Chapter 7 - Anagata

184 45 16
                                    

Pagi itu terasa berbeda dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu terasa berbeda dari biasanya. Sebuah cahaya lembut menyelinap melalui tirai, mengusik ketenangan yang menyelubungi ruangan. Seorang gadis perlahan mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang begitu terang, menyentuh bola matanya yang masih berat. Kepalanya terasa sedikit pusing, seolah baru saja bangun dari tidur yang dalam, namun samar-samar ia menyadari sesuatu yang tidak biasa—pagi ini, ada sesuatu yang berbeda.

Matanya berputar perlahan, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan yang asing. Semakin lama, ia semakin menyadari bahwa tempat ini begitu tidak dikenalnya. Setiap sudutnya, setiap benda yang terlihat, semuanya terasa baru dan misterius. Suasana di sekelilingnya seolah mengundang rasa ingin tahu yang mendalam, seperti ada cerita yang tersembunyi di baliknya, menunggu untuk diungkapkan.

Sang gadis memandangi sekelilingnya, dan matanya berhenti pada sosok lain—gadis lain— yang terbaring di dekatnya, tertidur dalam posisi tengkurap. Wajah gadis lain tersebut terlihat damai, tak terbangun sedikit pun meski ada gerakan di sekitar. Dengan ragu, sang gadis mencoba menerawang kejadian kemarin, berusaha mengingat potongan-potongan ingatan yang masih kabur. Namun, ia tidak bisa mengingat bagaimana ia bisa berada di sini, di ruangan ini, bersama gadis lain yang tidur di dekatnya ini.

Tiba-tiba, mata bulat indahnya membelalak lebar. Sesuatu yang mencurigakan mengusik pikiran gadis itu. Tanpa sadar, pandangannya jatuh pada pakaian yang ia kenakan—pakaian yang sama sekali bukan miliknya. Sebuah kegelisahan menyebar di seluruh tubuhnya, dan dengan panik, suara melengking keluar dari tenggorokannya, memecah kesunyian pagi yang mencekam. Padahal ia yakin sekali, bahwa ia tidak mabuk kemarin.

"HAAA?!"

Teriakan itu menggema di ruangan, cukup keras untuk membangunkan gadis lainnya yang tertidur. Ketegangan di udara semakin terasa, dan gadis itu—Love, hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, terperangkap dalam kebingungannya sendiri.

"Kenapa ter-," ucapan gadis yang baru bangun itu terhenti begitu saja, seiring dengan teriakan panik yang keluar dari mulut Love.

"Kenapa aku bisa di sini?!" Suara Love terdengar penuh kebingungan, namun juga dipenuhi dengan ketegangan yang menandakan kegelisahannya.

Milk—gadis yang baru saja tersadar dari tidur, mengusap wajahnya pelan, berusaha mengumpulkan kesadaran yang sempat hilang. Namun, begitu melihat ekspresi panik di wajah Love, ia segera berusaha menenangkan gadis mungil itu.

"Hei, tenang, Love. Tidak terjadi apa-apa di antara kita," Milk berusaha meluruskan segalanya dengan nada yang lembut, tapi penuh keyakinan.

Love menatapnya tajam, masih terkejut, matanya menyelidik, tak yakin apakah ucapan Milk bisa dipercaya. 

"Lalu kenapa aku ada di sini, Milk?" Suaranya sekarang lebih rendah, namun masih menuntut penjelasan.

Tanpa peringatan, Love mengguncang bahu Milk dengan cepat, seolah-olah ingin memastikan bahwa semuanya benar-benar nyata, bahwa semua yang terjadi bukanlah mimpi atau khayalannya belaka. Milk yang terkejut oleh gerakan mendadak itu hanya bisa menatapnya sejenak, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan keadaan yang kacau ini.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang