Dark Organization Part 13 Syarat Angel

172 15 0
                                    

Dark Organization

Part 13

Syarat Angel

Angin membuat rambut panjangku berkibar seperti bendera. Aku mendongak menatap langit luas yang pada saat itu sedang berawan. Aku harap hari ini semua akan berjalan dengan lancar.

"Pagi, Vell!" sapa Zelda ramah.

"Pagi! Aku harap hari ini semuanya berjalan dengan lancar," harapku.

"Minggu ini, hutangmu lunas. Sementara minggu berikutnya bagaimana?" tanya Zelda.

Pertanyaan itu yang membuatku cemas. "Bagaimana, ya? Aku belum mikirin tuh."

"Hah, oke. Sekarang, siapa yang kamu benci? Sebutkan dua orang!" perintah zelda layaknya seorang pimpinan.

"Nggak akan kukasih tahu. Kamu mau ngubah aku jadi pembunuh lagi?" tolakku.

"Kamu lebih pilih mana, jadi pembunuh atau kehilangan matamu itu? Lagi pula, kamu kan, mau balas dendam."

Aku menarik nafas panjang. Dua orang, kan? Sally dan Kak Erick."

"Sally? Hm .. dia itu gadis yang menyebalkan. Sementara Kak Erick, lebih baik kamu mencari target lainnya aja, deh. Aku yakin, kita bakal kalah."

"Siapa, dong?" tanyaku bingung.

"Guru yang kamu benci?" tanya Zelda.

"Eh, nanti kita lanjutkan. Udah mulai ramai nih," kataku sambil menatap murid-murid yang mulai berdatangan. Membuat suasana lapangan yang tadinya sepi menjadi ramai.

"Kapan, deh?"

"Pulang sekolah aja. Di rumahku, mau nggak?" tawarku.

"Ide bagus."

Aku meninggalkan lapangan dan berjalan menuju kelasku. Sedangkan Zelda pergi ke kelas sebelah.

"Eh-eh, kamu udah denger belum, Nadine menghilang secara misterius?" tanya Sally pada gengnya.

"Hah? Kemana si Nadine?" tanya Zazki, salah satu anggota gengnya Nadine.

"Katanya Marina, dia ngelihat Nadine ke toilet. Habis itu, dia nggak ngeliat Nadine lagi," jawab Sally.

"Sama siapa Nadine ke toilet?" tanya Akira.

"Marina nggak lihat wajahnya, jadi nggak tahu sama siapa."

"Wah, Nadine hilang kemana, ya? Geng kita kalau nggak ada si Nadine nggak seru."

Aku duduk di depan sally. Aku mengacuhkan sally dan gengnya yang membicarakan Nadine. Dalam hati aku membatin, 'Semoga nggak ada yang lihat kejadian kemarin.'

Tak lama kemudian, Mrs. Marline memasuki ruangan. Aku menatap ke depan dan melipat tangan di atas meja.

"Berdiri! Beri salam!" seru Magel, sang ketua kelas.

"Good moorning, Mrs!"

"Good moorning, students. Oke, sudah selesaikan tugas kemarin? Dimana Nadine? Ada yang tahu?" tanya Mrs. Marline.

'Waduh, mati aku. Aku harus bersikap tenang dan pura-pura nggak tahu,' batinku.

Semua murid melemparkan tatapan pada Marina, termasuk aku. Marina yang menjadi sumber perhatian terlihat gugup. Mrs. Marline juga menatap Marina, berharap pertanyaannya dijawab. "A-aku ... lihat Nadine di toilet kemarin. Habis itu, aku nggak ketemu lagi," jawab Marina dengan gugup.

"Hm ...," gumamku pelan.

***

Waktu istirahat telah tiba. Aku dan Zelda pergi ke kantin bersama-sama. Setelah membeli makanan, kami duduk di kursi yang kosong.

"Hei, apa kamu merasakan firasat buruk?" tanya Zelda.

Aku mengerutkan kening. "Firasat buruk? Kenapa? Bukannya tidak ada yang mengetahui kejadian kemarin?"

"Memang, tapi firasatku mengatakan kalau seseorang mendengar percakapan kita."

"Hah? Siapa?" tanyaku heran.

"Entahlah, yang jelas sepertinya ada yang mendengar."

"Zelda, Vella. Aku mau bicara sama kalian," kata Angel yang tiba-tiba menghampiri kami.

"Ada apa?" tanya aku dan Zelda serempak.

"Aku tahu, kalian yang membunuh Nadine, kan?" tanya Angel dengan yakin.

Aku menelan ludah setelah mendengar pertanyaan itu. "A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Ah, kamu jangan pura-pura nggak tahu. Aku sudah merekam semuanya," gadis bernama Angel mengeluarkan hand phonenya. Dia menekan tombol play pada sebuah rekaman.

Betapa terkejutnya aku, rekaman itu berisi pembicaraanku dengan Zelda di kamar mandi. Rupanya Angel berada disana. Dia ... dia bersembunyi di bilik kamar mandi yang kosong.

"A-apa? Kamu?" tanyaku dengan gugup.

"Haha, kenapa? Kamu kaget. Tenang, aku akan tutup mulut. Tapi dengan satu syarat," Angel tersenyum penuh kemenangan.

"Apa syaratnya?" tanya Zelda. Keringat dingin bercucuran dari keningnya.

"Ayo ke halaman belakang. Disana sangat sepi, tak akan ada yang mendengar percakapan kita disana," ajak Angel. Senyum licik itu masih terpasang di wajahnya.

'Wah, apa syaratnya? Aku harap nggak aneh-aneh,' batinku.

***

Keesokan harinya, aku dan Zelda datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Kenapa? Karena Angel. Dia meminta kami supaya kami menjadi pelayannya selama satu tahun. Gila! Tentu saja gila! Kalau kami melanggar perintahnya, dia akan menyebarkan rekaman itu. Aku hanya bisa meneguk ludah karenanya. Zelda sepertinya juga tak bisa melakukan apa-apa.

"Hei, Vell. Pesankan aku jus semangka!" perintah Angel.

"Uangnya?"

"Pakai uangmu dulu. Besok baru aku ganti," jawab Angel santai.

"Hah, yang benar saja. Hutang yang kemarin saja belum dibayar," dumelku pelan. Aku segera memesan minuman yang diminta Angel lalu meletakkan jus semangkanya di atas meja.

Dia tanpa mengucapkan terima kasih, langsung menyambar jus semangka itu. Aku menghela nafas, tatapan tajamku tertuju pada gadis yang menikmati jus semangka di depanku. 'Seandainya kantin sedang sepi. Akan kuhancurkan kau!'

"Hei, kenapa bengong? Temenin Zelda ngambilin hand phoneku sana," suruh gadis itu lagi.

"Capek," balasku singkat.

Karena Angel tidak terlalu mendengar apa yang kukatakan tadi, dia tidak membalas dan diam.

'Sampai kapan ini akan terjadi padaku?' batinku. Rasanya aku sangat ingin menonjok gadis menyebalkan itu!

TBC

___________________

Kombawa, bagaimana? Ada kekurangan, kah? Gambar hanya sebagai pemanis :v. Jangn lupa vote ya.

Dark Organization (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang