Pendaftaran organisasi di sekolah akhirnya dibuka, dan seluruh siswa tampak bersemangat. Ada banyak pilihan organisasi di sekolah itu, tapi bagi Aurora, hanya satu yang ia kenal dengan baik-OSIS.
Hari ini, Aurora sudah berdiri di depan ruang organisasi. Jantungnya berdebar, namun langkahnya tetap mantap. Di sekelilingnya, banyak siswa yang juga bersiap mengikuti seleksi OSIS, tapi Aurora tak gentar. Ia sudah memutuskan untuk mendaftarkan dirinya dan berusaha memberikan yang terbaik.
Saat dia sedang menunggu gilirannya, tak sengaja ia melihat sosok yang familiar.
"Eve!" panggil Aurora sambil melambaikan tangan. Itu adalah teman yang dikenalnya saat demo ekstrakurikuler. Kini, Eve sudah menjadi salah satu teman dekatnya.
"Aurora, kamu daftar OSIS juga?" tanya Eve sambil tersenyum.
"Iya! Kamu juga?" balas Aurora.
"Iya, nih. Deg-degan banget! Kamu gimana?" Eve tertawa kecil, menyembunyikan rasa gugupnya.
"Sama! Tapi kita harus semangat, kan?" kata Aurora sambil mengepalkan tangan."SEMANGAT!" jawab Eve penuh semangat.
Beberapa menit kemudian, nama Eve dipanggil lebih dulu untuk masuk ke ruangan wawancara. Aurora menunggu dengan harap-harap cemas. Tak lama setelah itu, Eve keluar dengan wajah yang agak lega.
"Gimana? Lancar?" tanya Aurora penasaran.
"Lumayan, tapi deg-degannya masih ada. Semoga lolos ya!" Eve tersenyum memberi dukungan.
Semoga kita berdua lolos," balas Aurora dengan senyum tipis. "Kamu mau ke kelas sekarang?"
"Iya, aku harus balik dulu. Semangat ya, Aurora!"
"Makasih, Eve! Daa!"
"Dadah!"
Sekarang, giliran Aurora dipanggil masuk. Jantungnya berdegup semakin cepat, tapi dia berusaha menenangkan diri. Namun, saat wawancara dimulai, rasa gugupnya tak tertahankan. Pertanyaan sederhana tentang visi, misi, dan kelebihan serta kekurangan membuatnya bingung. Padahal, tadi malam ia sudah berlatih dengan baik. Tapi kini, di hadapan para pewawancara, semua yang ia latih seakan menghilang.
Setelah wawancara selesai, Aurora keluar dengan perasaan frustrasi. Dia merasa tidak memberikan jawaban terbaiknya dan khawatir tidak akan lolos seleksi OSIS. Perasaannya semakin kacau saat ia melihat Antariksa, sosok yang sejak hari pertama membuat hatinya bergetar, juga bersiap untuk masuk ke ruang seleksi.
"Dia juga mau daftar OSIS?" pikir Aurora sambil melihat Antariksa dengan tatapan penuh tanya.
Tapi hari ini, mood Aurora sedang tidak baik. Kegagalannya di wawancara OSIS membuatnya merasa kurang percaya diri. Meskipun begitu, dia tahu ini baru tahap awal, dan masih banyak peluang lain. Dia menguatkan dirinya. "Masih ada organisasi lain. Aku bisa mencobanya."
Setelah merenung, Aurora memutuskan untuk mencoba organisasi lain. Pilihannya jatuh pada organisasi literasi-tempat di mana ia bisa menyalurkan kecintaannya pada menulis dan membaca. Satu minggu setelah seleksi, Aurora mendapat kabar bahwa ia diterima sebagai anggota organisasi literasi.
Perasaan kecewa karena gagal di OSIS perlahan menghilang, digantikan dengan rasa syukur dan semangat baru. Aurora kini memiliki tempatnya sendiri di dunia organisasi, dan meski bukan di OSIS, ia tahu bahwa di sini, di organisasi literasi, ia bisa mengembangkan potensinya dan menemukan jati dirinya yang sebenarnya.
"Gagal untuk bergabung dari bagian suatu kelompok bukan akhir segalanya, mungkin itu bukan tempatmu. Masih ada jalan lain, jadi jangan menyerah."
"Tidak selalu bersama orang yang kita sukai mungkin adalah alasan tuhan, mungkin Tuhan menyimpan sisi dirinya yang belum saatnya kita kenal."
Makasi udah baca sampai sini! Vote kalian bikin cerita ini jadi lebih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria : Fly to the moon
Teen FictionSelama tiga tahun, Aurora menyimpan rasa untuk Antariksa, teman sekelasnya yang penuh teka-teki. Selama 3 tahun Ia terus mengejar cinta yang tak pasti, bingung dengan perasaan Antariksa yang tak pernah jelas. Mungkin kisah mereka aneh, tapi bukankah...