Part 10

547 60 5
                                    

Pagi ini Elio tersenyum sangat cerah dikarenakan lauk sarapan yang dimasak ibunya adalah tahu goreng dan tumis kangkung. Meski terkesan sederhana, hanya dengan dua lauk itu mampu membuat mood di pagi harinya meningkat drastis. Memang, tidak perlu barang mewah untuk mencapai kebahagiaan.

"Kau makan banyak sekali, tumben", ejek Syarel pada kakaknya. Elio memang biasanya makan hanya dengan porsi sedikit, bahkan biasanya itu saja tidak habis, tapi lihat. Dia bahkan sampai nambah 1 centong nasi lagi.

"Husst!! bukan urusan lu", balas Elio tak ingin diusik acara makannya.

"Jangan ribut di meja makan", ujar Rulian menghentikan perdebatan.

"Rul, nanti tolong anterin dua adikmu ke sekolah ya? mama maupun bapa mau pergi, kalau mama ada acara sama temen arisan mama dan kalau bapa ada tugas di dinas", ucap sang ibu pada putra sulungnya.

"Iya ma. Ruli akan mengantarkan mereka, jangan hawatir", balas Rulian.

..................


Elio melangkah menuju kantin bersama dengan Zakia. Ia dan Zakia pergi melewati lapangan bola untuk menuju kantin dan membeli makanan yang mereka inginkan. Sepanjang perjalanan pun, dilengkapi dengan pembicaraan yang tentu saja dimulai oleh Elio sendiri.

"Awas!".

Sebuah bola mengarah dari atas menuju ke tempat Elio berada. Elio yang tidak sempat menghindar, sontak saja membuat bola itu mengenai wajahnya dengan tepat tanpa terpeleset sedikitpun. Dari dulu dia memang sangat membenci bola.

Pandangan matanya berkunang-kunang dan akhirnya dia jatuh pingsan. Hal itu tentu saja membuat Zakia panik, bahkan beberapa orang yang awalnya sedang berolahraga ataupun lewat, kini mendekat ke arahnya.


...............


"Umhh..".

Matanya terbuka setelah beberapa saat yang lalu tertutup. Ia mengedarkan pandangannya pada sekitar. Sepertinya dia mengenali ruangan tersebut, ya tidak salah lagi, dia ada di UKS.

"Kau akhirnya bangun", sebuah suara menyambutnya yang baru saja bangun dari pingsan. Dia melirik dengan penasaran asal suara tersebut.

Entah ini perasaannya doang atau apa, tapi sepertinya suara dari orang itu sungguh familiar. Seperti dia pernah mendengarnya sebelumnya.

"Ini, minumlah", ujar seorang siswa yang duduk di samping ranjangnya.

"Thanks", Elio mengambil gelas berisikan air dan meneguknya segera karena dia sudah sangat kehausan.

"Aku minta maaf atas kejadian yang baru saja terjadi padamu, ini semua salahku yang terlalu kuat saat menendang bolanya", ujar siswa tersebut akhirnya menyatakan niat aslinya.

"Oh, tidak masalah. Kau tidak perlu khawatir sebegitu nya. Omong-omong di mana Zakia?", tanya Elio saat sadar jika Zakia tidak ada di sana.

"Dia sudah kembali ke kelasnya karena jam istirahat sudah usai", jelas si siswa.

"Lalu kenapa kau tidak kembali ke dalam kelas?".

"Aku hanya ingin bertanggung jawab, lagipula kelasku sedang dalam jam kosong", ujar si siswa.

"Oh begitu. Um, siapa namamu?".

"Randy Martinus", jawab siswa tadi, mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan wajahnya yang memanas.

Entah kenapa, ingatannya kembali lagi pada kejadian saat dia datang ke UKS dan mencium seseorang yang sedang tidak sadarkan diri itu. Meski yang dia cium adalah seseorang yang dia cintai.

"Elio. Namaku Elio Gibrealtan", ucap Elio.

"Sudah tau", balas Randy singkat.

"Perasaan banyak yang kenal aku aja, padahal aku ga ngerasa ngenal mereka dah. Tapi kenapa, suara orang ini sangat mirip dengan seseorang yang mencium ku saat di UKS dulu? entahlah", batin Elio curiga.

"Oh ya, sekarang aku sudah bangun. Kau bebas untuk kembali ke kelas mu sekarang, soalnya aku juga mau kembali ke kelas", ujar Elio mulai beranjak dari ranjang UKS.

"Apa perlu ku antar kau ke kelasmu?", tawar Randy yang sebenarnya ingin berlama-lama lagi dengan Elio.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri", jawab Elio sebelum dirinya melangkah tuk pergi ke luar UKS.

"Tunggu!", Randy bergegas menghampiri Elio, meski Elio menolak, setidaknya ia bisa mengantarkan Elio ke kelasnya dengan alasan tanggung jawabnya.

Di pertengahan jalan, mereka tak sengaja berpapasan dengan Alex. Wajah pemuda itu nampak dingin, apalagi saat melihat Randy yang memegang lengan Elio seenaknya.

"Sedang apa kau ada di luar saat ini? bukankah jam istirahat sudah berakhir sedari tadi?", tanya Alex penuh tekanan.

"Oh ayolah ketua OSIS yang terhormat. Aku baru saja dari UKS karena kepalaku ini terkena bola dengan cukup keras, apa kau tidak melihat perban di kepalaku ini?", ujar Elio muak dengan sifat Alex padanya.

"Bukan kau, tapi dia", tunjuk Alex pada Randy. Tidak tau saja Elio saat ini sedang menahan malunya. Untung ganteng, kalau nggak, mungkin sudah Elio hajar Alex habis-habisan.

"Oh, aku? aku akan mengantarkannya ke kelas sebagai tanggung jawab ku yang secara tak sengaja menendang bola ke arahnya", jawab Randy tak ingin ambil pusing.

"Tidak perlu, aku saja yang akan mengantarkan nya ke kelasnya. Kau kembali ke kelasmu, atau poin mu akan aku kurangi karena membolos saat jam pelajaran", ancam Alex pada akhirnya.

Kini, Randy hanya dapat memandang keduanya yang berjalan pergi dengan perasaan cemburu. Seandainya Alex bukan ketua OSIS, mana mau dia menyerahkan tugas itu pada Alex. Lihat saja nanti, dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Ketua OSIS bajingan!", umpatnya sebelum berbalik untuk pergi ke kelasnya. Ia sungguh kesal pada si Alex itu yang mengganggu waktunya dengan Elio berduaan.






...............



To be continued

The Quiet One's Sudden ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang