Hanya satu pilihan ; "Bertahan hidup"
Ketika kamu harus memilih ego atau rasa perduli yang menguasai diri.
Bertahan atau pertahankan.
------
a story by @chokizei
Horor, Thriller, Psychology, Slice Comedy.
a story, Babymonster.
Please dont copy, and...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Lukai kami, tapi jangan ambil nyawa kami.”
————
Rafa baru saja lolos dari maut.
Rafa baru saja sadar, di atas bangkar kamar Aisha ia terduduk lemas, matanya sayu menatap kedepan, bibirnya pucat dan kering, ditemani Aisha di sampingnya ia berucap lesu.
"Kak, tolong air, haus." Aisha mengangguk dan memberikan segelas air mineral kearah Rafa. "Maaf ya kak, ngerepotin."
Rafa menatap satu persatu kakak kelasnya yang tengah berdiri mengelilinginya. Hanya Aisha yang terduduk disampingnya. Tangannya meremas kuat gelas kaca ditangannya, ia gugup.
"Aku nggak tau kalau bakalan kambuh."
"Nggak apa-apa," jawab Rayha.
Rafa tersenyum, ia kemudian tampak mencari-cari seseorang diantara 5 orang yang tengah mengelilingi nya. Kening Rafa tampak mengkerut. "Ceysha mana?" Tanyanya.
Melihat dari lima kakak kelasnya tak nampak keberadaan Ceysha—teman dekatnya —Rafa merasa bingung, tak biasanya anak itu akan mengabaikan dirinya apalagi saat ini dirinya sedang terkulai lemah.
Biasanya setiap Rafa kambuh, Ceysha akan selalu menjadi yang paling khawatir nomor satu, ia bahkan pernah rela membolos demi menemani temannya ini di Rumah sakit saat Rafa kambuh di sekolah. Namun kini, Ceysha tak nampak disekitar nya.
Rayha hendak menjawab, tetapi dirinya terlambat ketika ucapan Riri mendahuluinya.
"Ceysha lagi tidur, katanya kecapean," ucap Riri cepat, ia tampak ragu dengan alasan yang ia buat.
Rayha menatap Riri seakan bertanya, untuk apa Riri berbohong kepada Rafa mengenai Ceysha. Tetapi merasa sepertinya bukan waktunya untuk bertanya, Rayha menelan kembali suaranya yang hampir keluar.
"Dia nggak tau, asam lambung aku kambuh? Nggak biasanya dia diem aja,"
"Biasanya heboh." Tambah Rafa.
Tak ada jawaban setelah itu, semuanya sama-sama diam seperti tak ada lagi topik pembicaraan antar mereka. Mungkin karena memang belum begitu dekat satu sama lain, hanya beberapa dari mereka.
Rafa bergerak menepikan selimut yang menutupi tubuhnya, ia berniat menemui Ceysha yang sepertinya sedang tidak sehat juga, menurut ucapan Riri yang ia dengar. Namun sebelum dirinya benar-benar berdiri tangannya sudah ditahan oleh Aisha di sampingnya.
"Duduk. Jangan ngeyel." Rafa tak dapat melawan, seperti ucapan Aisha adalah perintah yang tak dapat ia bantah. Ia kembali duduk diatas kasur putih itu.
"Istirahat dulu, Ra. Nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana?" Haura kini berucap.