Part 22

605 71 8
                                        

Saat ini Adel terlihat sibuk di depan cermin. Perutnya yang semakin besar membuatnya sedikit sulit memilih pakaian yang nyaman tapi tetap terlihat cantik. Ia mengeluh pelan sambil memegangi pinggang.

"Mas, kamu yakin aku masih keliatan cantik?" tanya Adel sambil melirik Zean yang duduk di ujung tempat tidur.

Zean menoleh dari ponselnya, menatap istrinya dari ujung kepala hingga kaki. Ia tersenyum lebar. "Sayang, kamu itu nggak pernah nggak cantik. Kamu selalu cantik di mata Mas."

Adel memutar bola matanya meski bibirnya sedikit melengkung ke atas. "Mas tuh pinter banget ngegombal. Aku tanya serius, lho."

Zean berdiri, mendekati Adel. Ia memeluk pinggang istrinya dari belakang, menatapnya melalui cermin. "Mas serius kok, Sayang. Kamu nggak usah mikirin itu. Lagian, perutmu itu justru bikin kamu makin cantik. Itu bukti kamu lagi bawa anak kita."

Adel tersenyum, lalu menghela napas panjang. "Oke deh, kalau gitu aku ke bawah dulu. Mas mandi ya."

Sambil menunggu suaminya mandi, Adel berjalan ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Aroma harum roti panggang dan telur memenuhi ruangan. Zean, yang baru saja selesai mandi, menghampiri istrinya dengan wajah segar. Ia memeluk pinggang Adel dari belakang, membuat wanita itu tersentak kecil.

"Mas! Ih... bikin aku kaget aja deh" omel Adel sambil tersenyum kecil.

"Mas cuma pengen nyium istri Mas pagi-pagi. Salah?" goda Zean sebelum mengecup pipi Adel.

Adel mendengus pelan. "Ya udah, makan sana. Aku udah siapin semuanya di meja."

Setelah selesai sarapan, mereka memutuskan untuk pergi ke mall. Hari itu memang sudah direncanakan untuk membeli perlengkapan bayi si kembar yang sebentar lagi akan lahir.

Setelah akhirnya siap, mereka meluncur ke mall. Sesampainya di sana, Adel langsung terlihat semangat. Ia menggandeng tangan Zean, menariknya ke arah toko bayi.

"Mas, kita harus beli semuanya. Mulai dari baju, celana, topi, kaus kaki, pokoknya lengkap!" seru Adel dengan mata berbinar.

Zean hanya tersenyum, mengikuti langkah istrinya. "Kamu atur aja Sayang. Tugas Mas cuma tinggal gesek kartu sama bawa barang belanjaan."

Adel tertawa kecil, lalu mulai memilih berbagai macam baju bayi. Ia memegang satu jumpsuit berwarna hijau dengan motif dinosaurus, lalu tersenyum lebar. "Mas, liat ini! Gemes banget kan?"

Zean mengangguk sambil mengamati baju itu. "Iya lucu. Tapi kamu yakin anak kita bakal suka dinosaurus?"

Adel melirik Zean sambil tersenyum. "Aku nggak peduli mereka suka apa nggak. Yang penting mamanya suka."

Zean terkekeh pelan, lalu membantunya memilih baju lainnya. Setelah beberapa lama, Adel menunjuk dua baju kembar yang identik. "Mas, ini cocok banget buat mereka nanti. Beli ini ya?"

"Boleh banget. Udah pilih aja semuanya. Aku yang bayarin" jawab Zean sambil tersenyum.

Setelah hampir satu jam memilih baju, topi, kaus kaki, hingga selimut bayi, Adel akhirnya merasa puas. Zean, yang memegang beberapa kantong besar, tampak sedikit kelelahan tapi tetap tersenyum, sementara Adel berjalan dengan senyum puas.

"Kamu capek nggak, Sayang?" tanya Zean sambil melirik istrinya.

"Lumayan sih Mas. Tapi aku haus. Kita beli minum dulu yuk," jawab Adel sambil memegangi perutnya.

Mereka berhenti di sebuah kafe kecil di dalam mall. Zean memesan jus jeruk untuk Adel dan kopi untuk dirinya sendiri. Sambil menikmati minuman, Adel memandangi kantong belanjaan di meja.

My Soulmate (ZeeDel) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang