Keputusan di Tengah Dilema

2 1 0
                                    


Zea berdiri di antara dua orang yang paling memengaruhi hidupnya—Zen, yang telah menjadi pelindung sekaligus orang yang ia percayai, dan Darren, ayah kandungnya, yang kini mengungkap rahasia yang selama ini tersembunyi. Rintik hujan masih terdengar di kejauhan, mengiringi keheningan yang terasa begitu mencekam.

Zen masih menggenggam tangan Zea, tatapannya penuh harap. Namun, di mata Zea, ia melihat kebingungan dan luka.

“Zea…” Zen memanggil lembut, mencoba menjelaskan. “Aku memang pernah bekerja untuk Arkana. Tapi aku keluar karena aku melihat apa yang mereka lakukan. Aku memilihmu, Zea. Aku memilih untuk melindungimu, bukan mereka.”

Darren melangkah maju, suaranya tegas. “Kau tidak bisa mempercayainya, Zea. Zen mungkin mencintaimu, tapi dia tetap bagian dari masa lalu Arkana. Dia tahu terlalu banyak, dan itu membuatnya berbahaya.”

Zea menggelengkan kepala, mencoba mencerna semuanya. “Lalu siapa yang harus aku percaya? Ayah? Kau juga menyembunyikan segalanya dariku selama ini.”

Darren terdiam, tidak bisa membantah.

Akhirnya, Zea menarik napas panjang dan menatap Zen. “Jawab aku dengan jujur, Zen. Apa tujuanmu sebenarnya?”

Zen melepaskan genggamannya perlahan, menatap Zea dengan kesungguhan. “Tujuanku adalah menghentikan Arkana. Aku ingin menebus semua kesalahan yang pernah kulakukan. Dan yang paling penting, aku ingin melindungimu. Itu saja.”

Zea memejamkan mata sejenak, lalu membuka kembali dengan tatapan penuh tekad. “Baik. Aku akan mempercayaimu. Tapi jika kau berbohong lagi… aku tidak akan memaafkanmu.”

Zen mengangguk pelan. “Aku mengerti.”

Darren tampak tidak puas, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Perjalanan Menuju Rumah Lama Eliza

Setelah ketegangan mereda, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah lama Eliza, seperti yang Darren sarankan. Rumah itu terletak di pinggiran kota, tersembunyi di antara pepohonan rindang yang kini tampak suram di bawah cahaya bulan yang redup.

Setibanya di sana, Zea merasakan hawa nostalgia bercampur kesedihan. Rumah itu tampak usang, tetapi masih berdiri kokoh, seolah menyimpan banyak rahasia yang menunggu untuk diungkap.

“Ini tempat di mana ibumu menyimpan sesuatu yang penting,” Darren berkata sambil membuka pintu dengan kunci yang sudah berkarat. “Kau harus menemukannya sendiri, Zea.”

Mereka masuk ke dalam rumah. Lampu-lampu kuno masih tergantung di langit-langit, dan bau kayu tua menyeruak ke udara. Zea melangkah perlahan, matanya menyisir setiap sudut ruangan. Di satu sudut, ia melihat sebuah piano tua yang dulu sering dimainkan ibunya.

Dengan langkah mantap, Zea mendekati piano itu dan duduk di depannya. Tangannya menyentuh tuts-tuts piano dengan lembut, mengingat kembali melodi yang pernah dimainkan Eliza.

“Cobalah mainkan sesuatu,” kata Zen, suaranya lembut di belakangnya.

Zea mengangguk dan mulai memainkan melodi yang samar-samar ia ingat. Nada-nada itu mengalir lembut, hingga akhirnya sebuah suara mekanis terdengar dari balik dinding di sebelah piano.

Darren tersenyum tipis. “Kau menemukannya.”

Rahasia Terbesar Eliza

Dinding di sebelah piano terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan rahasia yang penuh dengan dokumen dan barang-barang pribadi Eliza. Di tengah ruangan, terdapat sebuah kotak kayu yang tampak sangat penting. Zea mendekati kotak itu dengan hati-hati dan membukanya.

Di dalamnya, ia menemukan beberapa surat dan sebuah jurnal milik Eliza. Surat-surat itu ditujukan untuk Zea, berisi pesan-pesan penuh kasih dan peringatan tentang Arkana Estate.

zea milik si berandalan[THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang