"Long text kek, jangan dry text gitu. Pantesan Abang diputusin cewek mulu!"

16 2 2
                                    


kamar yang luas lengkap dengan kamar mandi dan toilet didalamnya. Tak lupa ada balkon untuk bersantai memandang tanah dari ketinggian ataupun langit pagi-sore.

Setelah mandi Dayra merebahkan dirinya ke kasur king size. Melepaskan lelahnya sesudah berinteraksi dengan orang ramai dan tugas-tugas yang ingin membuat kepalanya pecah berkeping-keping.

"Duh, cape banget!"

"Eh bentar, kok perasaan gue jadi gak enak ya?" Monolognya memegangi dada yang mulai terasa sakit

"Ini pasti ada apa-apa sama Rere, gue harus pastiin!" Dayra beranjak dari kasur. Menuju meja kecil di depan tv, tangan kanannya dengan sigap meraih sebuah benda pipih terlantar disana.

Menelpon nomor sahabatnya. "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."
Berulang-ulang dayra menghubungi Rhea namun hanya suara operator yang menyahut telponnya.

"Duh, angkat dong Re, jangan bikin gue khawatir gini!!!"

Dayra membuang Handphone nya kesembarang arah. "Jadi gak tenang kan, hati gue!" Monolognya menggigit pelan jemari.

Disisi lain ponsel ber-casing biru muda sedari tadi bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Tetapi benda pipih canggih tersebut berada dalam tas ransel sehingga tidak ada yang tau ada panggilan masuk.

Penggunaan ponsel tersebut sedang berada digudang. Dipukul, ditendang dan diperlakukan sangat buruk oleh kedua orang paruh baya yang berstatus sebagai orang tua kandung.

"Astaga."frustasi Dayra mengakhiri telpon yang tidak tersambung sedari tadi.

Dengan langkah lunglai, gadis itu bangkit menuju sebuah meja kecil tempatnya melaksanakan ibadah dan berdoa. Ia duduk bersimpuh, kedua jari-jari lentik itu ia satukan di didepan dada.

"Oh my Lord, please help my best friend, i don't want she sick and i lost her. Amin!" Dayra mencium lama kedua genggaman tangannya.

Telinga gadis itu mendengar ada bunyi benda jatuh, penasaran. Ia pun beranjak dari sana menghampiri benda itu.

"Astaga, foto gue dan Rere!"

Foto dirinya saat ulang tahun yang ke 16 bersama Rhea. Retakan kaca figuran bertaburah menghiasi foto berukuran 10x5 cm itu. Perlahan-lahan Dayra memegang kaca-kaca retak itu agar jemarinya tidak terluka karena tergores.

Tepat ingin memindahkan kaca ketempat lain. Suara guntur sangat keras dan nyaring menyapa telinga Dayra. Tanpa sengaja menggores salah satu jari kanannya. Ringisan kecil terdengar dari bibir gadis itu ia segera keluar mencari Acil Amah.

"Cil!"

"Acil amah!"

"Acil dimana?"

"Acil, tolong obatin jari Lyo,"

Sedari tadi gadis itu berkeliling dirumah besar milik keluarga nya , dan tidak menemukan sosok wanita paruh baya itu.

Pantulan kilat-kilat cahaya dari langit berselimut kan awan hitam di kaca jendela serta angin yang bertiup membuat suasana semakin tak karuan, bercampur aduk.

Dayra memilih duduk dimeja makan menunggu Acil amah datang demi menghindari cahaya kilat.

"Napa Luh? Acil mamutiki tapasan tadi dibelakang, handak ujan arinya."

"Cil, tangan Lyo luka kena kaca, tolong obatin."

"Ya Allah, hadangi setumat Acil meambil kutak ubatnya dulu!"

Dear best friend {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang