Dark Organization Part 4 Me VS Zelda

265 22 0
                                    

Dark organization

Part 4

Me VS Zelda

Aku duduk di bangku di baris paling depan. Aku sangat suka duduk di depan. Menurutku, jika duduk di depan, aku bisa cepat paham dengan materi yang disampaikan oleh guru. Oke, suasana kelas sangat sepi. Mengapa? Karena hanya aku yang ada di kelas saat ini. Aku datang terlalu pagi hari ini. Karena aku harus mengembalikan buku di perpustakaan. Sudah berapa buku ya, yang aku pinjam. Ah, aku ingat. Aku sudah meminjam lima buku. Lima buku bisa habis kubaca dalam lima hari. Aku mengambil lima buku tersebut dari tasku dan segera keluar dari kelas. Aku menyusuri koridor yang saat itu sangat sepi.

"Kau! Apa maumu?"

"Apa mauku? Aku hanya mau kamu mati ditanganku!"

Aku mendengar suara dua orang perempuan yang berdebat di halaman belakang sekolah. Aku berlari ke halaman belakang. Aku terkejut melihat dua orang gadis sedang berdebat.

"Wah, wah. Padahal di kelas kamu nurut banget sama perkataanku. Sekarang, kamu malah mau membunuhku?" tanya gadis berambut hitam legam pendek.

"Kamu pikir selama ini aku takut sama kamu?" gadis berambut merah panjang membentak dengan kasar. Tangannya mengeluarkan api yang membara.

Sepertinya gadis itu mempunyai kekuatan api yang hebat. Aku harus menengahi mereka. Aku berlari ke tengah-tengah mereka. Gadis berambut merah terlihat tidak suka dengan kehadiranku.

"Kamu? Kenapa kamu ikut campur?"

"Aku bukannya mau ikut campur. Tapi, apa nggak ada cara lain selain berkelahi dengan kekuatan fisik?" tanyaku tetap tenang.

"Hah, jangan sok menasehatiku," kata gadis berambut merah panjang itu.

Aku menatap nama yang ada di seragamnya. Lazelda Carina, jadi namanya Lazelda. "Hah, aku nggak menasehati. Aku cuma mau memperbaiki suasana aja!"

Gadis yang bernama Lazelda itu mengeluarkan bola api dari tangannya. Dia melemparkan bola api itu ke arahku. Dengan cepat aku melepas kaca mataku dan membekukan bola api itu.

Pyar!

Bola api itu jatuh dan pecah. Aku menatap kaki Lazelda, lima detik kemudian kakinya melepuh. Dia meringis kesakitan.

"Ah, apa yang terjadi dengan kakiku?" Lazelda memegangi kakinya yang melepuh. Dia meluruskan kakinya dan menatapnya.

Aku memakai kaca mataku lagi. Aku menghampiri gadis bernama Lazelda itu. Kuulurkan tanganku untuk membantunya.

Dia menatapku sinis. Dia menyambut uluran tanganku, tapi dia tidak mau berdiri dan melepaskan genggaman tangannya. Aku bingung, apa yang dia lakukan? Tiba-tiba tanganku terasa panas. Dia ingin membakar tanganku.

"Aah!" aku menjerit. Segera aku melempar lima buku yang ada di tangan kiriku dan melepas kaca mataku. Aku segera menatap tanganku. Sebelum lima detik, Lazelda melempar bola api ke arah wajahku. Aku segera melempar kaca mataku dan memegangi wajahku yang terkena api.

"Aaah!" aku makin menjerit, tanganku! Tanganku!

"Hahahahaha," tawa Lazelda penuh kemenangan.

"Hentikan!"

Gadis berambut merah itu melepas tanganku. Aku menoleh ke arah sumber suara. Kak Erick, dia datang pada waktu yang tepat. Aku menatap tanganku yang terbakar. Lima detik kemudian lukaku sembuh. Tapi, wajahku, wajahku belum sembuh.

"Apa yang kalian lakuin? Kalian mau adu kekuatan? Jangan di sekolah!" tegur kak Erick tegas.

Aku terisak, tidak kusangka rasa sakit di wajahku membuat air mataku menetes.

"Vella, kamu nggak papa?" Kak Erick menghampiriku. Dia memegangi punggungku.

"Ah, wajahku panas banget Kak," kataku. Air mataku makin menetes.

Kak Erick memegangi wajahku yang panas. Dia mendinginkan wajahku dengan kekuatan esnya. "Sudah mendingan?"

Aku mengangguk. "Ayo kak, aku takut sudah waktunya masuk," aku mengambil kaca mataku yang untungnya tidak pecah.

Aku mencari gadis berambut hitam pendek yang bertengker dengan Lazelda tadi. Dia sudah tidak ada, dan Lazelda juga tidak ada. Aku teringat dengan buku yang aku bawa. Kemana sekarang buku itu? Ah, itu dia. Buku itu tergeletak di tanah. Aku segera memungutnya dan membawanya ke perpustakaan.

"Hah, sebenarnya siapa Lazelda. Atau lebih enak kupanggil saja Zelda. Dia gadis yang mengerikan. Dari mana dia mendapat kekuatan api? Tadi itu nakutin banget sih. Untung Kak Erick datang diwaktu yang tepat," gumanku. Kakiku melangkah menyusuri koridor yang sudah mulai ramai. Aku mempercepat langkahku menuju perpustakaan. Jangan sampai aku telat masuk kelas.

Sebelum masuk kelas, aku melihat zelda yang berjalan dengan gaya sok. Dia menatapku dengan sinis. Aku balas menatapnya sinis.

"Evil eyes," gumannya pelan, namun masih bisa kudengar.

"Lady of fire," gumanku pelan, berusaha agar Zelda tidak mendengarnya.

Aku segera masuk ke dalam kelas yang ramai.

TBC

Dark Organization (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang