🍁10 : 𝕊𝕒𝕦𝕕𝕒𝕕𝕖 🍁

30 5 0
                                    

Rasanya gendang telinga Ness seperti sedang berdisko mendengar gerutuan dari mulut mamanya terhadap perlakuan Kaiser sangat tidak sopan ketika dia memanggil mantan idol BlueVen itu. Sambil membuka bungkus makanan, Annie menggigitnya dengan kesal.

“Dia pikir, siapa dia? Berani-beraninya main nyelonong begitu saja pada orang tua. Inilah alasanku melarangmu terlalu dekat dengannya, dia sudah kehilangan sopan santun.”

Menjawabnya akan percuma, Ness hanya membalas dengan anggukan kecil kemudian memalingkan muka untuk menelan rotinya dengan susah payah. Dia juga penasaran, apa yang membuat Kaiser pulang terburu-buru tanpa pamitan dan hanya menyuruh perawat menyampaikan pesan padanya?

“Mungkin, ada urusan pekerjaan yang mendadak. Iya, kan?”

Annie melirik sekilas ke Ness dibarengi desahan napas berat. “Mungkin, ya. Tetap saja tidak sopan saat aku memanggilnya dia tidak menghiraukanku.”

“Sudahlah, Mama terlalu berlebihan.”

Putranya benar. Terkadang wanita awal paruh baya ini terbawa perasaan jika sudah menyangkut harga diri. Helaan napas berat dia keluarkan untuk melonggarkan beban di dalam dadanya. Suapan besar terakhir dia kunyah sekaligus sampai dinding pipinya menggelembung besar. Suatu keunikan yang dimiliki warga Korea ketika makan dengan melahap makanan dalam sekali suap.

Meskipun Annie tidak memiliki darah Korea, tetapi dia sudah cukup lama tinggal di sana setelah keluar dari dunia peridolan.

Sedikit menerawang jauh ke masa lalu, dia bernostalgia pada saat pertama kali berkunjung ke panti asuhan. Di usianya yang genap 28 tahun setelah menjalani hari-hari kelam, dia sudah bertekad untuk memiliki anak angkat ketimbang memilih menikah yang diputuskan oleh kedua orang tuanya setelah dia mendapat masalah rumor kencan.

Saat di tengah gemilang karirnya, dia berusia 25 tahun waktu itu. Dispatch membuat kekacauan untuk menghancurkan mimpinya dengan memotret dia dan seorang aktor tampan saat mereka hanya kebetulan berdiri di tempat yang sama sebelum menyeberang jalan.

Akibatnya, Annie menjadi sasaran empuk hujatan para Fangirl aktor tersebut, membawa-bawa asal negaranya yang tak pantas untuk debut di Korea, dan aktor yang terlibat itu tidak memberikan pembelaan apa pun untuknya.

Agensi yang menaunginya pun malah berpihak kepada aktor tersebut dan justru menyalahkan dirinya yang tidak bisa peka. “Jelas dia berdiri di sampingmu, kenapa kau tidak mengambil jarak?” Begitulah kata Direktur.

Tanpa dia mau, agensi mengeluarkannya secara sepihak. Setelah 3 tahun keluar dari dunia peridolan, Annie menutupi diri di apartemennya. Merenungi dan meratapi nasibnya sendirian tanpa dukungan siapa pun. Botol-botol soju, cola, rokok, dan ramyeon adalah temannya. Annie hidup sehancur-hancurnya.

Dan, seolah mendapat sebuah cahaya ilahi, tangan Tuhan mempertemukannya dengan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, saat dia memutuskan untuk bunuh diri setelah menyerah dengan kehidupannya. Sebuah panti asuhan anak-anak adalah tempat dia menemukan secercah harapan baru untuk memperbaiki kehidupannya.

Dari luar pagar, dia selalu memperhatikan Ness sedang bernyanyi untuk adik-adiknya. Suara merdu anak itu menusuk kalbu Annie dalam buliran air mata yang mengalir di pipinya. Dia merindukan kejayaan karirnya.

Di saat yang sama, seseorang dari agensi juga mengincarnya untuk dijadikan idol. Namun, kenyataan bahwa anak itu dari panti asuhan membuat dia kesulitan untuk membawanya. Sejak saat itulah, Annie membulatkan tekadnya untuk mengadopsi Ness. Dengan harapan, anak itu dapat bersinar layaknya dia, tetapi tentu saja dia tidak akan membuat kesalahannya terjadi pada anak itu.

“Hajin. Namaku Hajin,” kata Ness kala itu dengan wajah polos nan lugu. Binar manik magentanya menyimpan secercah harapan besar  yang sangat dalam.

Annie tak peduli apa kata orang tuanya yang menentang keras keputusannya untuk mengadopsi Ness daripada dia harus menerima perjodohan bodoh itu untuk menutupi rasa malu mereka.

𝑼𝑵𝑫𝑬𝑹 𝑻𝑯𝑬 𝑴𝑨𝑷𝑳𝑬 𝑭𝑨𝑳𝑳 [KAINESS-HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang