𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 3 - 𝓣𝓱𝓮 𝓕𝓲𝓻𝓼𝓽 𝓝𝓲𝓰𝓱𝓽

1.2K 77 7
                                    

Selepas Isya, Ejaz sudah rapi mengenakan sarung, atasan koko, dan tidak lupa dengan pecinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas Isya, Ejaz sudah rapi mengenakan sarung, atasan koko, dan tidak lupa dengan pecinya.

"Jenna, kamu serius nggak mau ikut? Kamu berani di rumah sendiri?" tanya Ejaz untuk memastikan.

"Papa dan mama serius ikut?" Jenna balik bertanya karena tidak percaya.

"Iya, serius kok. Semua sudah siap. Kalau kamu mau ikut, aku tunggu."

"Ogah, males gue. Mending tidur. Lagian di rumah ada bibi, ada sopir juga." tolak Jenna.

"Kata mama, sudah lama bibi nggak nginep lagi disini, bibi pulang setelah semua pekerjaannya beres karena suaminya sakit keras. Di rumah hanya ada pak Anwar."

"Ya udah, masih ada orang kan berarti? Udah buruan berangkat, nggak usah ribet deh."

"Ya sudah, kalau gitu aku berangkat ya? Kamu kunci pintunya."

"Hmm..."

Ejaz mengulurkan tangannya pada Jenna. Berharap mendapat balasan, namun Jenna justru heran melihat Ejaz yang mengulurkan tangan padanya.

"Ngapain?"

"Menyalami suami, ketika suami mau pergi, itu pahala buat istri." ucap Ejaz menjelaskan.

"Bodoamat! Gue nggak peduli. Please deh nggak usah ceramahin gue. Kalau mau pergi ya pergi aja!"

Ejaz meraih tangan Jenna yang sedari tadi memegang ponsel. Ia letakkan ponsel tersebut, lalu membawa tangan Jenna untuk bersalaman dengannya. Tidak hanya itu, Ejaz juga berhasil membuat Jenna mencium tangannya meski dengan paksaan.

"Ihhh apaan sih? Gue nggak suka dipaksa ya.." omel Jenna sembari terus mengusap bibirnya.

"Assalamualaikum..." Ejaz hanya meresponnya dengan tersenyum. Lalu memberi salam pada Jenna dan keluar.

Melihat Ejaz keluar dari kamar seorang diri, tanpa ditemani oleh Jenna, membuat Theo dan Estha membuang napasnya kasar.

"Jenna tidak mau ya?" tanya Estha.

Ejaz hanya membalasnya dengan anggukan dan tersenyum.

"Maafkan putri papa ya... Jenna memang keras kepala." ucap Theo merasa bersalah.

"Sudah ma... pa... Ejaz tidak apa-apa, sebagai suami, Ejaz yang harus berusaha lebih keras agar Jenna mau belajar pelan-pelan. Lebih baik kita berangkat sekarang karena sebentar lagi acara dimulai."

Mereka pun berangkat ke pondok pesantren milik Kyai Ahmad yang merupakan kakek Ejaz.

Setiap tahun, pesantren Al-Mukmin selalu menyelenggarakan acara tahunan setiap bulan Maulud untuk menyambut Maulid Nabi. Acara tersebut biasanya di selenggarakan selama 10 hari. Seminggu pertama diadakan sebuah bazar di lingkungan pesantren. Para santri berbondong-bondong untuk memeriahkan acara. Tidak sedikit dari mereka yang turut berjualan pada bazar tersebut.

𝑻𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang