12. A Trials

103 21 1
                                    

Mau tidak mau, dengan hadirnya Sunghoon bersama manusia itu, aku menekan tombol lift dan mengawal mereka berdua turun. Aku sibuk mengatur napas demi melupakan insiden yang terjadi beberapa menit lalu.

Yujin berada di ruang isolasi milik Jake. Untungnya kepingan kaca sudah dibersihkan, sedangkan aroma darahnya masih membekas. Bukan masalah jika masih tercampur aroma darah basi hasil pelatihan Jake selama ini.

Aroma itu bakal memancing sisi agresif vampir sampai aroma itu menguap sangat lama, akibat tidak ada ventilasi udara.

"Bukankah Anda ingin istirahat, Nona Jang?" tegur Yujin, sama sekali tidak terpengaruh dengan rona wajahku.

"Ya, tidak jadi." Aku menjawab enggan.

"Kenapa kau perlu istirahat? Bukankah tugasmu mengurus vampir?" Pertanyaan Sunghoon kuanggap sambil lalu.

Persetan dengan kredibilitas dan kepercayaannya tentang kinerjaku turun. Aku sadar bahwa sikapku salah. Aku akui, aku kurang cakap dalam melakukan pekerjaan. Alasan yang paling pas untuk membela diri adalah aku minim pengalaman, terutama soal perasaan. Aku menarik napas, mengenyahkan perasaan pribadi tidak boleh terlibat di ruang bawah tanah ini.

"Aku istirahat untuk menukar udara sebentar di pintu lift. Itu masalah?" tanyaku, diikuti tatapan jengkel kepada Sunghoon.

"Kukira kau melarikan diri karena tidak suka pekerjaanmu," kata Sunghoon.

Sindiran yang jitu. Aku tidak terkesan buat membantah, karena memang benar aku ingin kabur dari Jake. Andai vampir gigitanku bukan Jake. Pasti bakal menyenangkan untuk belajar tentang dunia vampir baru. Sayangnya, kebiasaan Jake yang bermulut manis ini tidak menghilang sesuai harapanku.

"Tidak. Aku tidak akan main-main dengan apa yang sudah kuucapkan. Aku akan mengambil tempatmu, kapanpun itu terjadi, Park Sunghoon."

"Baguslah kalau kau mau mengambil. Aku tidak akan mengalah." Dia terkekeh. Dengan santai melenggang masuk ke ruang isolasi.

Sunghoon hanya berdiri di dekat Jake, mengamati penuh minat pada terali besi yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Rantai itu lebih tangguh karena baru. Sedangkan yang lama telah didaur ulang untuk pembangunan di tempat lain.

"Kau tahu, Nona Jang. Perawatan tempat ini lebih baik. Kekasihmu beruntung karena kau merawat dengan tulus. Namun, tidak dengan pendahulumu. Tragis, dramatis, penuh tangis dan apalagi, ya? Bengis." Aku mengapresiasi setiap ekspresi yang Sunghoon tunjukkan dari setiap kata-katanya dengan memutar bola mata bosan. Dia tetap saja mengoceh soal omong kosong, paling tidak bagiku. Aku tahu penderitaanku sama beratnya dengan vampir-vampir lain dalam menahan kesakitan. Namun, kurunganku lebih baik. "Aku adalah orang terakhir yang keluar dari sini. Secara struktur, tempat ini modern. Bukankah vampir sekarang merasakan kemewahan dari pelatihan yang kau gagas? Tempat ini tahan menghadapi perang antar manusia, termasuk nuklir sekalipun. Kita bisa bersembunyi di tempat ini." Sunghoon melepaskan pegangannya di rantai.

Sunghoon tidak bermaksud menyindir bahwa siapapun vampir dahulu yang ditempa mengikuti aturan klan, hidupnya tidak enak semua. Termasuk diriku yang pelatihannya sama menyiksanya. Namun, aku tetap berkeinginan tempat ini sangat kuat menghadapi serangan apapun, baik dari dalam ataupun luar. Jika bisa, ini adalah benteng utama di bawah bumi paling rahasia dan aman.

"Namun, ini cuma satu cara untuk melindungi klan. Sebab, aturan utama adalah tidak membunuh manusia." Aku merespon.

Sunghoon mengangguk sekilas. Dia tampak bernostalgia dengan tempat yang paling dikutuk para vampir yang pernah singgah di tempat ini. Banyak sekali perombakan bangunan besar-besaran, sehingga jejak dinding tulang belulang dan pigura tengkorak ciptaan Sunghoon telah hilang tanpa bekas. Aku tidak ingin kesan menyeramkan ada di bangunan yang menjadi teritorialku.

𝘽𝙚𝙛𝙤𝙧𝙚 𝙩𝙝𝙚 𝘿𝙖𝙬𝙣 [SHIM JAKE ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang