titik akhir

2 1 0
                                    


Mina menghidupkan kembali perangkat komunikasi. “Pusat, ini Mina. Kami berhasil menghancurkan data Nexus dan menghancurkan Arkana. Namun, kami tidak bisa memperbaiki semuanya. Arkana sudah runtuh.”

Suasana dalam ruangan briefing menjadi hening. Semua mata tertuju pada layar yang menampilkan dokumen-dokumen yang telah mereka temukan di dalam fasilitas Arkana. Data tersebut mengungkapkan lebih dari sekadar kejahatan mereka—itu adalah inti dari segala kebusukan yang selama ini tersembunyi. Setiap detail tentang organisasi, pengaruhnya yang luas, dan jaringan ilegal yang mereka kendalikan kini terungkap jelas.

“Semua rahasia Arkana ada di sini,” kata Mina sambil menunjuk pada layar. “Mereka tidak hanya terlibat dalam perdagangan senjata dan obat-obatan, tapi juga dalam pengaruh politik global. Mereka benar-benar merusak segala sesuatu yang mereka sentuh.”

Raka mengangguk, matanya penuh kebencian. “Kita sudah menghentikan mereka, tapi ada banyak yang masih harus dibayar untuk semua yang telah mereka lakukan.”

Zea menatap layar dengan tatapan kosong. Meskipun Arkana sudah runtuh, perasaan kosong masih membayangi dirinya. Ia tahu bahwa meskipun mereka berhasil, tidak ada kemenangan sejati dalam kehancuran.

“Tidak ada yang bisa mengembalikan semuanya,” kata Zen, yang duduk di dekat Zea. “Tapi kita telah mencegah lebih banyak orang terluka.”

Namun, di balik semua itu, Zea merasa sesuatu yang lebih dalam. Seiring dengan hancurnya Arkana, hancurlah juga sebuah bagian dari dirinya—bagian yang telah lama terikat dengan keluarga dan ayahnya.

Hari berikutnya, semuanya tampak berjalan seperti biasa, meskipun ada perasaan tidak nyaman yang menggelayuti mereka. Keamanan di sekitar markas sementara telah diperketat, dan mereka tahu bahwa meskipun Arkana sudah runtuh, banyak musuh yang masih mengintai di luar sana. Namun, hal yang tak terduga datang ketika Zen mendekati Zea.

“Zea, ada sesuatu yang aku perlu katakan,” kata Zen dengan suara rendah.

Zea menatapnya dengan cemas. “Ada apa, Zen?”

Zen terdiam sejenak, lalu menatapnya dengan mata yang penuh kesedihan. “Aku tidak yakin aku bisa terus melindungimu. Ada hal yang harus aku hadapi, dan itu mungkin akan mempengaruhi kita semua.”

“Jangan bicara seperti itu, Zen,” jawab Zea, merasa jantungnya mulai berdebar. “Apa yang terjadi?”

Zen tersenyum tipis, meski senyuman itu penuh kepedihan. “Aku tahu kamu sudah kuat, Zea. Kamu bisa melanjutkan tanpa aku. Semua ini... ini sudah cukup.”

Tanpa peringatan, Zen terjatuh ke tanah, tubuhnya terhuyung. Zea berlari ke arahnya, panik. “Zen! Zen!”

Mina berlari ke sana dengan cepat, memeriksa nadi Zen. “Tidak! Ini tidak mungkin!” teriak Mina.

Namun, setelah beberapa saat yang penuh ketegangan, Mina menghela napas panjang, menutup mata Zen dengan tangan gemetar. “Zen sudah pergi,” katanya dengan suara yang berat. “Kehilangan darah terlalu banyak. Tidak ada yang bisa kita lakukan.”

Zea terduduk di samping Zen, tidak percaya. Semua perjuangan mereka, semua pertempuran yang mereka lewati bersama, kini berakhir dengan cara yang tragis. Zen, yang selalu menjadi pilar di tim mereka, kini tidak ada lagi.

Perasaan kehilangan begitu kuat menggerogoti mereka, namun tidak ada waktu untuk meratap. Arkana mungkin sudah runtuh, namun sisa-sisa jaringan mereka masih aktif. Dan sekarang, tanpa Zen, Zea harus mengambil alih tugas yang harusnya mereka lakukan bersama.

Mina mengambil kendali. “Kita harus pastikan tidak ada jejak yang tertinggal. Arkana mungkin telah hancur, tapi pengaruhnya masih ada. Kita harus menghancurkan setiap sisa-sisanya.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

zea milik si berandalan[THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang