Dayra tak punya pilihan selain kembali duduk di kursinya, satu-persatu teman-teman kelasnya masuk kedalam kelas dan duduk di kursinya masing-masing.
2 menit berlalu, Erick wiraja. Selaku kepala sekolah mereka datang bersama seorang pria muda beberapa cm dibelakang beliau.
"Selamat pagi anak-anak XI IPS 2A, Kalian hari ini akan diajar oleh guru baru, karena guru yang lama telah mengundurkan diri sebab sakit keras, jadi beliau ingin fokus berobat. Kita doakan saja semoga beliau segera sembuh."
"Silahkan perkenalkan diri, pak!" Titahan Pak Erick dibalas anggukan oleh pria itu.
"Halo, semuanya. Saya Donovan Zanesher Maxwell, saya mengajar mata pelajaran sosiologi,"
Mendengar nama pria itu sontak membuat Dayra menoleh ke depan,
"Duh, mampus gue, itukan Donovan yang nolong gue sama Rere, ternyata dia guru? Astaga kalo dia tau gue disini gimana? Semoga dia lupa deh sama kejadian itu, " gumam Dayra khawatir sambil menutupi wajahnya dengan buku.Salah seorang siswa mengangkat tangannya seperti nya ingin bertanya. "Pak, boleh tanya?"
"Silahkan mau tanya apa?"
"Bapak saudara nya Maxwell Clash of Champions ruang Guru?"
Seisi kelas langsung tergelak mendengar pertanyaan dari salah seorang dari mereka.
"Heh, Vito. Nama sama bukan berarti saudaraan kali!" Celetuk lelaki dipaling pojok kanan meledek siswa yang bertanya tadi.
"Tau nih, Vito. Sama nama doang juga,"
Seisi kelas mulai menyoraki Vito,"Tapi kan bisa aja mereka saudaraan, kita kan gak tau. Makanya gue nanya," balas Vito membela diri.
"Oke-oke sudah. Saya akan jawab mohon diam sebentar. Saya bukan saudara dari Maxwell Clash of Champions, dan saya tidak memiliki hubungan apapun dengan nya, dia mahasiswa dari universitas Airlangga, Dengan jurusan kedokteran. Sementara saya bukan lulusan dari Unair dengan jurusan kedokteran, tetapi saya jurusan sosiologi. Maxwell adalah sebuah marga turun temurun dari generasi ke generasi saya, maka dari itu Nama Maxwell berada di paling belakang nama saya, sudah jelas? Kalo belum jelas bisa, saya jelaskan ulang."
Seseorang menaikan tangannya ingin mengajukan pertanyaan. "Pak, Marga itu kan biasanya di akhir nama tapi bisa gak di tengah-tengah nama? Kaya Dayra, marganya ditengah." Ditunjuknya cewek yang sedang sibuk dengan buku-bukunya itu. Pas sekali duduk di belakangnya.
Dayra mengutuk keras kepada cowok penyebut namanya tadi. "Mampus nama gue ketauan! Duh pasrah aja dah gue,"
Perlahan kepala Dayra menoleh melihat sekitar kelasnya. "Kenapa?" Tanya Dayra polos seolah tak tau topik apa yang sedang dibicarakan.
"Itu Federico nanya sama pak Novan, kalo marga di tengah-tengah nama, kaya Lo misalnya, bisa gak?" Shinta menoleh kebelakang demi menjelaskan Kepada Dayra apa yang terjadi sehingga namanya terbawa-bawa. Padahal cewek itu sudah tau cuma pura-pura tidak tahu.
Cewek itu menganggukkan kepalanya pelan, pertanda ia memahami penjelasan dari Shinta.
"Sebenarnya untuk marga ditengah-tengah tergantung dari tradisi,referensi,kreativitas pemberi nama. Atau bisa juga tidak ada aturan bakunya,"
"Pak Novan, marga itu tujuannya buat apa sih?"
"Awalnya marga dibuat untuk melacak garis keturunan dan melestarikan identitas budaya. Tetapi saat ini, penggunaannya memang menurun di beberapa tempat, tetapi masih sangat penting di komunitas atau suku yang memegang tradisi turun temurun."
"Daerah atau suku apa aja nih pak, yang masih memegang teguh marga mereka?"
"Suku Batak, Minangkabau,Dayak dan beberapa daerah lainnya di Indonesia," Bukan Donovan yang menjawab tetapi Dayra, "bener gak, pak Novan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear best friend {REVISI}
Teen FictionHALO PEMBACA BARU👋 WELCOME. AKU SEKALU PENULIS CUMA MAU BILANG, KALAU CERITA INI SEDANG MEMASUKI TAHAP REVISI, JADI MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN PENULISAN ATAU ADA PENULISAN YANG BERBEDA DARI SEBELUMNYA.🙏 TERIMAKASIH, "Kita harus jadi besti sel...