𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 2 - 𝓟𝓻𝓪𝔂𝓮𝓻 𝓪𝓷𝓭 𝓐𝓫𝓵𝓾𝓽𝓲𝓸𝓷

958 68 4
                                    

Ejaz kembali ke kamar Jenna membawa satu koper dengan ukuran lumayan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ejaz kembali ke kamar Jenna membawa satu koper dengan ukuran lumayan besar. Dilihatnya wanita yang kini menjadi istrinya itu sudah tertidur, namun isakannya masih belum berhenti sepenuhnya.

Ejaz hanya tersenyum melihatnya, ia sama sekali tidak ingin mengganggu tidurnya. Ejaz memilih untuk mengeluarkan laptop dan duduk di sofa. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Bahkan, seharusnya hari ini, di kampus tempat ia mengajar sedang dilaksanakan ujian akhir. Ia terpaksa izin dan meminta dosen yang lain untuk menggantikannya.

Sejenak Ejaz berpikir jika hidupnya sudah terstruktur. Sedari ia lahir, Ejaz tidak pernah menentukan pilihannya sendiri. Namun, anehnya dia tidak protes. Dia menikmati setiap prosesnya dan dia merasa nyaman. Baginya, apapun yang sudah ditentukan oleh orangtuanyaa, sudah ada ridha di dalamnya. Dan karena ridha itulah, Tuhan melancarkan setiap jalannya. Ia selalu diberikan kelapangan hati dan ikhlas yang begitu luas.

Tidak pernah menentukan pilihan, bukan berarti tidak bisa menentukan pilihan. Dia tetap menjadi pemegang kendali utama atas hidupnya. Seperti keputusan untuk menikahi Jenna. Walaupun pernikahan mereka termasuk sebuah perjodohan, tidak lantas membuat Ejaz berniat untuk mempermainkannya.

Ejaz sudah bersumpah, detik dimana ia mengikrarkan janji suci, detik itu pula Ejaz akan mencintai istrinya. Bagaimana pun caranya. Tugas dia sebagai imam, akan membantu setiap proses istrinya.

Tak terasa, adzan dzuhur berkumandang bersamaan dengan pekerjaan Ejaz yang sudah selesai. Ia beranjak dari duduknya lalu menghampiri istrinya.

"Jenna... bangun yuk. Kita sholat berjamaah." Ejaz menepuk bahu Jenna dengan lembut.

"Ck... BERISIK!! Nggak usah ganggu gue! Gue masih ngantuk! Kalau lo mau sholat, sholat aja! Nggak usah ngajak-ngajak!"

Ejaz tidak ingin banyak bicara, ia menggendong Jenna ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Ejaz tidak ingin banyak bicara, ia menggendong Jenna ke kamar mandi untuk mengambil wudhu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ihhhh turuninnnn... kurang ajar banget sih lo?" teriak Jenna sembari terus memukuli punggung Ejaz.

Sesampainya di kamar mandi, Ejaz menurunkannya.

𝑻𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang