𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 8 - 𝓣𝓪𝓴𝓮 𝓒𝓪𝓻𝓮 𝓸𝓯 𝓨𝓸𝓾

644 74 6
                                    

Hari ini Ejaz tidak berangkat ke kampus karena setelah sholat subuh tadi, ia sempat pingsan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Ejaz tidak berangkat ke kampus karena setelah sholat subuh tadi, ia sempat pingsan. Dan baru saja, Estha memanggil dokter keluarga untuk datang ke rumahnya.

Jenna semakin merasa takut ketika melihat tubuh tinggi itu terkulai di hadapannya. Perasaannya berkecamuk, rasa bersalah dan panik berbaur menciptakan ketakutan yang mendalam. Ingatannya kembali berputar di antara kenangan menyakitkan yang selalu hadir saat ia melihat seseorang yang sakit.

Pria yang baru ia kenal 2 minggu terakhir ini terbaring lemah di atas tempat tidurnya, sedangkan Jenna, duduk termenung memeluk dirinya yang terus merasa bersalah.

"Sayang... sudah ya... jangan takut lagi, suami kamu sudah diperiksa sama dokter, sudah diberi obat juga." ujar Estha coba menenangkan putrinya.

Estha tahu betul, apa yang putrinya alami ini bagian dari rasa trauma. Namun, Jenna berulang kali menolak jika Estha mengajaknya untuk berobat. Terlebih, bertahun-tahun Jenna tinggal di California, hal itu menjadi salah satu faktor yang membuat Jenna terus berada dalam bayang-bayang rasa sakit saudara kembarnya.

Lantas, bagaimana ketika dirinya sendiri sakit? Jenna merasa jauh lebih baik dibanding harus melihat orang lain yang sakit, terlebih orang-orang yang berada di sekitarnya.

"Ma... tapi Jenna takut... Ejaz seperti itu gara-gara Jenna..." ucapnya dengan suara bergetar.

"Jenna..." suara lirih itu berasal dari pria yang berada di atas ranjang.

Estha yang paham segera keluar dari kamar Jenna untuk memberikan ruang pada putri dan menantunya.

"Jenna, aku boleh minta tolong?" panggil Ejaz sekali lagi dengan suara lirih.

Jenna yang semula takut mendekat segera bangkit dari duduknya. Ia berusaha melawan rasa takutnya agar Ejaz tidak mengetahuinya.

"Minta tolong apa?" tanya Jenna datar.

"Aku haus, harusnya aku bisa ambil sendiri, tapi perutku sangat nyeri untuk bergerak." pekik Ejaz.

"Ke rumah sakit aja ya, kalau masih sakit? Pasti obat dokter Anton nggak mempan kan?"

"Jenna... aku mau minum, bukan mau ke rumah sakit. Lagi pula aku belum minum obat dokter Anton sama sekali. Boleh ya, aku minta tolong ambilkan minum dan obatnya." pinta Ejaz.

Jenna mengangguk, lalu menuju dapur untuk mengambilkan minum.

"Ini mama sudah buat bubur, tidak semua obat diminum sebelum makan, beberapa obat lainnya ada juga yang diminum setelah makan, jadi nanti kasih ini ke suami kamu." ucap Estha memberi nampan berisi semangkuk bubur dan telur. Jenna juga membawakan segelas air putih dan secangkir teh hangat.

 Jenna juga membawakan segelas air putih dan secangkir teh hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝑻𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang