Pekerjaan membangun ulang tempat yang sudah jadi itu termasuk menyulitkan. Ada dua alasan. Pertama, konstruksi bangunan terlalu usang. Kedua, minim peralatan. Dua faktor itu yang membutuhkan anggaran besar. Pendanaan mudah diperoleh karena bangsa vampir memiliki kekayaan tanpa batas, sedangkan menjaga rahasia saat membeli material bangunan lebih sulit.
Mana bisa menyembunyikan alasan di mana material bangunan digunakan, jika belinya dalam jumlah yang banyak, sementara lokasi pembangunan beberapa kilometer di bawah kereta bawah tanah. Karena itu, para vampir gotong royong melakukan pekerjaan berat. Berhubung tangga di pintu tingkap sangat rawan putus, penggunaan katrol sangat diandalkan dalam mengangkut bahan-bahan besar yang tentunya tidak ringan.
Kuakui, pekerjaan satu ini menguras tenaga. Banyak vampir kuat, tetapi tidak selamanya kuat. Mereka yang selama ini pasif, mengeluh karena menjadi kuli dadakan tanpa bayaran. Termasuk diriku. Aku sering mengalami sakit kepala dengan hal-hal tidak terduga dalam pembangunan ulang. Aku menyerah soal masalah teknis. Kuserahkan pekerjaan itu kepada vampir yang ahli dalam pembangunan gedung-gedung. Aku terima jadi bahwa gedung basement yang biasa disingkat PPV atau pusat pelatihan vampir ini kuat dalam menahan gempa atau dorongan vampir yang memberontak. Kalau bisa, tidak ada celah sedikit pun kala vampir baru menerobos kabur.
Namun, terdapat dua ruangan yang dibiarkan apa adanya. Sejak awal, tiap dinding sudah berbentuk lapisan sedimen. Sukar dibor dengan mesin buatan manusia. Bahkan tenaga dorong vampir pun tidak berpengaruh. Ruangan itu paling luas di antara sel-sel lainnya dan menampung 100 orang. Tempatnya lembap, penuh lumut dan tidak memiliki jendela. Langit-langitnya sangat tinggi sehingga tidak bisa memanjat jendela. Ada pun pintu yang jarang dibuka telah dibongkar menjadi jeruji tambahan. Pintu baru dipasang, tetapi dibangun cukup tinggi, sehingga penghuninya tidak gampang memanjat untuk kabur. Bagaimana cara masuknya? Tentu saja dilemparkan dari atas.
Kalau tidak manusiawi, tentu saja tidak manusiawi.
Vampir tidak akan hancur semata jatuh dari ketinggian tiga meter.
Transformasi paling besar adalah tiap sel-sel baru yang dicat ulang menjadi putih, punya satu penerangan dan memiliki empat kamera pengawas masing-masing sudut. Lalu dindingnya memiliki terali besi dan berjarak masing satu meter terdapat sekat dari kaca tebal. Kendati melewati lorong, aku bisa mengawasi setiap gerakan vampir yang dilatih.
Memang merepotkan untuk buka tutup pintu yang digembok. Sekarang sudah menggunakan sensor dari kartu pindai. Jika lewat, pintu jeruji bakal terbuka otomatis dalam dua detik.
Di terowongan yang baru digali, terdapat satu lemari pendingin, seukuran lapangan bola basket. Tempat itu menyimpan ribuan botol darah donor, dialokasikan untuk persediaan kalau-kalau kelak, para vampir kesulitan mendapat darah. Namun, prioritas pertama adalah untuk vampir baru.
Senang rasanya punya ruang penyimpanan darah. Tidak akan capek naik turun tangga demi mengambil sebotol darah.
Untunglah. Vampir yang mengikuti aturan keluarga Park kompak bekerja sama. Sangat kompeten dalam menyusun tiap ruangan. Jadi aku bisa fokus melatih Jake agar siap dientaskan di dunia manusia.
Bersama pembangunan itu pula, vampir yang baru saja digigit atau vampir lama yang dipaksa bergabung dengan kami, dikurung di ruang isolasi. Raungan mereka menggema keras, berbaur dengan suara konstruksi. Setiap aku membawa beberapa botol darah, semua vampir termasuk pekerja langsung bereaksi. Namun, vampir pekerja pandai menahan diri. Mereka bakal mendapat jatahnya saat malam dan bersyukur tidak menderita seperti vampir-vampir di ruang isolasi. Meski botol itu telah disegel kedap udara, tetapi aromanya yang menyengat memicu agresif para vampir baru.
Aku tidak peduli ratapan, tangisan, gerungan dan umpatan serak mereka yang haus darah. Kulewati mereka. Aku berbelok ke salah satu ruangan cerah berlapis sekat kaca. Jake tidak meraung murka seperti biasanya. Dia diam saat menatapku. Bibirnya pecah-pecah. Rambutnya berantakan. Bekas keringat bersimbah di mana-mana dan telah menempel di tubuhnya yang lusuh. Dia haus dan lelah. Tak pernah kunjung menyerah untuk melepaskan diri.
"Pagi, Shim Jake." Aku menyapa. Kuletakkan keranjang botol di sisi lantai. Dari matanya, aku tahu Jake belum kunjung tenang. Matanya terpaku pada darah baru.
"Kau bersikap baik hari ini. Karena itu, kuberi kau hadiah. Minuman segar. Mau?"
Hidungnya kembang-kempis. Dia pasti tidak sabar untuk minum.
Metode pelatihan vampir memang ekstrem. Cara lama yang dilakukan ayah saat mendidik Sunghoon dan Byeomgyu masih dipraktikkan. Para vampir dijejalkan dalam ruangan yang sama. Saling berkelahi sendiri sampai tersisa beberapa orang yang bertahan. Mereka dibiarkan mengendusi aroma darah yang digantung di udara, lalu dipaksa minum darah basi. Namun, aku mengubah sedikit metode itu.
Kalau mereka sudah diam, kuberi minuman segar. Jika tidak, dibiarkan berhari-hari agar mengerti bahwa kesabaran menahan hasrat darah itu penting.
Jake menoleh kepadaku. Tatapannya masih kosong. Dia belum mengenali diriku, tetapi tidak seperti sebelum-sebelumnya. Tiap aku datang, Jake selalu mengamuk.
Aku mengambil sebotol. Kepala Jake bergerak saat tutup botol terbuka. Sekarang dia tidak menggerung lagi. Hanya mulutnya yang terbuka.
Dengan hati-hati, aku mendekat. Aku agak khawatir jika Jake menggigit tanganku secara tiba-tiba. Akan tetapi, pikiranku salah. Jake tidak memberontak. Dia minum dengan patuh, lalu menjilati bibirnya.
Setelah isi botolnya habis, reaksi agresif kembali muncul. Jake menggerung lagi ingin tambah.
"Oke, sudah cukup. Observasi untukmu, hari ke-21, kau bisa menahan diri sampai botolnya diberikan. Besok aku akan kembali. Tergantung apa yang kau lakukan. Kalau pintar, dua botol menjadi hadiah untukmu, Shim Jake." Aku kembali tersenyum.
"Jadi, apa kau sudah tahu siapa sebenarnya kau?"
Jake tidak menjawab. Dia masih melotot.
"Apa kau mengenaliku?"
Masih tidak ada jawaban. Aku menutup catatan observasi dan meletakkannya ke tas selempang. Lalu keranjang botol kuambil dari lantai. Aku harus memantau beberapa vampir yang berkelahi di ruang isolasi. Baru saja membuka pintu geser, sebuah suara membuatku menghentikan langkah.
Aku hampir menjatuhkan keranjang saking kagetnya. Di belakangku, Shim Jake menggerakkan tangan. Gemerincing rantai yang mengikat pergelangan tangan Jake sangat nyaring.
"Jang Ahgassi, nae sarang!"
Aku berbalik untuk memastikan pendengaranku tidak salah. Namun, Jake selalu mengucapkan kalimat itu setiap kami berjumpa sebagai manusiaa. Bedanya, kali ini mata dia dalam kondisi tidak fokus.
"Air. Air." Jake kembali memohon. Dia ingin meminum lagi. Namun, aku bergegas pergi.
Beberapa pintu sel kulewati, aku membuka buku catatan observasi. Aku segera mencatat ucapan Jake dan bagaimana kondisinya.
Perjalananku melatih Jake masih panjang. Namun, aku bahagia karena Jake mulai bisa mengendalikan diri.
Kedudukanku di sisi ayah sangat dekat. Langkahku sangat ringan saat mengobservasi vampir buas di ruang isolasi. Di pintu kecil, aku bisa mengawasi penghuninya masih berkelahi satu sama lain. Kutatap tali katrol sehingga botol berisi gumpalan darah beku tumpah ke lantai. Gerungan bising kembali memantul. Perkelahian semakin brutal. Aku menarik tali katrol lainnya, membiarkan botol darah baru menggantung di udara. Tak lama, erangan dan cabikan tubuh antar vampir terdengar dari balik pintu. Berebut mencicipi setetes darah yang kembali dimuntahkan lagi.
******
Haiiii, apa kabar semua? Semoga hari ini lebih baik ya dibandingkan sebelumnya. Omong-omong terima kasih yang meninggalkan jejak dengan klik vote lebih dahulu. Maaf agak slow respon disebabkan dunia RL dan naskah selingkuhan non ff. Semoga cerita ini tamat sesuai rencana tanpa rencana. Hehehehe. Salam sayang dari penulis yang gak bisa lepas dari klan Gyeonghui.
Banyuwangi, 12 Juli 2022
Ravenura

KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽𝙚𝙛𝙤𝙧𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝘿𝙖𝙬𝙣 [SHIM JAKE ENHYPEN]
Hayran KurguJang Wonyoung kesal tidak berharap bahwa kelahiran yang kedua ini menjadi mimpi buruk. Namun, apa daya jika hadirnya Shim Jake menggerogoti kesepiannya dengan semua lelucon dan tindak-tanduk absurd sebagai vampir baru. Spin Off//Kisah Awal Klan Gyeo...