5. A Monster are Born

177 39 2
                                    

Aku kembali lebih cepat ya? Hehehehe. Gaslah buat vote dulu sebelum baca. Selamat menikmati kisahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~
BEFORE THE DAWN
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Detak jantung yang stabil itu, perlahan menjadi intens. Gemuruh yang diliputi kemarahan dan hasrat membunuh, sukses mengentakkan kesadaranku. Aku membuka mata, ngeri menyaksikan sepasang mata merah membara.

Desisan serak dari tenggorokan yang kering kerontang, cakar melengkung dari buku jarinya, serta rambut acak-acakan. Dia telah kesetanan demi bisa keluar dari kamar. Aku beruntung mengunci ruangan. Jake masih belum tahu kekuatannya untuk mendobrak pintu, tetapi tidak akan kuberitahu.

Aku masih terlalu pusing untuk bangun sepenuhnya. Aku cuma diam mengawasi obyek di depan mata. Jake yang kemarin tampak manis sebagai manusia, telah menghilang. Dia adalah monster yang baru lahir.

Desisan itu semakin keras. Dia terus menyeringai. Pancaran permusuhan tampak kentara, terutama karena Jake masih asing dengan penglihatan yang baru. Menjadi vampir terkadang ada tidak enaknya. Obyek di depan yangg serba merah pasti menakuti Jake.

"S-sia-pa kau?"

Jake masih terbata-bata mengeluarkan kata-kata pertamanya.

"Wonyoung. Jang Wonyoung," sahutku.

Jake tidak merespon. Sikapnya yang tergila-gila telah menguap. Dia tidak ingat bagaimana bahagianya saat mendengar namaku. Selalu mengikuti langkah kakiku ke mana pun aku pergi. Setiap sodoran aneka bunga yang semerbak, selalu kutepis kasar. Sekarang, semua hal tentang Jake menghilang. Manisnya, lembutnya, baik hatinya, serta kehangatan atas kasih sayang dan cinta.

Dia adalah monster yang baru lahir, terbangun dalam kondisi kesakitan.

"Kenapa panas sekali? A-air. A-aku ingin a-ir."

"Akan kuberikan air, tapi kau, apa ingat namamu?"

Dia terdiam, sedang mengingat siapa dirinya. Lalu Jake mengangkat telapak tangannya yang tegang. Sialnya, dia menemukan cermin di dinding. Pantulan mata merah itu membuat Jake terjengkang mundur, lalu menggeram. Dia kalut dengan tampilannya yang baru. Mata merah itu pasti mengejutkan Jake.

"Siapa dia?" jeritnya. Kepanikan itu melahap seluruh kemarahan yang tadi membaluri sekujur tubuhnya. Dia jelas asing dengan pantulan kaca.

"Dia adalah kau. Kau ingat namamu?"

"Aku apa? Aku siapa?"

Sebelum aku menjawab, Jake telah menerjang ke arahku. Dia telah mencekik. Matanya semakin berapi-api. Suaranya pecah menahan haus.

"AIR. KATAKAN DI MANA ADA AIR!"

Aku terbatuk-batuk mencari oksigen. Cekikan Jake sangat kuat. Semuanya tampak putih. Aku berjuang untuk membebaskan diri, tetapi Jake sangat kuat. Benar ucapan Sunghoon. Aku tidak bisa melawan kekuatan laki-laki. Aku menggeliat demi menghirup oksigen.

Jake telah lupa bahwa aku gadis yang paling disukainya.

Kuharap, kalau memang Jake seperti ini, kami tidak perlu berjumpa lagi. Hubungan bisa impas, saling tidak mengenal. Hanya saja aku perlu merawat awal-awal dia berubah, agar tidak ada masalah.

"LE-PAS-KAN A-KU JA-KE!"

Aku berupaya menjerit, tetapi yang keluar hanya erangan payah.

Cengkeraman Jake semakin kuat. Hasrat membunuhnya sangat jelas. Dia menakutkan. Dengan sekuat tenaga, aku bertahan. Aku sudah berjuang menyelamatkan diri dari perburuan praktik eksorcisme yang dilakukan orang-orang gereja. Bahkan di keluarga Park, aku melindungi kehidupanku. Aku segan mati sia-sia.

𝘽𝙚𝙛𝙤𝙧𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝘿𝙖𝙬𝙣 [SHIM JAKE ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang