Pagi itu terasa segar dan sejuk, tetapi seperti biasa, Hael tidak tidur nyenyak karena mimpi buruk yang terus menghantui.
Setelah berjam-jam berada di balkon, Hael akhirnya masuk ke kamar. Ia memutuskan untuk mandi agar lebih segar sebelum berangkat ke sekolah.
Air dingin mengguyur tubuhnya, membantu menyegarkan pikiran dan mengurangi rasa kantuk yang masih tersisa.
"Hah... sekolah itu benar-benar membosankan," gumam Hael malas sambil mengenakan seragamnya dengan setengah hati.
Selesai berseragam, Hael turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama keluarganya.
Dewandra, ayahnya, melihat Hael yang menuruni tangga langsung mengingatkannya, "Bukankah Daddy sudah bilang? Kalau ingin turun, gunakan lift saja, jangan tangga."
"Maaf, Daddy. El lupa, hehe," jawab Hael sambil tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana.
"Ayo makan. Nanti kamu terlambat," ujar Dewandra sambil menunjuk ke meja makan. Hael hanya mengangguk singkat.
Di meja makan, Cerlin—wanita itu masih menatap Hael dengan penuh kebencian. Hael menyadari tatapan itu, tetapi memilih untuk mengabaikannya.
Mereka semua makan dengan tenang. Setelah selesai, Hael berpamitan kepada sang ayah, bersamaan dengan Geo, kakaknya, yang memaksanya untuk berangkat bersama.
"Ayo naik. Kita berangkat sekarang," ucap Geo sambil memasangkan helm di kepala adiknya.
Hael hanya mengangguk dan melambaikan tangan ke arah ayahnya. "Daddy, El pergi sekolah dulu. Dadah." Ucapnya.
Sebelum sampai di sekolah, Hael langsung turun dari kendaraan sport milik Geo. Melihat itu, Geo hanya bisa menghela napas panjang sebelum melanjutkan perjalanan ke sekolah.
Hael memutuskan untuk berjalan kaki menuju gerbang sekolah. Namun, sesampainya di depan gerbang, ia tiba-tiba disambut oleh sekelompok siswa pembuat onar—orang-orang yang kemarin dia pukuli.
"Halo, Hael!" sapa mereka sambil berlari ke arahnya.
Hael tetap menunjukkan ekspresi datarnya di balik kacamata. Pandangannya menyapu mereka satu per satu.
'Apa lagi maunya mereka?' pikir Hael, bingung.
Ketika mereka akhirnya sampai di hadapannya, Hael sempat mengira mereka akan menantang berkelahi lagi. Namun, yang terjadi justru di luar dugaannya.
Tanpa diduga, mereka serentak menunduk dalam-dalam.
"Terima kami jadi bawahanmu, Bos!!" seru mereka dengan lantang, membuat semua orang di sekitar menoleh ke arah mereka.Hael terdiam, syok. 'Apa aku terlalu keras memukuli mereka kemarin sampai-sampai otak mereka jadi bermasalah?' pikirnya, tak percaya.
"Bos??" panggil mereka, membuyarkan keterkejutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona vindictae [BL]
Novela JuvenilMenjadi kambing hitam dari pelaku pembunuhan kakak kandungnya sendiri, dirinya bertekat membalas para pendosa itu dengan caranya sendiri. Setelah bertrasmigrasi ditubuh seorang anak culun dan cupu.