Ejaz sudah mulai membaik, ia kembali beraktivitas seperti biasa. Bahkan mungkin hari ini ia lebih sibuk dari biasanya.
"Jenna, nanti malam ikut ya..." ucap Ejaz yang sedari tadi sedang bersiap-siap.
"Kemana?" jawab Jenna dengan suara parau karena baru saja bangun.
"Ke pesantren. Umi pengen ketemu kamu. Sekalian nanti aku kenalkan dengan keluarga besar, mumpung nanti semua kumpul di sana."
"Ck... harus banget?"
Jenna yang awalnya terbangun dengan senyuman di bibirnya, memudar begitu saja ketika mendengar ajakan Ejaz. Terlebih Ejaz mengajaknya untuk bertemu keluarga besarnya.
"Nggak ada keharusan. Tapi aku rasa kamu ngerti, apa yang seharusnya kamu lakukan."
Jenna hanya diam tidak menjawab apapun.
"Ya sudah, aku berangkat ya... hari ini aku nggak buatin kamu sarapan karena ternyata sudah keduluan sama mama. Kamu jangan lupa sarapan." Ejaz mengusap rambut Jenna sembari mengulurkan tangan. Berharap Jenna membalas uluran tangannya.
Karena Jenna tak kunjung menerima uluran tangan Ejaz, Ejaz pun berinisiatif untuk membawa tangan Jenna untuk bersalaman dengannya, lalu Ejaz mengecup kening Jenna. Seperti biasa, Jenna mematung ketika mendapatkan ciuman mendadak dari Ejaz. Namun detik berikutnya Jenna akan mengomelinya.
"Mulai sekarang, biasakan menyalami suami sebelum suami berangkat kerja ya..." bisik Ejaz pada Jenna, ia kembali mengecup kening Jenna.
"EJAZZZZZ..." teriak Jenna sambil melemparkan bantal pada Ejaz.
Bukannya marah terkena lemparan bantal, Ejaz justru menertawakan istrinya, ia pun berlalu meninggalkan Jenna.
"Assalamualaikum istriku..." ucap Ejaz dari ambang pintu, sebelum mendapatkan lemparan bantal kedua kalinya.
"EJAZZZZ JIJIKKKK!!" teriak Jenna sambil melemparkan bantal kembali.
Sedangkan Estha yang mendengar suara pun hanya bisa menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓
Lãng mạn𝑾𝒓𝒊𝒕𝒕𝒆𝒏 𝒃𝒚 𝑭𝒂𝒓𝒂 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒉𝒂𝒏𝒊 𝑫𝒆𝒔𝒊𝒈𝒏 𝒄𝒐𝒗𝒆𝒓 : 𝑹𝒊𝒅𝒂 𝑮𝒓𝒂𝒑𝒉𝒊𝒄 🌞🌞🌞 "𝑀𝑒𝑛𝑖𝑘𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑢𝑒 𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎𝑖, 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑦𝑎...