404! : Misi Pertama

193 43 4
                                    

————

9.

“Keluar dari sini, sekarang!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Keluar dari sini, sekarang!”

————


Makan malam sudah selesai.

Tujuh gadis yang melingkari meja makan sudah bersiap-siap untuk tidur, Rayha dan teman-temannya baru saja menyelesaikan makan malam mereka, dengan bahan seadanya.

Terjebak di rumah besar yang tak mereka tau dimana tepatnya lokasi mereka saat ini. Mungkin tidak pernah terbayangkan akan terjebak di dalam lubang aneh yang dapat menenggelamkan mereka kapan saja, dan tanpa persiapan maupun bantuan dari luar.

Hal itu lah yang kini mengganggu ketenangan Rayha, dirinya yang sangat jarang mengalami Overthinking malah merasakan hal itu terus-menerus semenjak dirinya menginjakkan kaki di rumah ini. Rumah sialan yang selalu memberikan teror aneh kepada mereka.

Puncaknya saat buku sakral milik (ditemui) Ayana yang memutarkan otak.

Buku sialan itu seakan mengajak pembacanya untuk mengikuti alur permainan yang ia ciptakan, seperti sebuah jebakan yang disengaja. Bahkan buku itu ditemukan sebelum mereka berada dirumah ini, seperti debuah rencana yang sudah terangkai.

Namun, rencana apa itu?

Rayha menggaruk kepalanya yang tak gatal, piring miliknya masih penuh oleh makanan yang bahkan tak ia sentuh sedikitpun. Rayha merasa semua beban itu kini berada dipundaknya, mungkin memang teror aneh belum terjadi pada dirinya, tetapi dari seluruh penghuni rumah ini, Rayha lah yang paling pusing dibuatnya.

"Kak, nggak makan?" Rayha tersentak ketika bahunya di tepuk oleh Rafa yang berada di sisi kirinya. Ia menoleh menatap piring yang tak teraduk sedikitpun, kondisi makanan masih sama seperti semula.

"Kalau nggak makan, nanti makanannya diambil Ceysha, dia kan Omnivora," ucap Rafa yang diakhiri kekehan, ia semakin tertawa ketika wajah masam Ceysha menatapnya tajam. "Bercanda atuh neng." Tambahnya.

Baiklah, interaksi dua orang itu cukup meredakan gejolak panas di kepala Rayha yang sedari tadi bergelut, lumayan reda ketika mendengar lelucon yang tidak lucu milik Rafa.

Seiring berjalannya waktu, Rayha menyadari kalau rasa kepedulian nya mulai tumbuh kembali setelah hidup bersama beberapa hari dengan ke enam teman barunya. Rayha yang tidak terlalu peduli terhadap sekitar--kecuali dirinya dan Riri-- mulai menunjukkan rasa simpatinya.

Mungkin ini adalah sisi positifnya?

"Kak! Malah ngelamun. Ayamnya nanti hidup lagi kalau nggak dimakan," ucap Rafa lagi. Rafa tentu sadar dengan kondisi keadaan mereka sekarang. Terjebak dalam lingkaran yang menghantui mereka dengan teror-terornya. Jadi, ia mencoba mencairkan suasana.

Penginapan 404! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang