404! : Permainan Nyawa

276 43 4
                                    

————

12.

“Bertahan atau Mati”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bertahan atau Mati”

————


Ceysha menangis.

Setelah usai bercerita panjang mengenai mimpi yang ia alami, Ceysha menangis tersedu-sedu. Ia sangat takut ketika ingatan mimpi buruk itu kembali melintas di benaknya, Aisha yang berada disampingnya memeluk tubuh kecil itu.

Tiga orang yang menjadi korban dimimpi nya—Rayha, Ayana, Haura dan Rafa— tak memberikan reaksi apapun. Mereka sama-sama tenggelam dengan alur cerita yang Ceysha sampaikan.

Seperti Ayana yang kini melamun, tak tau bagaimana dirinya juga dapat merasakan sesak yang sama, seperti benar-benar berada di kejadian itu. Riri yang berada disamping Ayana melihat gadis itu dengan perasaan khawatir, ia kemudian menyadarkan Ayana yang masih melamun.

"Ay, jangan dipikirin. Itu cuma mimpi, oke?" Dengan lembut Riri mengelus pundak Ayana.

Riri tentu tau rasanya ketika diri sendiri di ceritakan meninggal dengan tragis oleh orang lain, dan waktu mimpi itu terjadi keadaan mereka tidak bisa dikatakan baik, dengan berbagai teror yang menghampiri.
Hal itu menambah rasa parno di tiap diri mereka tentunya.

"Cey, terimkasih sudah mau cerita. Baiknya sekarang kita semua fokus untuk keluar dari sini, anggap saja mimpi itu salah satu teror yang tujuannya menginginkan kita untuk tetap disini,"

"Kita semua pasti baik-baik saja." Rayha mencoba meyakinkan teman-temannya, walaupun tidak bisa dipungkiri Rayha juga sangat khawatir dengan dirinya sekarang.

Dan saat ini, mereka bertujuh kompak ingin benar-benar keluar dari penginapan ini, dengan bantuan buku keramat tadi. Karena menurut mereka, mungkin saja buku itu adalah sebuah petunjuk? Entahlah.

Saat ini mereka berkumpul di kamar satu, kamar Aisha dan Ayana, dengan buku keramatnya. Niatnya tadi, setelah Ceysha menceritakan semuanya, mereka akan mulai mengobservasi buku keramat yang diperkirakan adalah sebuah petunjuk oleh mereka.

Kini, buku itu berada di tangan Aisha, satu-satunya orang yang sudah membaca halaman 15 di buku ini.

Awalnya Aisha ingin memberitahu yang lain mengenai buku yang ia baca malam itu, tetapi beberapa tragedi yang terjadi menghambat. Jadilah sekarang rasanya waktu yang tepat untuk bercerita.

Mengungkap semuanya.

Aisha membuka buku, dan seperti yang ia lihat malam itu, tak ada tulisan di halaman-halaman berikutnya (halaman 15). Kemudian ia tunjukkan halaman kosong itu kepada enam orang yang mengelilingi Aisha.

Haura si paling anti dengan buku itu mengernyit, ia membaca halaman kosong yang tak ada apa-apa, kemudian menatap Aisha bolak balik. Seperti bertanya, 'apa-ini?'. Aisha paham, ia kemudian menjelaskan dan menceritakan hari dimana ia membaca buku itu sendirian di kamar.

Penginapan 404! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang