[POV JAKE]
Kehadiran Jang Wonyoung membuat dadaku berdebar hebat. Sangat menyesakkan selagi organ dalam itu ingin melarikan diri agar sampai di tangan Wonyoung, membuktikan betapa besar perasaanku untuknya. Namun, aku sadar diri Wonyoung bakal jijik dengan jantung yang lembek dan berdenyut itu.
Lihatlah rambut bergelombang panjang sepinggang, kulit seputih porselen, bibir semerah delima matang, dan mata berapi-api yang membuatku bersemangat.
Dadaku terbakar oleh dahaga. Janji Wonyoung memberikan sebotol darah membuatku makin tidak sabar. Apapun latihan yang dia berikan, aku akan menjalani dengan taat. Asalkan aku bisa bersabar dalam setiap tes yang muncul.
Aku ingat bagaimana siksaan membuatku semakin marah, serta bagaimana senyumannya tersungging tipis kala aku gerak dan tindakanku sesuai keinginannya. Aku tidak tahu mana tindakan yang tepat. Jika dia tersenyum, berarti aku boleh melakukannya. Jika tidak, aku akan bertarung dengan diriku sendiri sampai penguji muncul dengan tes yang sama dari sebelumnya.
Namun, tes terakhir membuat Wonyoung hadir dengan mata berbeda. Aku sulit menerka apakah tindakanku salah. Dia tersenyum, tetapi firasatku berkata lain.
Kala Wonyoung berbalik, berikut aroma segar buah semanis persik berhasil membuat batinku berteriak.
Apakah Wonyoung tidak tahu seberapa dalam aku mencintainya? Aku sangat menyukainya.
Aku tahu diri. Aku sengaja menabrak batas. Kulakukan hal-hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya demi mendapatkan atensi Wonyoung. Aku tidak masalah kena amukan seganas harimau di hutan Baekdusan. Asalkan aku bisa melihat Wonyoung, meskipun kudapati tampangnya yang cemberut.
Astaga, ini anugerah atau musibah sebenarnya? Aku tidak tahu ada bagian kelam kehidupan makhluk immortal. Di dunia yang makin canggih, bersenjatakan bio nuklir yang sukses membumihanguskan Jepang tiga puluh lima tahun silam, dan mulai pindah adu kecerdasan, aku menjelma sebagai makhluk tidak dikenal.
Napasku berderu penuh kesenangan. Apapun wujud baru yang menjalari sekujur tubuhku, aku senang hati menyambut perubahan. Mau menjadi manusia polos ataupun monster berhati kejam, selama Wonyoung menatap mataku, aku baik-baik saja.
Senyumanku terbentang lebar. Namun, saat pintu digeser untuk kesekian kali, tatapan berbunga-bungaku berubah. Aku merunduk ke depan. Lengkap dengan geraman rendah penuh antisipasi. Aroma segar manusia yang masuk ke dalam ruanganku, berhasil menonjok pangkal hidungku. Insting mendorongku untuk mencabik manusia itu, tetapi otakku protes. Aku tidak boleh melakukannya. Manusia di depanku bukanlah sembarang manusia. Dia seorang instruktur pertarungan yang beberapa kali melatih vampir di sel lain untuk bertarung.
Meski manusia, dia tangguh juga. Aku tidak yakin seberapa kuat aku menghadapinya. Bisa saja aku yang babak belur mengingat beberapa vampir yang berlatih tidak tampak batang hidungnya.
Aku menggeram lagi. Agak khawatir aku bernasib sama dengan vampir-vampir itu. Aku tidak ingin bernasib sama. Mati di tangan manusia.
“Huh, Jepang.” Aku bersungut, tidak bisa menyembunyikan kebencian dengan sisa-sisa tentara yang menjajah tanah kami.
Pemuda di depanku memiliki tatapan khas orang Jepang. Sangat mematikan walau perawakannya tetap tenang. Namun, mata itu agak familiar dengan seseorang. Sayangnya aku tidak punya kesimpulan pemuda itu mirip mata siapa.
"Memangnya kenapa kalau aku keturunan orang Jepang?" tanya pemuda itu, tidak terusik dengan hinaan yang terlontar dari ucapanku.
Aku menggeram untuk ketiga kalinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/309753069-288-k587343.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽𝙚𝙛𝙤𝙧𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝘿𝙖𝙬𝙣 [SHIM JAKE ENHYPEN]
FanfictionJang Wonyoung kesal tidak berharap bahwa kelahiran yang kedua ini menjadi mimpi buruk. Namun, apa daya jika hadirnya Shim Jake menggerogoti kesepiannya dengan semua lelucon dan tindak-tanduk absurd sebagai vampir baru. Spin Off//Kisah Awal Klan Gyeo...