𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 4 - 𝓑𝓻𝓮𝓪𝓽𝓱𝓵𝓮𝓼𝓼

973 77 12
                                    

Ejaz mulai beraktivitas seperti sebelum ia menikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ejaz mulai beraktivitas seperti sebelum ia menikah. Ia mulai kembali mengajar di kampus dan juga di pesantren. Sedangkan Jenna, tentu saja dia belum memiliki pekerjaan karena baru beberapa hari kembali ke Indonesia.

Pukul 08.00 Ejaz sudah rapi dan hendak berangkat kerja. Namun, istrinya masih terlelap setelah subuh tadi ia paksa untuk sholat.

"Jenna, bangun..." Ejaz berusaha membangunkan.

Walaupun Jenna tidak pernah memperlakukan Ejaz layaknya suami, namun Ejaz selalu berusaha memperlakukan istrinya itu layaknya seorang istri pada umumnya.

Karena cara Ejaz membangunkan istrinya itu tidak mempan, akhirnya Ejaz memilih menggunakan cara lain. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jenna, kemudian...

Cup...

Dengan cepat ia mengecup pipi Jenna dan menahan bibirnya agar tetap menempel pada pipi Jenna.

Menyadari sesuatu yang terasa kenyal menempel di pipinya, membuat Jenna terbangun. Ia terlonjak kaget melihat Ejaz sangat dekat dengannya, bahkan bibirnya menempel sempurna di pipinya.

"EJAZZZZ... LO NGAPAIN CIUM GUE?" teriak Jenna kesal.

"Salah siapa dibangunin susah? Ini sudah jam 08.00, aku mau berangkat kerja." pamit Ejaz.

"Bukan urusan gue! Mau lo kerja kek atau dugem sekalipun gue nggak peduli! Ganggu orang tidur aja sih lo!" racau Jenna.

"Jenna, walaupun kamu masih belum terima dengan pernikahan ini, aku sangat paham. Tapi walau bagaimanapun kita tetap suami istri. Sebagai suami, aku punya kewajiban untuk terus mengingatkan kamu. Ada baiknya, sebelum aku kerja kamu tahu supaya tidak ada salah paham. Bersalaman dan mencium tangan suami sebelum berangkat kerja juga pahala." jelas Ejaz.

"Udah ceramahnya? Kalau udah, buruan pergi. Gue mau tidur lagi."

Ejaz masih tidak bergeming, ia masih berdiri sembari memandangi istrinya yang duduk di atas ranjang.

"Mau apa lagi? Kata lo, yang penting gue tahu kalau lo berangkat kerja kan? Ini kan gue udah tahu, jadi buruan lo pergi..." perintah Jenna dengan kesal.

"Ya udah, aku berangkat ya... kalau ada apa-apa kabarin aku, soalnya papa dan mama juga nggak ada di rumah."

"Kemana mereka?"

"Ada keperluan di Singapore katanya, dan sangat mendadak. Jadi, setelah subuh tadi mereka buru buru pergi diantar pak Anwar."

"Ck... kebiasaan, kalau pergi main pergi gitu aja, nggak pernah bilang, apa lagi ngajak." Jenna memang sudah terbiasa ditinggal sejak ia kecil. Jadi bukan hal aneh ketika orangtua Jenna tiba-tiba pergi secara mendadak.

Ejaz menatap Jenna iba, ia lalu mengulurkan tangannya pada Jenna. Berharap Jenna menerima uluran tangannya. Sayangnya itu tidak akan terjadi jika tidak dipaksa. Akhirnya, tanpa menunggu lama Ejaz meraih tangan Jenna kemudian Ejaz arahkan pada bibir Jenna.

𝑻𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒎𝒂𝒓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang