengkhianati mereka. Meskipun ia membunuh ayahnya sebagai bentuk balas dendam di kehidupan sebelumnya, itu juga menyiksa psikologis dirinya. Ditambah lagi, sepertinya segala sesuatu tidak semudah yang ia bayangkan.
Ia sering bermimpi tentang kehidupan sebelumnya, pada garis waktu di mana ia sudah tiada. Tapi kali ini berbeda. Alih-alih melihat Hu'er yang sombong dan dingin, ia justru melihat Hu'er yang hancur dan merana, menangis di depan makam ayah dan ibunya. Lalu pemandangan itu berubah, Hu'er sedang mengeksekusi ayahnya. Hu'er mengarahkan pedang ke leher sang ayah dengan mata yang dipenuhi air mata, sementara kaisar tersenyum dengan damai dan hangat saat pedang itu semakin mendekat ke lehernya. Kaisar menatap Hu'er dengan penuh kasih sayang tanpa syarat. Bibirnya yang kering dan pecah itu hendak mengucapkan sesuatu, namun sebelum ia bisa mengatakannya, Liu Quiaqio merasakan sakit kepala yang luar biasa dan terbangun dari tiduran.
Ia merasa ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Melihat bahwa kaisar sekarang mulai tertarik dengan anak-anak sebelum Hu'er berusia sepuluh tahun, ia merasa ini mungkin terkait dengan mimpinya. Fakta bahwa Ny. Shu tidak lagi diperlakukan dengan baik seperti dahulu juga membuatnya berpikir lebih dalam. Pasti ada sesuatu yang lebih dalam yang belum ia ketahui tentang mimpi itu. Karena itu, setiap perubahan yang terjadi dalam hidup ini membuatnya merasa takut. Memperbolehkan Hu'er dekat dengan ayahnya adalah sesuatu yang banyak ia pertimbangkan. Namun, setelah melihat kembali mimpi itu, ia menyadari bahwa ia tidak bisa menggantikan peran seorang ayah di hati anak-anaknya. Keputusan apakah mereka ingin dekat dengan ayah mereka atau tidak, itu tergantung pada mereka sendiri, jadi ia menyetujui permintaan sang kaisar. Mungkin ia tidak terlibat secara romantis dengan kaisar, tetapi ia bisa menjadi orang tua bersama untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Sepanjang sore itu, permaisuri berbicara kepada sang kaisar tentang kehamilannya yang lalu, apa yang disukai dan tidak disukai oleh anak-anaknya, hal-hal favorit mereka, pertumbuhan mereka, dan momen-momen lucu mereka. Setiap kali permaisuri menjelaskan sesuatu tentang anak-anaknya, sang kaisar mulai menyesali keputusannya untuk tidak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Permaisuri terlihat begitu bahagia dan puas, dan sang kaisar bisa benar-benar melihat bahwa permaisuri telah move on. Ia merasa patah hati, tetapi pada saat yang sama, ia tidak bisa menyalahkan permaisuri. Setelah semua yang telah ia lakukan pada permaisuri, ini adalah akibatnya.
Seperti itu, keduanya berjalan berdampingan di taman sambil berbicara tentang anak-anak. Ketika matahari mulai terbenam, permaisuri kembali ke istananya. Sore itu, berita datang bahwa sang kaisar menghabiskan malam di tempat Hereditary Consort Xuilan.
Yang mengejutkan, kali ini ia tidak merasa terluka mendengar berita tersebut. Meskipun ia telah memutuskan untuk tidak mencintai sang kaisar di kehidupan ini, ia tetap merasa sakit setiap kali mendengar bahwa sang kaisar menghabiskan malam di tempat seorang selir. Namun hari itu, yang ia rasakan hanya ketidakpedulian. Ia merasa bahagia karena ada kemajuan dalam proses penyembuhannya.
"Li Dani, anak-anak mana?" tanya permaisuri.
"Mereka baru saja menuju ke sini, apakah Anda ingin bertemu dengan mereka?" tanya Li Dani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Ku
FanfictionLiu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah di...